Lola And The Boy Next Door (Stephanie Perkins)
Ebook, epub format, 232 pages
Published September 29th, 2011 by Dutton Books
Rating 4/5
Abis baca novel ini, rasanya pengen nyanyi empat lagu
sekaligus…
Her name is Lola, she
was a show girl…. (Coppacobana by Barry Manilow)
It’s my first love,
what I’m dreaming of, when I got to bed…. (First Love by Nikka Costa)
Maybe first love never
ever dies; That’s why I’m still in love with you…
Cricket Bell… Cricket
Bell, Cricket all the way… (errr…. Apa dan siapa yah :D )
…
Gemes rasanya dengan cowok satu ini. Sempurna banget sih ya,
tapi kok ngga ngeseli ya. Biasanya cowok sempurna macam Fahri di AAC itu malah
ngeseli karena kita tahu cowok macem gitu ngga bakal ada. Tapi tetep saja
ngarep, semoga cowok macem Cricket ini ada, meski cuma 10 di dunia, satunya
buat saya …. Hwakakakakaka…
Lola, gadis 17 tahun yang sebenarnya ngga loading lambat,
tapi terkadang ngeseli juga karena sering kali mengingkari perasaan sukanya
pada cinta pertamanya. Perasaan campur aduknya itu ada karena Max, pacar-nya
yang penyanyi rock sexy, yang berumur 22 tahun, sangat kepayang pada Lola.
Melihat jeda usia yang 5 tahun, sebenarnya tidak masalah ketika Lola sudah tak lagi
bau anak SMA, tapi karena dia masih sekolah, maka label anak2 masih melekat
padanya.
Meski masih teen, Lola sangat gila dandan, karena cita2nya
menjadi desainer kostum. Sebelum ia benar2 mendesain kostum orang lain, dia
mendesain untuk dirinya sendiri. Maka, penampilan Lola sangat berwarna warni
tiap hari, dari ujung rambut hingga ujung kuku kaki. Untuk urusan kostum, tiada
hari tanpa being sparkly. Dengan signature seorang Lola, seluruh tetangga
hingga teman kerja dan sekolah mengenal Lola dengan ‘warna’nya.
Perasaan mabuk kepayang dua anak manusia, Lola-Max, despite
their different age, sangat romantic bahkan cenderung panas. Lola merasa Max
adalah the one for her. Tinggal menunggu lulus SMA, dia akan ‘hidup’ bersama
Max, pagi sebagai desainer kostum, dan malam hari mendampingi sang pacar
manggung. Keliling ke seluruh penjuru negri. Berdua. Semua berantakan dengan kemunculan
tetangga, Cricket, yang sekaligus cinta pertamanya.
Lola dan Cricket serta saudari kembarnya yang ngeseli, Calliope,
tumbuh besar bersama. Sebagai seorang atlet skating, Calliope dan keluarga
harus hidup berpindah, mengikuti dimana dan kapan saja Calliope berada. Cricket
remaja yang digandrungi Lola secara diam2 juga harus pergi, meninggalkan pedih
di hati. Owh..owh…owh… Kemunculan
Cricket yang sewaktu-waktu nongol di jendela kamarnya, yang bersebrangan sangat
dekat dengan kamar Lola, tentu saja membuat Lola kembali menahan rasa. Rasa
ingin melihat Cricket tiap saat, rasa ingin menyentuh rambutnya yang selalu
mendongak ke langit, dan rasa ingin menyelinap masuk ke kamarnya. Tapi, ada Max
di sisi lain hatinya. Duh….
Comments:
Saya mengenal Stephanie Perkins pertama kali lewat Anna and
The French Kiss. Dan untunglah saya menemukan novel itu terlebih dahulu karena
itu adalah prequel dari Lola and The Guy Next Door ini. Sosok Anna – Etienne
St. Claire tetap hadir di novel kedua ini. Tidak terlalu dominan, tapi Perkins
selalu mampu memberi porsi yang menyenangkan untuk karakter pembantu lainnya.
St. Clair tetap kocak dan menyenangkan seperti dalan novel pertama, meski porsi
main male character adalah Cricket Bell. Meski tidak sebanyak porsi St. Clair,
Anna tetap saja muncul sebagai Anna yang dulu, minus kegalauannya. Tentu saja,
galaunya dulu disebabkan perasaan terpendamnya pada St. Clair yang sekarang
sudah jadi pacarnya.
Porsi orangtua Lola diceritakan sangat unik. Lola dibesarkan
oleh dua ayah yang gay, sementara ibu biologisnya adalah saudara muda dari salah
satu ayahnya, Nathan. Mereka sangat protektif menjaga Lola untuk menghindari
kejadian hamil muda ibunya yang kurang bertanggung jawab. Sosok Norah, ibu
Lola, juga unik, mengingatkan sayaa pada Professor Trelawny di Harry Potter. Dia
berprofesi sebagai fontune teller yang membaca sisa teh di cangkir. Hohoho… ada
ya ternyata? Quote dari seorang fortune teller cukup menyentuh juga.
“The secret (to fortune telling) is that I don’t read leaves. And palm readers don’t read palm, and tarot readers don’t read cards. We read people. A good fortune teller reads the person sitting across from them. I study the signs in their leaves, and I use them to give an interpretation of what I know that person wants to hear. People prefer paying when they hear what they want to hear” (Norah)
So, can we believe in what the fortune teller as soon as we
know the secret? I still do, hahaha…
Hubungan complex antara Lola-Norah juga mempunyai porsi
penyelesaian yang menarik. Demikian juga dengan hubungan Lola-Calliope. Keceemburuan
saudara kembar yang terancam saudara kembarnya akan mengurangi perhatian karena
pihak ketiga, sama panasnya dengan pihak ketiga dari hubungan percintaan.
Di novel juga saya dapatkan kenyataan unik dari sejarah masa
lalu Alexander Graham Bell, yang kalo dirunut silsilahnya adalah kakek dari
kakak kakeknya (entaha kakek ke berapa) nya Cricket Bell. Kenal kan ya siapa
itu Graham Bell, a great inventor. Sebagai cucu, Cricket juga mempunyai talent
sebagai inventor. Tapi kenyataan kakek moyangnya ini tidak membuatnya bahagia.
“History books are filled with lies. Whoever wins the war tell the story”.
“But Alexander was still a smart man. He was still an inventor. You get that much honestly. Life is not what you get, it’s about what you DO with what you get.” (Cricket, 155)
Bukan Perkins kalo karyanya tidak bertaburan kata2 sweet romantic.
Quote yang saya suka:
“So you believe in second chances?” I bite my lip.
“Second, third, fourth. Whatever it takes. However long it takes, if the person is right.” Cricket adds.
“If the person is……. Lola?”
“Only if the other person is Cricket.”
#lututlemahlunglai
Cricket. Cricket. Cricket
….. #kok jadi bunyinya jengkerik ya? LOL
Note:
Posting ini saya sertakan dalam Reading challenge berikut:
1. What’s in A Name Reading Challenge
2.
English
Books Reading Challenge.
0 Response to "Lola And The Boy Next Door (Stephanie Perkins)"
Post a Comment