MOMO (Michael Ende)
Paperback 320 pages
Published by 2004 by Gramedia
Rating 4/5
1.
Demi masa
2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian
(Al Qur’an, Al-Asr 1-2)
Surah ini menerangkan bahwa manusia yang
tidak dapat menggunakan masanya sebaik-baiknya adalah termasuk golongan manusia
yang merugi.
Bagaimana cara terbaik kita untuk tidak
masuk dalam golongan yang merugi? Masing2 individu tentu punya cara sendiri.
Buat saya, bekerja dan melakukan hal2 positip adalah hal yang menjauhkan dari
hal2 yang merugikan itu. Bagaimana dengan orang2 yang ada di sebuah negri antah
berantah karangan Michael Ende dalam kisah Momo ini?
Momo memang hadir di sebuah kehidupan antah
berantah hasil imajinasi si pengarang, tapi dinamika di dalam kisah ini sangat
dekat dengan kehidupan modern metropolitan. Kehidupan sibuk, nyaris tak ada
waktu untuk melakukan kesenangan pribadi bahkan untuk keluarga, putra putri,
terlebih lagi tetangga dan sahabat dekat. Semua kekurangan waktu.
Ini semua adalah ulah si tuan kelabu yang
mencuri waktu mereka, para warga negri antah berantah sehingga mereka tak lagi
memiliki waktu untuk sekedar berleha leha sejenak, sekedar bercanda dengan
keluarga, menikmati panorama pemandangan ciptaan Tuhan, apalagi hanya untuk
mendengar cerita2 dari para sahabat. Interaksi antar manusia hanya di lihat
dari sudut materi dan tak ada sentuhan humanis di dalamnya.
Adalah Momo, gadis kecil sebatangkara yang
dikaruniai kemampuan mendengar yang luar biasa (sumpah, selama ini saya merasa
kemampuan mendengar ini tidak terlalu istimewa, apalagi dibandingkan dengan
skill berbicara atau skill lainnya). Saya jadi sadar bahwa mendengar adalah
suatu skill khusus yang juga harus dimiliki setiap orang dari buku ini. Dengan
mendengar, Momo mampu mengubah segala kehidupan di sekitarnya. Para sahabat
yang sedang berbeda pendapat datang padanya, saling mengumpat, saling berbicara
keras, hingga akhirnya mereka menyadari kesalahan masing2. Semua itu hanya
dengan datang pada Momo, dia mendengarkan sepenuh hati, tanpa menilai, tanpa
komentar. Semua masalah mencair dengan sendirinya.
Namun, semenjak kedatangan tuan2 kelabu,
yang mempunyai pekerjaan mengelabui sekaligus mencuri waktu para warga negri,
tak ada waktu lagi untuk hal2 remeh temeh. Semua bergerak cepat, semua
berteriak tak ada waktu banyak. Semua bagaikan robot, tanpa senyum, hanya
murung. Hanya Momo seorang yang terbebas dari belitan waktu sempit, hanya ia
seorang yang mampu mengembalikan warna kehidupan manusia yang selalu tak punya
waktu. Hanya berbekal kembang waktu, dan teman kecilnya, Kassiopiea, sang
kura2, Momo menyelamatkan sahabat2nya dan seluruh warga negri.
Komentar:
Tak pernah saya sangka, novel setebal 320
halaman ini bisa saya selesaikan dalam waktu 2 hari saja, mengingat kesibukan
saya mengoreksi pekerjaan murid. Pertama kali membuka novel ini, sekilas
sedikit saya dihinggapi kisah anak2 setengah absurd seperti Philip Pullman.
Dari bab pertama, ternyata saya langsung melaju ke bab ke dua dan ketiga.
Menarik!!!
Tak dipungkiri keabsahan ayat suci yang
saya sitir di awal review ini, banyak diantara kita yang tidak menggunakan
waktu secara bijaksana. Dari kacamata Momo, duduk berdampingan sahabat2nya,
saling mendengarkan celoteh masing2 adalah waktu yang menyenangkan. Bagi tuan
kelabu, bekerja cepat efisien waktu adalah cara menghabiskan waktu yang
sempurna. Tanpa disadari, banyak sekali di antara kita yang ‘terkena’ kutukan
para tuan kelabu ini, hidup dalam materi berkecukupaan, tapi asing dalam kehidupan
pribadinya. Sebaliknya, banyak pula yang tak terkena ‘kutukan’ para tuan
kelabu, menjalani kehidupannya dengan ringan, glundung sana sini tanpa tujuan.
Pertanyaannya adalah, dimanakah kita meletakkan diri kita sendiri. Di bawah
kutukan, di luar kutukan, atau kutukan itu hanya ‘nyerempet’ saja?
0 Response to "MOMO (Michael Ende)"
Post a Comment