Prom Night From Hell by Meg Cabot, Stephanie Meyer, etc
Paperback., 308 pages
Published by Gramedia Pustaka Utama Agustus 2012
Rating 3.5/5
Pernah memimpikan malam prom yang romantic dan berakhir
indah? Malam Prom bisa jadi adalah malam yang ditunggu sekaligus malam kutukan
bagi mereka yang tak punya pasangan. Sekedar tembak pasangan, nampaknya bakal
berakhir tragis, karena siapa tahu, pasangan kita ternyata adalah vampire yang
sedang menyamar, seorang nabi, seroang wonder woman atau bahkan seorang titisan
malaikat?
Meg Cabot membuka
kisah Malam Prom dari Neraka ini dengan Putri Sang Pembantai. Mary, putri sang
pembantai mendapat tugas dari ayahnya untuk membunuh vampire yang telah
mengubah ibunya menjadi makhluk terkutuk selamanya. Adam, cowok yang diam diam
naksir cewek baru di sekolahnya ini tak berpikir dua kali untuk mempercayai
cerita Mary. Berbekal senapan berisi air suci dan kayu salib untuk mengalahkan
sang vampire yang sudah berusia ratusan tahun, di sebuah pesta prom.
Lauren Myracle
menyambung cerita kedua dengan Korsase.
Di awal kisah, ia sudah memperingatkan bahwa kisahnya ini diinspirasi oleh The Monkey’s Paw-nya W.W Jacobs yang terbit tahun 1902.
Keinginan, memang adalah sesuatu yang bisa menyesatkan, apalagi jika keinginan
itu tidak didasari keyakinan kuat. Frankie, Yun Sun dan Will adalah tiga
serangkai sahabat yang sepertinya karena iseng mereka mendatangi seorang
cenayang bernama Madame Z atau Zanzibar. Madame ini bisa memberitahu apa yang
akan terjadi di masa depan. Rasa naksir Frankie yang kuat terhadap Will, tak
membuat Will berani mengajaknya ke pesta prom. Kunjungan ke Madame Z inilah
moment bagi Frankie untuk menunjukkan betapa kuat keinginannya Will bakal
mengajaknya.
Karena tidak terlalu banyak yang ingin diketahui, mereka
bertiga malah menanyakan barang ajaib yang ada di ruangan Madame. Ketika mata
mereka tertuju pada Korsase, ada semacam magnit menarik Frankie untuk
memilikinya. Apalagi korsase iniu bisa mengabulkan 3 permintaannya, meski
Madame Z sudah memperingatkan bahwa permintaan itu akan berhubungan dengan
kematiaan. Frankie tak peduli, yang penting dia ingin, Will akan mengajaknya di
malam prom. Will memang benar mengajaknya ke malam prom, sesuai keinginan
Frankie yang pertama pada korsase. Dengan cara yang extra romantic pu;a,
menulis ajakannya pada Frankie di menara air dengan cat semprot. Namun entah
karena kecelakaan yang diakibatkan keinginan Frankie pada korsase, Will mengalami
kecelakaan, dia jatuh, dan meninggal. Tinggal dua permintaan lagi, apakah
Frankie akan menggunakannya dengan lebih baik atau konyol seperti yang pertama?
Kisah ketiga ditulis oleh Kim Harrison dengan judul Madison
Avery dan Malaikat Maut. Hati-hatilah dengan pasangan prom-mu yang baru
saja kau kenal, semakin menarik, semakin berbahaya. Mungkin ini yang dialami
oleh Madison Avery di pesta prom ketika ia kesal pada Josh, pasangan yang
dipilihkan ayahnya, dan lebih memilih Seth. Cowok baru di sekolahnya ini
ternyata telah lama mengicar Madison sebagai tiketnya untuk ke level
berikutnya. Apa itu? Ternyata, Seth ini adalah malaikat maut yang berkeliaran
mencari korban, gadis berusia 17 tahun.
Muncul 2 malaikat lain, Barnabas dan Lucy, ketika Madison
berada di kamar mayat sebuah rumah sakit. Batu jumat di kalung mereka membuat
tubuh Madison serasa utuh, bukan hanya jiwa yang sedang gentayangan setelah
tebasan pedang Seth. Disini muncul dialog yang membedakan antara malaikat maut
an malaikat baik:
“Malaikat jahat membunuh orang sebelum koin mereka dilempar, malaikat baik berusaha menolong orang itu, sementara malaikat maut adalah pengkhianat berbahaya…” (hal. 130)
Setelah membunuh Madison, Seth masih membutuhkan jasad
Madison untuk tiket lanjutnya. Sayang, Madison lebih gesit merebut batu jimat
yang dipakai Seth, dan melesat kembali ke rumah bertemu ayahnya dalam kondisi
segar, meski sang ayah sudah melihatnya terbujur kaku di kamar mayat.
Michele Jaffe
melanjutkan kisah seru lainnya dengan Pengakuan.
Miranda Kiss, gadis remaja dengan kekuatan super, mempunyai masalah dengan rasa
percaya dirinya. Tubuhnya yang jangkung, tenaganya yang berlebih serta
telinganya yang tajam, mampu mengetahui detak jantung seseorang, ketika ia
berkata jujur atau pun tidak. Pertemuannya dengan Sibby Cumean di awali ketika
Miranda menjemputnya di bandara. Kerja paruh Miranda adalah sebagai sopir Town
Car. Sibby ini ternyata bukan penumpang gadis muda biasa. Kelakuannya sedikit
menyebalkan, apalagi yang berhubungan dengan laki-laki manis yang sulit
didapatkan Miranda. Ia dengan enaknya mencium para cowok2 itu selama dalam
perjalanan menuju tempat penginapannya. Beberapa ia dapatkan secara gratis,
yang lainnya ia membayar. Ckckckck… Di jalan, tempat parkir, toko, pokoknya
dimana saja. Kelakuan ajaibnya ini membuat Miranda muak. Keinginannya segera
berpisah, tertunda karena feeling akan adanya bahaya mengincar Sibby tiba tiba
datang. Siapakah Sibby ini? Mengapa begitu banyak orang menginginkannya, bahkan
dengan tebusan yang tidak sedikit. Di luar itu, Miranda yang selama ini
diam-diam menjadi wonder woman dengan kekuatan super-nya juga mendapat kecurigaan besar dari deputi
setempat Santa Barbara. Dia bisa saja membantu kepolisian, tapi mengesalkan
bagi para bandit. Perburuan terhadao mereka berujung di sebuah pesta dansa. Dibutuhkan
kecerdikan untuk melepaskan diri sekaligus mengetahui jati diri Sibby yang
ternyata berhubungan dengan sekte keagamaan tertentu.
Stephanie Meyer
menutup kisah pesta prom ini dengan Neraka
Datang. Pesta dansa benar-benar ditunggu bagi para siswa sekolah Gabe. Gabe
sendiri harus gigit jari karena pasangan dansanya melarikan diri ke pelukan orang
lain. Celeste, bisa jadi adalah bintang pesta prom. Dia bisa enak saja nemplok
sana sini sesuai keinginannya. Tak hanya Gabe, banyak pasangan lain yang harus
menangis kelu kehilangan pasangan, atau bahkan adu jotos karena pasangannya
direbut. Pesta prom yang dirancang menebar kebahagiaan, berjalan
menyengsarakan.
Sheba, gadis dari neraka-lah yang menjadi dalang semuanya.
Ujian naik tingkat bagi para iblis ditentukan berhasil atau tidaknya ia menebar
kesedihan, atau lebih bagus lagi menebar kericuhan, seperti meletusnya pistol. Ambisi
Sheba ini harus berhadapan dengan Gabe, yang meski sempat patah hati, ternyata
tak membuatnya bersedih hati. Rasa kasihnya memancar di mata biru pucatnya,
menyapu Sheba, dengan gaun menyalanya, bagai api neraka. Akankah api yang
ditebar Sheba segera padam atau sebaliknya, apinya juga membakar Gabe?
Comments:
Jauh sebelum saya membaca printed-nya, saya sudah memiliki
ebook versionnya. Hal yang menarik saya adalah senjata yang dipakai Mary untuk
melawan vampire, Drake, Excalibur Vixen 285 FPS. Sayangnya, menurut saya, Meg
terlalu gampang mengakhiri pertempuran melawan vampire ini. Terlalu dangkal,
terlalu cepat berakhir. Jika dibandingkan dengan cwerpen lainnya yang
menghabiskan lebih banyak halaman, dan ceritanya-meski menggantung-tapi
menggantung dengan masuk akal. Meg seakan terlalu terburu buru. Sosok
heroine-nya sangat khas Meg, yang seperti biasa, saya suka.
Kisah korsase ini-saya akui memang sangaaatt horror- tapi
sedikit banyak mengingatkan saya akan cerita cerita dalam Friday the 13th,
bertahun yang lalu. Adanya barang kutukan yang akan memangsa si empunya adalaah
suaatu hal yang biasa. Untungnya, deskripsi ketegangan sangat terasa,terjemahan
yang baik juga sangata membantu menciptakan suasana horror disini.
Terus terang, saya kurang suka dengan cerita yang
berhubungan dengan malaikat. Mungkin karena pemahaman agama saya yang tidak
memungkin adanya malaikat yang berkeliaran dengan tubuh manusia, maka kisah Kim
Harrison dan Stephanie Meyer ini menduduki 2 terendah dalam posisi 5 kisah
dalam prom ini. OK lah, jika ingin menggambarkan iblis dalam bentuk manusia
macaam Sheba, tapi kisah batu jimat untuk hidup kembali, kurang bisa saya
terima. OK lah juga jika ini kan hanya sekedar cerita dan penilaian saya yang
sangat subjektif.
Pada awalnya, saya kurang bisa menikmati kisah Pengakuan.
Segala singkatan buatan yang sangat ajab, terasa konyol di awal tapi lama-lama
unik juga. Miranda tak ubahnya Superman atau Spiderman yang menyembunyikan
kekuatan supernya di balik topeng gugup, kurang percaya diri dan sekali waktu
tampil menjadi pahlawan. Sayangnya, topic utama mengenai pesta tidak terlalu di
ekspose disini. Hanya di bagian akhir kisah dimana para tokohnya bertemu di
sebuah pesta yang terkesan hanya selewat saja.
Well, overall, saya cukup menikmati semua kumcer disini. Tidak
seperti dua kumcer sebelumnya, Maggie Tiojakin dan Chitra Banerjee Divakaruni
yang sangat susah menulis reviewnya, kumcer ini sangat ringan hingga tidak
begitu sulit untuk menulis reviewnya. Dan yang jelas, saya jadi mengenal
beberapa nama penulis baru yang ingin saya cicipi bukunya kelak.
PS:
Posting ini untuk meramaikan posting bareng BBI bulan Mei
dengan tema kumpulan cerpen
jadi tertarik juga nih...terutama yang kisah mirip friday the 13th itu..untung jamanku dulu belom ada prom, hahaha
ReplyDeleteAh, iya, untunglah, jamanku juga belum ada prom. Bisa mati kutu ngga punya pasangan #curhat
Deleteaku nggak suka ama permainan covernya :( kerasa seremnya
ReplyDeleteNamanya juga horor, mas dewe :)
Deletewowowowo..
ReplyDeletesepertinya seru, nih..
#note #cariepub :D
Aku punya epub nyaaa. Mau?
Delete