-->

A Match Made in High School by Kristin Walker



justaveragereader.blogspot.com

Ebook format, 213 pages
Published February 4th 2010 by Razorbill
Rating 3,5/5 

Berpacaran pada jaman SMA adalah suatu hal yang umum bagi beberapa orang. Tetapi, berapa orang yang merasakan ‘menikah’ ketika masih SMA, dan pernikahan itu adalah salah satu syarat kelulusan sekolah? Sepertinya hanya anak2 SMA East Columbus yang mengalami ‘petaka’ ini.

Fiona Sheehan, duduk di kelas akhir SMA East Columbus harus mengikuti pelajaran pendidikan perkawinan –marriage ed course, sebagai syarat kelulusan. Kepala sekolahnya sudah menetapkan pasangan bagi para murid yang sudah dipilih secara acak. Yang menjadikan pelajaran ini menjadi petaka sepanjang semester baginya adalah pasangannya, Todd Harding adalah ‘ a jerk’ yag kerap kali memamerkan kemesraannya dengan pacarnya, Amanda di muka umum. Sementara cowok yang ia taksir sepanjang hidupnya harus ‘menikah’ dengan Amanda.  Marcie, sahabat karibnya, ‘menikah’ dengan Johnny Mercer, cowok pendiam yang misterius.

Pelajaran edikasi pernikahan ini dilengkapi dengan konsultasi setiap hari Selasa bersama Maggie Klein, ditambah dengan pengaturan keuangan keluarga, aktifitas yang harus dikerjakan bersama pasangan—seperti ekstra kurikuler, pekerjaan yang harus melibatkan ke dua belah pihak, budget perumahan, , kendaraan, entertainment, hingga konsultasi jika nanti ada pasangan wanita yang ‘hamil’. Konyol? Memang. Bagaimana mungkin tahun terakhir sebuah SMA hanya diputuskan dari sebuah pelajaran perkawinan? Bagaimana mungkin juga sebuah perkawinan yang kelak dijalani para murid bisa ‘dipelajari’ di bangku  SMA? Keonaran mulai muncul di awal pesta ‘perkawinan’ para siswa. Todd yang menganggap Fiona aneh, mulai mengolok2 Fiona. Tak mau kalah, Fiona membalas. Tidak hanya balas membalas ini dilakukan di depan umum, tapi juga selama sesi konsultasi dengan Maggie Klein. Keberlangsungan pelajaran ini mulai goyah ketika ibu Fiona, seorang aktivis, mulai membawa masalah pelajaran absurd ini di Koran. Demo, poster dan petisi mulai bertebaran.


Nah, akankah berhasil usaha para siswa dan sekaligus para orang murid menggagalkan pelajaran edukasi perkawinan ini? Meski bermusuhan, nampaknya Fiona – Todd adalah pasangan yang cocok, mereka tak pernah sekalipun alpa akan tugas2 sebagai ‘pasangan pernikahan’, mereka melakukan aktifitas bersama—cheerleader, meskipun Fiona bukanlah tipe pemain cheerleader. Bekerja paruh waktu—baby sitting, juga dilakukan Fiona bersama Todd.  Mereka bahkan saling mempunyaimpanggilan kesayangan; Princess Pisspants bagi Fiona, dan Senor Shitslacks bagi Todd. Hahaha. Bagaiman mereka mengakhiri pelajaran perkawinan ini?

Comments:

Sebenarnya memilih buku ini sebagai novel romans untuk posting bareng BBI bulan ini adalah pilihan yang kurang tepat. Scene romans kurang terasa disini karena saking banyaknya adu mulut saling ejek antara Fiona – Todd. Romans sangat sedikit disentuh oleh penulis, karena  Kristin lebih banyak mengedepankan ‘kenyataan’ dalam sebuah perkawinan itu sendiri. Professor Miller, si kepala sekolah, yang karena gagal dalam perkawinannya, menetapkan edukasi perkawinan ini.


..” Because from what I’ve seen of marriages and relationship, there aren’t any rules. You deal with what comes, like anything else in life. There’s no template. No freaking  outline. And that’s what makes relationship interesting, right? The element of surprise”. Todd (page 203)


Wow, the jerky Todd said that? Ohya, meski awalnya memang sangaaat menyebalkan, tapi ternyata sosok Todd ini sangaaat menyenangkan, despite his disgusting public display affection (PDA) pada sang pacar. Perubahan karakter seorang Fiona pun cukup mengejutkan sepanjang novel. Perasaannya yang dalam terhadap Gabe, cowok yang ditaksir, perasaan terkhianati dari Marcie, sahabatnya, dan keakurannya dengan Todd. Saya malah menangkap percikan romans yang bisa saja timbul dari keduanya. Tapi ternyataa…… no spoiler deh. Lol. Ejekan yang dilontarkan mereka berdua, meski sarkastik, sangat cerdas dan kocak.  Simak saja:


“Nah, you’re too busy hugging trees. Or rather, making out with them. I’m telling you, you really stick to mating within your species, whatever that is.” Todd

“I would. But unfortunately there’s no gorgeous, all powerful, all-knowing gods around here. I’d even settle for a demigod. It’s a step down. I know. But, alas, there are nothing but low-brained mortals here. And half-brains, like you.” Fiona.  (page 67)


Hahaha. Sebagai pembaca pertama novel Kristin Walker, saya sangat menyukai gaya humornya yang cerdas.  Dari review yang say abaca di goodreads, banyak juga yang menyukai gaya kocaknya ini. Isu remaja dengan masalah percaya diri, sudah cukup banyak dibahas di banyak novel dan ditulis banyak penulis, tapi isu perkawinan bagi remaja, buat saya, ini yang pertama. Dan ini yang membuat saya menyukai novel ini romans yang cukup nanggung ini. Lol

PS:
Posting ini saya ikutkan dalam posting bareng BBI bulan Juni 2013 dengan topic Romance dan New Author  reading challenge serta English book reading challenge.

3 Responses to "A Match Made in High School by Kristin Walker"

  1. hoaaaa ajaib banget sekolah iniii...kebayang kalo ada pelajaran kayak gini di sma dulu ya, bisa2 anak2nya nggak ada yang mau merit hahaha

    ReplyDelete
  2. aku suka novel ini. Baca sampe ngakak-ngakak. Dan suka juga karena akhirnya agak "menyimpang" dari pakem. Ehehe

    ReplyDelete
  3. Aku suka Toooddddd... Ehehee.. Bacaan yang sungguh menghibur.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel