Here Lies Bridget by Paige Harbison
Ebook format, 224 pages
Published February 1st, 2011, by Harlequin Teen
Rating: 4/5 stars
Tiada yang tak kenal Bridget Duke di lingkungan sekolahnya.
Cantik popular, anak dari penyiar acara olahraga ternama, Richard Duke.
Sayangnya, kepopulerannya membuahkan caci maki di dinding kamar mandi sekolah. Bridget
yang merasa dirinya dicintai, seua perintahnya dipenuhi, tak ada yang berani
mengatakan ‘Tidak’ padanya merasa shock. Bahkan Michelle, sahabat terdekatnya
pun memilih meninggalkannya.
Semua bermula dari kemunculan Anna Judge di sekolah. Anna
tiba-tiba merenggut kepopuleran Bridget, bahkan mengambil Liam dari sisi
Bridget. Semuanya tiba-tiba memusuhi Bridget. Masalah dengan Mredith, ibu
sambungnya, Mr. Ezhno, guru komputernya, serta sahabat karibnya, Michelle,
memicu Bridget untuk mengakhiri hidupnya. Dia dapatkan kembali kekuasaannya,
meski hanya pada kekuasaan atas mobilnya. Dia injak pedal gas kuat-kuat. Dia
ingin tahun, ada berapa orang yang bakal menangisi kepergiannya, berapa banyak
orang yang merasa kehilangan atas dirinya, betapa orang-orang akan menyesal
akan apa yang telah mereka lakukan terhadapnya. Tapi ternyata Bridget salah… Mobilnya
menghantam pohon dengan keras, tapi dia tetap hidup tanpa luka sedikitpun. Dia
dapati Anna di depannya. Tersenyum. Dan orang-orang yang dekat namun paling sering
disakiti olehnya: Meredith, Michelle, Ezhno, Brett, Liam…
Akankah Bridget mati? Apakah orang-orang di sekitarnya akan
benar-benar kehilangan atas dirinya?
Comments:
Terakhir saya mengecek surat kabar, masih saja ada berita
seputar kenakalan remaja. Sinetron remaja, masih juga seputar bullying. Here Lies Bridget mungkin
adalah salah satu novel yang berpusar pada juvenile
delinquency alias kenakalan remaja yang tidak hanya popular di dalam negeri
tapi tentu saja lebih banyak di luar negeri. Yang membedakan adalah novel ini
bercerita dari point of view si pelaku bullying itu sendiri, bukan dari korban bullying. Bridget benar-benar sosok dumbass yang menyebalkan, tidak hanya di
sekolah, tapi juga di rumah.
Meski terkenal semena-mena, namun dalam hatinya, Bridget
cukup sering menyesali apa yang seharusnya tidak ia lakukan. Kata-kata
nyinyirnya terhadap Michelle, nyolotnya pada ibu sambungnya, Meredith, bahkan
pencemaran nama baik terhadap guru kelas dan teman sekelasnyanya sempat ia
sesali. Namun sayangnya, rasa sombong dan kekuasaan membutakannya. Mungkin
saja, Paige sebagai penulis ingin menunjukkan bahwa sebenarnya para pelaku bullying itu punya hati. Hanya, apakah
dia mampu mendengarkan kata hatinya atau tidak, itu yang menjadi persoalan.
Bridget lebih memilih mengabaikan dan terus menerus melakukan kekerasan,
terutama dalam kata-katanya. Hingga suatu hari dia harus menelan pelajaran
pahit dari Anna.
Novel yang cukup tipis ini mempunyai problem yang tidak
terlalu kompleks sebanarnya, semuanya hanya berpusat pada Bridget. POV pun
diambil dari sudut Bridget. Sedikit memudahkan bagi pembaca dan terutama saya
untuk menyelami apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh Bridget. Paige bisa saja
ingin menyampaikan pesan bahwa pelaku kejahatan itu mempunyai waktu untuk
memperbaiki diri jika ia mau, jika ia bertemu dengan suatu keadaan yang bisa
mengubahnya menjadi lebih baik. Butuh moment of truth dimana ia bisa menunjukkan
siapa dirinya tanpa mengandalkan kekuasaan yang ia miliki. Bridget memiliki
itu, tapi apakah ia akan mengambilnya untuk perbaikan dirinya atau tidak.
Setiap pelaku bullying, dalam bentuk apapun, dimanapun dan kapanpun, saya pikir
akan selalu mendapatkan moment penting ini, dan ia akan tetap dihadapkan pada
dua sisi, menyadari kesalahannya atau meneruskan kesalahannya.
PS:
Postingan ini saya ikutkan dalam beberapa Reading Challenge:
wah menarik nih... biasanya kita baca dari sisi korban saja ya...
ReplyDeleteMabk, ini yg kmrn dpt free juga kah? :D
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteRie: iya, baru sekarang aku nemu juvenile delinquency dari sudut pelaku :)
ReplyDeleteDani: iya, Dan. Mau kah? :p
Aku juga mau mbak Lilaa...
ReplyDeleteLho, kan sudah ku forward? Belum masuk ya? (-_-;)
DeleteBaca ebooknya di komputer ya?
ReplyDeleteAdhuh, vaan. Aku kan punya e reader, yang pernah ku tulis di blog sini juga #jitak
Delete