-->

Jembatan Terabithia by Katherine Paterson



justaveragereader.blogspot.com

Paperback, 181 pages
Published  2001 by Elex Media
Penerjemah: Sapardi Djoko Damono
Rating: 3,5/5

Apa yang kau harapkan dari sebuah persahabatan berbeda lawan jenis? Cinta, itu mungkin yang terlintas pertama kali bagi saya.  Tetapi tidak bagi Jesse dan Leslie. Setidak belum karena mereka masih berusia 10 tahun.

Kehidupan Jesse sangat merana sebelum kedatangan Leslie. Coba bayangkan. Menjadi anak laki laki satu2nya di sebuah keluarga miskin dengan empat orang anak. Dua kakak perempuannya sudah mulai sibuk dengan masa remaja dan cowok, adiknya, May Belle masih berusia 6 tahun, terkadang ingin tahu segala yang dilakukan Jesse. Joyce Ann, adik bungsunya, tak terlalu digambarkan detil disini. Kehidupan ekonomi keluarga Aaron ini kembang kempis hingga membuat orangtuanya sering uring2an. Belum lagi masalah teman2 sekolah yang sering mem-bully mereka yang lemah. 


Leslie Burke, hampir 11 tahun, menempati rumah di sebelah keluarga Aarons. Keunikan gadis ini tidak hanya dari caranya berpakaian, tapi juga dari kebiasaannya lari yang kemudian meruntuhkan impian Jesse untuk menjadi yang tercepat di sekolahnya. Otak Leslie juga cukup unik dengan kemampuannya memahami gambar2 Jesse yang dianggap sampah oleh ayahnya sendiri. Daya imajinasinya ia tuangkan dalam kata2 ajaib, yang ternyata ia warisi dari kedua orangtuanya yang adalah pengarang buku. 

Persahabatan mereka mulai terasa lebih mengasyikan ketika mereka menemukan tempat khusus untuk mereka berdua. Sebuah hutan pinus di seberang sungai yang kemudian menjelma istana mereka berdua.  Dalam istana Terabithia-nama tempat rahasia mereka, mereka menjadi penguasa dunia Terabithia.  Sebagai sebuah istana,  tak lepas mereka harus bersusah payah mengusir 'pengganggu' yang tak jarang mereka ciptakan sendiri dalam imajinasi mereka.  Para musuh itupun mempunyai nama2, sesuai para pengacau di sekolah mereka.  Seruuu... Keberanian mereka tidak hanya terlihat ketika mereka harus mempertahankan istana Terabithia,  tetapi juga dalam kehidupan nyata. Mereka cukup puas dengan memberi pelajaran bagi pembuat kerok di sekolah mereka.  Hidup Jesse yang tak berwarna menjadi lebih hidup, lebih berani dengan hadirnya Leslie.

Sayang, kehidupan persahabatan mereka harus berakhir dengan pahit. Bagi penonton filmnya, pasti tahu ending menyesakkan dari kisah persahabatan Jesse-Leslie. Tak perlu saya jelaskan di review ini ya. Sediiihh..


Comments:
Saya tak punya ekspektasi berlebih ketika saya memutuskan membaca buku yang sudah saya tonton filmnya.  Saya bersedia kecewa seperti halnya The Boy in Striped Pajamas. Tapi saya sangat menikmati Hugo Cabret melebihi filmnya.  Jadi kenapa tidak saya coba? Dan ternyata saya sangat menikmati bukunya. Seperti biasa, buku lebih detil menggambarkan keluarga miskin Aarons, perasaan tidak nyaman Jesse di sekolah, ketakutan2nya yang tersembunyi dari Leslie, betapa ia sangat beruntung menemukan Leslie, hingga ia berucap bahwa Leslie adalah jelmaan dirinya dalam bentuk perempuan. Leslie, juga bersyukur menemukan Jesse sebagai teman sekolah sekaligus tetangga di tengah kesibukan orangtuanya. 

Dalam bentuk visual, saya cukup senang dengan Josh Hutchinson sebagai Jesse. Film pertamanya yang saya tonton dari Josh adalah Little Manhattan dimana ia tampil sebagai cowok sedikit flamboyan yang tengah kasmaran.  Di film ini, ia mampu menampilkan ekspresi stres Jesse dengan baik. Sebaliknya,  Anna Sophia Robb bagi saya terlalu cantik sebagai Leslie. Dalam buku digambarkan Leslie yang hampir mirip cowok hingga kakak2 Jess mengolok2nya. Untungnya,  dia mampu menjelma menjadi Leslie yang tomboy dengan baju ajaibnya. Beberapa berbeda adalah suatu hal yang lumrah ketika mengadaptasi buku ke layar lebar. Rutinitas Jesse sebagai pemerah susu keluarga, tak ditemukan di versi filmnya.  Ayah Jesse yang terlihat lebih sayang pada May Belle di film, sebenarnya adalah bapak pekerja keras yang harus menempuh jarak jauh demi pekerjaannya.  Makhluk2 yang selama ini hadir di buku gambar Jesse terlihat hidup di film, apalagi ketika muncul makhluk raksasa nan tolol, Troll, juga menambah keasyikan versi visualnya. 

Overall, saya rekomendasikan novel ini untuk anak2 usia 10-15 tahun. Di usia tersebut,  saya yakin,  mereka berada pada masa imajinasi tumbuh dengan cepat. 

Postingan ini saya ikutkan dalam Children Reading Challenge 

Trailer dari film Bridge to Terabithia dari YouTube


1 Response to "Jembatan Terabithia by Katherine Paterson"

  1. ini buku yang bagus, saya punya buku ini sudah bertahun-tahun, lupa kapan belinya dan bagian leslie itu benar2 menyayat hati... saya lebih suka bukunya hehe

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel