London – Angel by Windry Ramadhina
Paperback 330 pages
Published 2013 by Gagas Media
Rating: 3/5
Membaca ini berasa saya sedikit terbebas dari ‘penjajahan
Jejepangan’ pada diri saya yang sudah berjalan selama berbulan-bulan. Saya jadi
kasmaran pada satu kota yang selama ini pernah singgah dalam bayang-bayang saya
karena banyak actor/idola saya berasal dari kota ini, atau setidaknya berbau -bau
British, sebut saja Colin Morgan (Ireland sih aslinya), Johnathan Rhys Meyer
hingga para penyanyi Celtic yang sebagian besar beraksen British, Celtic women,
Hayley Westernra, dll. Yah, kenapa prolog-nya melenceng jauh ya dari review
buku? Wahahaha… baiklah, stay focused then to book review :D
Dimulai dengan adegan minum-minum para cowok single di
sebuah bar, dan disusul dengan sesumbar Gilang, calon penulis novel yang tak
kunjung kelar, mengatakan bahwa ia akan ke London, mengejar cinta dalam
hidupnya, Ning. Mereka berdua ini sebenarnya adalah pasangan sahabat yang
sebelumnya tak terpisahkan hingga kepergian Ning ke London, mengejar mimpinya,
mengejar seni, surga dunianya. Tinggallah Gilang dengan hati yang patah, yang
tak pernah mengutarakan perasaannya hingga berlalu 6 tahun. Fiuh, 6 tahun!!!
Maka, di usianya yang hampir 26 tahun, ia bertekad mendapatkan gadisnya meski
ia harus melewati ribuan kilometer ke London, dengan mempertaruhkan persahabatnnya
dengan Ning. So sweet…
Dalam perjalanan menuju kediaman Ning dan selama masa
tinggalnya inilah, Gilang banyak menemukan pengalaman dengan background London yang
asyik, yang membuat saya berfantasi kapan bisa mampir ke negara Ratu Elizabeth
ini, menikmati 30 menit London eye ride (yang dari deskripsinya saja membuat saya
mabuk kepayang, hingga nonton di YouTube), menginap di sebuah penginapan
lengkap dengan ruang baca dan sarapan khas Inggris (meski saya bakal
menyingkirkaan daging asapnya J),
memasuki toko buku yang menawarkan harum buku tua hingga buruan buku-buku
cetakan pertama, hingga Shakespeare’s Globe Theater yang menawarkan drama-drama
Shakespeare-meski yah, saya sendiri bukan penggila Shakespeare, tapi jikalau
sampai disana, tentu saja spot ini tidak bakal saya lewatkan (terus kapaaann
mau kesananyaaaa….????)… Justru yang menarik dari buku ini sebenarnya adalah
kisah-kisah di sekeliling Gilang, mulai dari Madam Ellis yang kaku tak pernah
senyum, Ed -waiter yang half Brit-Indian- yang kepo masalah pribadi Gilang,
sampai ke penjual buku, Mr. Lowesley, dan jangan lupa si Goldilocks, yang
dipercaya sebagai malaikat hujan—muncul ketika hujan dan menghilang ketika
hujan berhenti.
Awalnya, saya sangaatt menikmati deskripsi London lengkap
dengan beberapa penghuninya hingga beberapa masalah pribadi mereka, juga
panggilan Gilang pada teman-temannya yang sangat book-characters, sebut saja
Brutus, Tweedledum dan Tweedledee hingga Si V di V for Vendetta, sayangnya
kenikmatan saya mulai memudar ketika adegan mulai menyorot kisah cinta
Gilang-Ning yang menurut saya klise. Yah, berapa puluh novel romens yang
mengangkat kisah best friend turns to prospective lover? Ngga ada yang salah
sih dengan topik ini, tapi sebelum membaca ini, saya juga disuguhi cerita manga
dengan topik yang sama, belum film-film romens lainnya. Eksekusinya sih
lumayan, meski, saya serasa disuguhi film barat lengkap dengan adegan hujan dan
payung hahaha… Over all, ini bacaan sangaaat ringan, sekedar membebaskan diri
dua bacaan berbau politik sebelumnya dan juga bayang-bayang si
mas-pemicu-membaca-manga-atau-novel. You know what I mean? Kalo ngga, baca
review disini dan juga disini mwahahaha….
0 Response to "London – Angel by Windry Ramadhina"
Post a Comment