Liesl and Po by Lauren Oliver
Paperback 318 pages
Published April 2013 by Penerbit Mizan
Penerjemah: Prisca Primasari
Rating: 4/5
Pada malam ketiga setelah ayahnya meninggal, Liesl melihat
hantu….
Liesl tidak meratap ketika ia harus hidup dikurung di loteng
rumahnya sendiri hingga pada suatu hari ia bertemu dengan Po, hantu cilik
beserta anjing kucingnya, Bundle. Po yang berasal dari dunia lain mendapat
titipan salam dari Liesl untuh ayahnya. Liesl tidak sempat mengucap selamat
tinggal pada ayahnya sesaat sebelum ia meninggal. Po, meski tidak berjanji, akhirnya
memang bertemu ayah Liesl dan menyampaikan pesan Liesl padanya. Namun ternyata
kematian ayahnya menyimpan rahasia besar hingga membuatnya berkeliaran di Dunia
Lain dan membuatnya tidak tenang.
Mendengar hal yang mencurigakan ini, Liesl berniat
menyelidikinya. Tapi sebelumnya ia harus menyebar abu ayahnya di tempat mereka
dulu pernah mengenyam kebahagiaan, jauh sebelum kedatangan ibu tirinya. Maka dimulailah
pelarian Liesl Po dari lotengnya bersama si hantu Po dan Bundle. Di perjalanan,
mereka bertemu dengan Will, murid merana seorang alkemis yang bermimpi menjadi
penyihir pemerintah hebat. Sayangnya, cita-cita tingginya ini harus dibuktikan
dengan membangkitkan kematian dengan sihirnya. Sihir rumitnya ini berupa
tumpukan abu, yang mirip dengan abu ayah Liesl. Bisa dipastikan perjalanan
Liesl dkk bakal bertemu dengan segala kerumitan yang ditimbulkan Alkemis, Lady Premiere,
dan tentu saja ibu tirinya. Sebuah kesalahan membuat kehidupan Liesl dan
karakter lainnyaa tidak lagi sama.
Comments:
Awalnya, saya sedikit ‘memaksa diri’ untuk menyesuaikan
dengan buku ini. Well, setelah sebelumnya membaca Wonder, The Help, Insiden
Anjing di Tengah Malam, dan beberapa kisah drama ‘real’ lainnya, membaca
fantasy novel needs adjustment for me hehehe… Tapi akhirnya sukses juga saya
suka dengan buku yang penuh ilustrasi keren agak seram ini.
Kisah kematian yang tidak wajar sebenarnya bukan sesuatu
yang baru dengan bumbu kejahatan ibu tiri pula. Namun, kisah Liesl ini bukan
hanya melulu seputar penyingkapan siapa sosok antagonis di sebuah novel namun
juga seputar persahabatan lintas dunia serta seputar kehidupan dan kematian. Bonding
antara Liesl dan ayahnya sangat terasa meski ayahnya telah meninggal. Liesl paling
suka menggunakan kata ‘tak terlukiskan’ untuk menggambarkan sesuatu yang hebat,
yang tak terkatakan. Sebuah kata yang ia dapat dari ayahnya yang sering
menceritakan kisah kisah untuk orang dewasa padanya dengan kata-kata dewasa
pula.
Dia mengulang kata tak
terlukiskan dengan lantang, sebanyak tiga kali di kepalaanya, berlama-lamaa
pada lekukan hurufnya yang bagaikan ujung lembut krim susu di awal masa
kanak-kanaknya. Ini membuatnya sedikit
lebih baik. (hal. 18)
Meski tak pernah tak bertemu muka satu sama lain, Will
merasa kedekatannya dengan Liesl. Secara naluriah, Liesl juga merasakan hal
yang sama pada bocah laki-laki yang selalu berdiri di seberang jendela
lotengnya. Po, meski hantu, juga merasakan kedekatan pada anak manusia di luar
dunia lainnya. Sepertinya, Po juga mengalami hal yang sama seperti ayah Liesl,
hingga ia masih terus berkeliaran di Dunia Lian, bahkan menembus Dunia Nyata.
“Beberapa dari mereka berjalan terus.”“Terus kemana?”“Terus. Ke tempat lain. Ke Sana. Aku juga tidak tahu!” (hal. 20)
Kematian, sang Alkemis adalah sebuah lelucon.
Namun tak jarang ia kesal juga karena ia menjadi sangat sibuk dengan banyak
jasad yang harus ia bakar dan membuatnya kehabisan guci. Bahkan ia berpikir
untuk meminta pada wali kota menghentikan kematian selama seminggu… hahaha… Biar demikian ia sangat mengenal akrab
kematiaan. Dia cukup memahami kematian,
sehingga mengerti bahka kematian tidak bisa diakali, dibeli, ditunda, atau
diubah jadwalnya (hal. 35).
Kisah untuk anak-anak ini menurut saya cukup gelap dengan
bumbu kematian. Well, it’s OK sih untuk mengenalkan kebenaran hidup pada
anak-anak, bahwa hidup itu tidak selamanya. Namun, masih saja menurut saya,
buku ini gelap bagi anak-anak. Untungnya muncul karakter polisi Mo yang lucu
dan baik hati. Kemunculannya membuat kisah ini lebih segar dengan akhir yang
menyenangkan pula #sorryspoiler :D. Over all, kisah yang dilatarbelakangi kisah
pribadi penulisnya ini sangat asyik dinikmati segala umur, ditambah illustrasi
indah meski terkadang bisa mendirikan bulu roma saya. Dengan catatan orangtua
harus menjelaskan bahwa sosok Po dan Bundle itu adalah rekaan di buku
#hahahayaiyalaahh…
Mr. Gray bukannya beda sm Alkemis ya mbak? Alkemis beli bahan2nya di Mr. Gray.. cmiiw.
ReplyDeleteAha.... iya ya... Makasih koreksinya yaaaa....
ReplyDelete