Travelove: Dari Ransel Turun Ke Hati
Paperback, 151 pages
Published Juni 2012 by Mizan
Rating 3/5
I feel it in my
fingers
I feel it in my toes
Love is all around
And so the feeling
grows…. (Love is All Around by Wet Wet Wet)
Cinta memang bisa datang dimana saja, kapan saja. Banyak
yang percaya itu. Saya juga ingin percaya itu, meski hingga sekarang saya belum
menemukan the love of my life.
Seperti kisah cinta klasik, cinta bisa berakhir bahagia,
bisa saja berakhir unhappy ending, ato masih saja menggantung menunggu jawaban.
Entah sampai kapan jawaban akan datang. Andrei Budiman memulai kisah cinta
travel-nya dengan Bertemu Itu Kesempatan,
Bersama Itu Pilihan. Kisah cintanya dimulai dan berakhir di negeri Sakura.
Pahit. Tapi jika itu sudah menjadi pilihan, segala sesal tak perlu ada. Trinity
melanjutkan dengan kisah ‘cinta’nya pada Bapaknya dalam Perjalanan Ke Surga. Bapak yang mendapat julukan Si Sangar ini,
saya yakin memang sangar. Batak, dengan logat keras dan galak pada teman2
Trinity yang tidak disukainya. Tapi bapak tetaplah bapak. Emak ataupun bapak
harimau juga sangar, tapi pada anaknya sudah bisa dijamin pasti lembut. Kisah
perjalanan Trinity dengan bapaknya di Bromo dipenuhi dengan emosi dan diakhiri
dengan emosi yang berbeda.
Anda percaya akan do’a dari mereka yang ‘dekat’ dengan tuhan
akan dikabulkan? Pergilah ke Luang
Prabang, Laos, dan ikuti ritual giving
alms. Rini Raharjanti dalam Terima
Kasih, Giving Alms benar2 menemukan mukjizat doa2 para biksu. Eh, saya juga
mau, apalagi bertemu dengan an Irish who said, will you come to Ireland and
marry me? #speechless #speechless #speechless…
Perjalanan rohani seorang Claudia Kaunang cukup menyentuh. Betapa
seseorang itu sangat susah untuk setiap saat berada di dekat Sang Pencipta. Silent Retreat sangat menyentil bagis
siapa saja yang selama ini hanya memikirkan perjalanan duniawi, mengesampingkan
perjalanan rohani. Ahhh, saya juga kesindir ini…
Selain nama2 dan cuplikan yang sudah saya tulis diatas, ada
pula kisah2 lain yang masuk dalam 10 kisah perjalanan cinta ini.
Comments:
Saya pernah membaca The Journey dengan model penulis
keroyokan dalam satu buku. Masing2 penulis tentu mempunyai gaya penulisan yang
berbeda. Keuntungannya adalah, saya bisa mengenal penulis2 baru dan penasaran
dengan buku tulisannya yang lain. Seperti Windy Ariestanty dan Budi Valiant
yang buku2nya sempat saya buru (pinjam teman akhirnya hahaha). Dalam Travelove
ini, terus terang saya hanya kenal nama Trinity, nama paten di dunia traveling
Indonesia. Yang lainnya? Ngga kenal. Sebenarnya saya berencana meminjam (lagi)
dari teman saya, tapi karena buku ini saya masukkan dalam deretan wishlist dan
terbaca oleh Secret Santa, Annisa
Anggiana, maka dengan baik hatinya mbak Santa ini membelikan saya buku
kedua dalam event Secret Santa tahun lalu. Terima kasih sekali lagi #bowing
Dan apakah apa yang terjadi pada The Journey terjadi pada
Travelove ini? Saya ingin mencari buku2 tulisan penulis selain Trinity?
Eeemmmm…. Sayangnya kok ngga ya? Entah mengapa, di bagian belakang buku ini
tercantum biografi singkat para penulisnya yang memang sudah malang melintang
di dunia traveling, dan juga sudah menghasilkan buku2 travel yang mungkin
berguna bagi traveler angin2an macam saya ini. Tapi pengalaman membaca buku
perjalanan berjudul Travel Hemat ke Eropa tempo hari membuat saya kapok.
Bukannya tidak percaya bahwa itu tidak hemat, tapi saya hanya percaya isi
kantong saya sendiri hahaha. Jadi, biarlah saya kembali meneruskan buku
perjalanan yang lain, yang namanya tak tercantum dalam Travelove ini, Agistinus
Wibowo dalam Garis Batas. Tak perlu kata hemat atau apapun, saya hanya butuh
kisah perjalanan yang sering kali mengharu biru dengan gambar menakjubkan khas
Agustinus. Hahaha…. See you in the next (book) travel.
pernah baca dan gak selesai. :|
ReplyDeleteso far aku paling suka ceritanya Trinity.
so sweet. :)