Uglies by Scott Westerfeld
Paperback, 432 pages
Published April 29th 2010 by Penerbit Matahati
Rating 3,5/5
Published April 29th 2010 by Penerbit Matahati
Rating 3,5/5
Pernah merasa wajah sangat buruk karena rambut lagi lepek ato jerawat sedang subur2 nya? Ato kadang merasa sedang cantik karena rambut abis creambath dan wajah bersih tanpa jerawat? Itulah keuntungan menjadi manusia seperti kita di abad 21 ini. Bagaimana dengan mereka yang hidup berpuluh ato beratus tahun yang akan datang? Apakah wajah cantik ato buruk rupa jadi masalah besar? Setidaknya ini terjadi di kota dimana Tally Youngblood tinggal.Tally, menjelang usia 16 tahun sangat berharap dirinya akan menjadi rupawan begitu usia mencapai 16 tahun dan akan tinggal di kota rupawan baru. Tally, Si Juling ini sibuk dengan experiment nya seperti apa wajahnya kelak setelah operasi. Keinginannya menjadi rupawan mulai dia pikirkan ulang setelah ia bertemu dengan Shay. Shay bercerita tentang sebuah tempat antah berantah bernama Smoke dengan sosok bernama David yang tak kalah misteriusnya. Smoke diceritakan Shay adalah kota dimana para buruk rupa tidak perlu melakukan operasi agar menjadi rupawan, dan bisa hidup dengan mandiri, berbeda dari kota yang diatur dan diawasi setiap saat.Shay dan Tally kebetulan akan segera berubah menjadi rupawan di hari yang sama. Yah, mereka lahir di tanggal, bulan dan tahun yang sama. Tapi Shay melarikan diri di malam ulang tahunnya, meninggalkan Tally yang mulai goyah dengan keinginannya menjadi rupawan ato memenuhi rasa penasarannya akan kota bernama Smoke.
Tally akan segera berubah menjadi rupawan dalam beberapa jam ketika pihak dokter bedah menggiringnya ke Dr. Cable yang alih2 mengoperasinya, menginterogasinya akan keberadaan Smoke dan Shay. Tally tak punya pilihan lain, dia harus membayar operasi menjadi rupawannya dengan informasi seputar Smoke. Dia harus mencari Shay dan pergi ke Smoke sebagai mata mata suruhan Dr. Cable!!!
Comment:
Nah lo, kok saya jadi membaca novel fantasy dystopia ini alih2 melanjutkan The Magician-nya Michael Scott untuk RC fantasy bulan ini? Hahaha. Saya juga bingung kenapa. Well, speaking about dystopian book, saya akan selalu membandingkannya dengan Hunger Games trilogy karena itu adalah dystopian book pertama yang saya baca. Terus terang, saya gagal menikmati Divergent meski selesai juga buku pertamanya. Tapi buku keduanya, ugh, kenapa adegan percintaannya mirip THG? Nah, yang menyenangkan disini adalah romens yang smooth, dan ada sisi sisa peninggalan human seperti yang masih ada sekarang: roller coaster, rel kereta api, dan beberapa peninggalan lain yang mungkin akan dianggap kuno dan antik beratus tahun yang akan datang. Meski kuno, kehidupan kaum Rusty, saya anggap peradaban masa millennium saat ini, sangat menantang untuk dijalani, berbeda dari kehidupan kota yang sangat modern dan cenderung monoton. Kendaraan bukan lagi flying car, melainkan hovercar dan hoverboard. Dalam bayangan saya hoverboard ini berbentuk seperti skateboard dan bisa terbang dengan sensor logam yang sengaja ditanam dimana2. Hoverboard ini juga bisa cerewet pada para pengendaranya jika memasuki wilayah terlarang. Ehm, cukup asik buat yang ngga punya height phobia. Uglies juga smooth untuk adegan kekerasan yang sangat terasa di THG ato Divergent. Mungkin ini baru di buku satu, entah di sequelnya kelak. Tapi selama membaca saya sangat jarang terperangah seperti ketika saya baca THG. Judul per chapternya yang mungkin memberi spoiler secara tidak langsung. Saya lebih suka per chapter diberi angka sebagai penanda bab baru dibanding judul macam begini. Di sisi lain, judul per chapter juga bisa membuat saya ingin membaca chapter berikutnya. Tapi tetap saya memilih judul dengan angka. Eh, bagian ini abaikan saja ya.
PS:
Postingan ini saya sertakan dalam 2 Reading Challenge bulan ini1. Reading Challenge fantasy BBI bulan Maret 20132. Finding New Author. Scott Westerfeld adalah nama baru buat saya, meski karya dystopia yang ini cukup populer beberapa waktu lalu. Gaya penulisannya lumayan, meski sosok Tally bukanlah heroine yang menyenangkan, cenderung menyebalkan. Tapi so far, it's ok for me. Saya masih mau lanjut ke Seri berikutnya.
errr Magiciannya........... #kletakkletekjari
ReplyDeletebelum pernah baca seri ini, nggak terlalu tertarik sama covernya... *subyektif sekaliii, haha*
ReplyDeletehuhuhu masih dalam antrian baca, rencananya mau bikin bulan khusus buku dystopia semoga saja bisa kesampaian
ReplyDeleteada di timbunan!!! eh tapi ini tanggung ya, buku terakhirnya kan belum diterjemahin, hikshiks
ReplyDelete