-->

(30) Ho(s)tel 2 by Ariy dkk




justaveragereader.blogspot.com


Paperback, 214 pages

Published Bentang Pustaka Juni 2014

Rating 3,5/5


Pernah menjadi traveler dengan bujet minim? Pernah menginap di hotel dengan fasilitas roomate absurd? Ato pernah punya masalah dengan fasilitas atau petugas ho(s)tel? Kalo belum, silahkan baca buku tipis ini, jika sudah, silahkan tulis pengalamanmu, siapa tau nanti bakal ada ho(s)tel 3 :D


Selama membaca buku ini, yang terbayang adalah tempat-tempat penginapan yang pernah saya inapi selama perjalanan piknik ataupun non piknik. Cukup bersyukur atas apa yang saya dapatkan dengan fasilitas yang diberikan meski beberapa terselip hal yang cukup mengganggu. Paling tidak saya tidak perlu terjebak dalam Toilet Labirin yang bikin merinding. Bayangkan, hanya untuk keluar dari toilet harus melewati pintu-pintu tak ada habisnya selama 15 menit! Belum lagi adanya Persahabatan Absurd yang absurd dalam arti sebenarnya. Bayangkan mempunyai teman kamar tak kasat mata  yang hobi banget nulis sms dan memindah barang itu tentu bukan sesuatu yang menyenangkan. Apalagi punya teman kamar yang hobi joged, senam dan push-up dengan CD Hitamnya. Ffiuh... No way. Coba kalo misal si teman tak dikenal ini nyadar kalo jadi tontonan gratis, trus dia minta bayaran ato minta kita juga joged, senam pake CD masing -masing? Duuhhh... :D


Ketika menulis review ini, saya jadi teringat dengan pengalaman saya waktu menginap di Jogja dulu. Begini ceritanya, saya dan  teman-teman saya menginap di sebuah-apa ya, losmen?-di daerah yang dianggap 'abu-abu'. Saya lupa apa namanya. Saya dengar jika menginap disitu, maka siap-siap saja dengan 'gangguan' di tengah malam. Saya tak percaya. Lagi pula saya pergi bersama rombongan yang beberapa diantaranya mengaku bisa 'melihat' yang tak terlihat. Masak mereka mau cuek saja si tukang ganggu tengah malam ini mengganggu kamar saya dan satu teman saya yang lain? Eh, ternyata benar ada gangguan, sodara-sodara. Pintu kamar saya diketuk-ketuk cukup lama. Saya hanya berpikir kalo ini hanya ulah iseng teman saya. Esok paginya saya protes ke mereka, para bapak-bapak yang mungkin menggoda saya tadi malam. Ternyata mereka juga mengalami hal yang sama. Usut punya usut, ternyata yang mengetuk pintu-pintu kita tadi malam adalah penawaran 'servis ekstra' dari ‘pekerja sosial’ dalam bentuk pijat atau pijat plusss.... Duh duh... Saya kira gangguan dari makhluk halus atau apa...


Fasilitas ho(s)tel di tempat yang pernah saya inapi, Alhamdulillah, cukup bagus, meski di beberapa penginapan, masih di Jogja juga, cantelan bajunya terlalu tinggi, mungkin standar untuk tamu-tamu asing dengan postur bongsor. Sementara di Singapura, cantelan bajunya standar, tak perlu buat saya olahraga lompat-lompat sebelum mandi. Tak pernah juga saya mengalami air macet, hingga perlu berpikir ingin Mandi Mewah, tapi batal hahaha. Teman sekamar pun, so far, tak terlalu aneh-aneh, apalagi yang sepuh-sepuh hingga Tua Tak Berdaya di Rooftop. Sedikit mengharukan kisah ini, tapi paling tidak sedikit mengingatkan kita untuk melakukan persiapan di hari tua. 


Membaca kisah perjalanan penulis ho(s)tel ini serasa mengunyah gado-gado, berbagai macam rasa. Para penulis rata-rata menulis dengan gaya kocak masing-masing. Begitu buku ini di tangan, tak sabar saya menyobek plastiknya—sesuatu yang jarang terjadi dalam sejarah beli buku bagi saya. Yang pertama ingin saya baca adalah tulisan teman blog Multiply saya dulu, Rinto A. Navis dengan Batal Mandi Mewah-nya. Dan saya ssukses melebur kangen akan tulisan blognya dengan ngakak di akhir cerita. Setelah itu, saya baru membaca secara urut dari awal. Tapi ternyata cukup mengganggu keasyikan di awal dengan adanya gambar ‘penampkan’ cewek rambut panjang. Seram. Karena itu, saya kembali membuka-buka halaman berikutnya secara random, mencari tulisan teman blog lainnya, Astrid Lim dengan CD Hitam-nya. Yang ini pun saya sukses ngakak cantik.  Overall, yang sedikit mengganggu justru sampulnya yang terlihat 'seram', meski ketika dibuka terlihat gaya kocak gambarnya. Tapi tetesan air warna merah di bagian atas cover, seakan darah menetes-netes, belum lagi sosok rambut hitam panjang berbaju putih.... Ih, ga heran jika buku ini masuk satu deret dengan novel horor lokal di satu toko buku. Oya, gara-gara ini pula, kita-para joglosemar, penikmat kisah kismis jadi kepikiran membaca kisah horor urban legend lokal bareng-bareng. Saya sih, ayookk aja. :D

PS:
Posting ini saya sertakan dalam posting bareng BBI tema Buku Baru 2014

1 Response to "(30) Ho(s)tel 2 by Ariy dkk"

  1. Pernah nginap di salah satu hostel jogja juga, kebetulan lagi study tour. Di kamar saya sih gak ada kejadian aneh-aneh, cuma kamar sebelah ada yang ngetok-ngetok jendela plus ketawa pula, padahal kita di lantai tiga ._.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel