The Demigod Diaries by Rick Riordan
Paperback 339
Published Juni 2013 by Mizan Fantasy
Penerjemah Reni Indardini
Rating 3,5/5
Menulis
diary ternyata bukan hanya dilakukan para non half-blood.... entah menggunakan
huruf apa mereka ketika menulis, karena kita tahu mereka pengidap dyslexia....
Diary
pertama ditulis oleh Luke Castellan. Perjalanan Luke ketika ia berusia 14 tahun
bersama Thalia putri Zeus sebelum bertemu Annabeth. Seperti halnya anak anak
demigod, hidup mereka tidak pernah tenang dari kejaran para monster. Mereka pun
sering kali mengalami kejadian menyeramkan dan saling bahu membahu membasmi
para monster. Tapi diantara pengalaman
itu, kisah yang ditulis Luke di diarynya ini mungkin yang paling mengancam jiwa
mereka.
Diawali
dengan pertemuan mereka dengan kambing misterius yang membawa mereka ke sebuah
rumah yang ternyata berisi demigod Halcyon, putra Apollo yang sedang menjalani
masa hukuman. Kesalahannya membaca masa depan seseorang membuatnya membayar
dengan pengasingan berpuluh tahun. Dia akan bebas jika bertemu dengan demigod yang
tepat untuk memiliki sebuah senjata.
Diary
kedua ditulis Percy Jackson. Awal diary cukup romantis dengan adegan perayaan
jadian mereka. Tapi ternyata keinginan
makan malam romantis mereka harus tertunda dengan munculnya Hermes. Dewa
pengantar pesan ini kehilangan senjata multi fungsinya yang menjadi ciri
khasnya, Caduceus. Tanpa senjatanya, Hermes bukan Hermes. Sangat memalukan memang, Hermes yang juga
dikenal sebagai dewa pencuri, kecurian senjata pamungkasnya. Hahaha... Meski
berat, akhirnya setuju juga Percy dan Annabeth membantu menemukan Caduceus,
dengan imbalan tentunya #eh sejak kapan Percy terima order dari Hermes ya?
Wkwkwk...
Petunjuk
si pencuri datang dari Hermes, yaitu
raksasa bernapas api, Cacus. Si raksasa setinggi 3 meter dan terhitung pendek
di kalangan para raksasa ini paling doyan mencuri barang-barang berkilau
bermerk terkenal. Mengingat hobinya ini pasti dia sangat ahli mencuri, pesaing
berat Hermes dong ya. :D Petunjuk lain, si raksasa gemar tinggal di gua bawah
tanah, tempat tinggal sekaligus gudang penyimpanan barang2 curian, termasuk
Caduceus.
Diary
ketiga ditulis oleh Leo Valdez, si jenius putra Dewa Hephaestus. Leo kalang
kabut dengan menghilangnya Buford, mesin vital untuk kapal Argo II nya. Ohya,
kehilangan ini terjadi sebelum Argo II digunakan sebagai alat transportasi
menuju perkemahan Half-blood Romawi di buku The Mark of Athena (sudah
ke-spoiler duluan, kalo hilangnya Buford bakal ditemukan).
Piper
dan pacarnya, Jason, berusaha membantu Leo. Dimulai dari jejak menghilangnya
Buford hingga akhirnya mereka menemukan petunjuk. Sayangnya mereka harus bertemu dengan
sekelompok peri hutan, fans berat
Dionysus. Mereka sangat memuja sang dewa, srhingga mereka mengikuti
'tauladan'nya :P yaitu berpesta pora dengan anggur. Leo sempat menyaru sebagai
Dionysus, namun dalam waktu beberapa
saat, pengakuannya langsung basi. Kelompok peri sadis bersiap 'mengajaknya'
berpesta bersama Piper dan Jason.
Bagian
akhir buku ini ditulis oleh putra Rick Riordan yang istimewanya masih berusia
16 tahun dan 'menjelaskan' beberapa pertanyaan mengapa dan bagaimana seputar
monster versus demigod.
Bagian
ini berkisah seputar penulis narsis Howard Claymore. Tulisannya seputar
kehidupan sesudah kematian mengundang perhatian seorang demigod, Alabaster. Berbeda dari para pahlawan Olympus
yang bertarung melawan Kronos, Alabaster ini adalah sedikit dari para demigod
yang bertarung di pihak Kronos. Si bocah ini secara tidak sengaja 'mengajak'
Claymore ke kehidupannya yang terus menerus dikejar kejar para monster. Monster kali ini yang memburunya adalah
Lamia, jelmaan monster yang kebetulan saudara perempuan satu ibu dari
Alabaster. Keberhasilan Alabaster membunuhnya berulang kali tidak secara
langsung membebaskannya dari kejaran monster ini. Kemampuanya beregenerasi,
membuat Lamia seolah immortal.
Dibutuhkan dua orang cerdas untuk melenyapkannya selamanya. Masalahnya
Claymore ada non demigod yang meski mengerti seputar dewa, tapi tak pernah
menyangka kehidupan para dewa dan demigod nyata di hadapannya.
Comments:
Seperti
yang saya tulis di awal review, pengidap
dyslexia biasanya mempunyai masalah dalam membaca, bagaimana dengan menulis?
Saya tak terlalu tahu dengan gangguan semacam ini. Tapi kalo yang dimaksud
adalah diary sama seperti diary para peserta X Factor ato AFI ato Indonesian
Idol, berupa rekaman, disini mungkin rekaman penulisnya yang tercecer ketika
menulis ato akan terlalu tebal bukunya jika detil yang ada di buku ini
disertakan dalam bukunya, saya maklum.
Tapi dari dua entry pertama diary, bentuk halaman dan font seperti umumnya
diary. Sementara pada Leo, penulis menggunakan kata ganti orang ketiga alih
alih orang pertama seperti pada Luke dan Percy.
Well,
diary para demigod ini setidaknya sedikit menghangatkan ingatan saya seputar
dunia Percy setelah hampir satu tahun menyelesaikan The Mark of Athena dan
mempersiapkan diri untuk The House of Hades :D . Saya juga sedikit heran dengan
diri saya sendiri yang meski ngaku fans Percy, tapi tak pernah ingat detil di
masing masing buku. Jika ada yang bertanya, The Titans Curse itu yang apa ya?
Saya cuma bisa bilang ya tentu yang ada kutukan Titan dong. Selebihnya, tauk
deh hahaha #maap bagi pecinta Percy Jackson series yaaa. Oya, saya juga salut dengan Hailey Riordan,
putra Rick yang menulis bagian akhir buku ini. Seperti halnya Rick yang
mengatakan bahwa tulisan anaknya ini lebih bagus dibandingkan tulisannya ketika
ia berusia 16 tahun, saya juga setuju. Hailey memasukkan unsur pertanyaan
seputar kehidupan setelah kematian dan tentang ultimate questions about God
existence. Tidak melulu seputar hubungan
para dewa dewa dengan anak anaknya yang tersebar seantero jagad. :D:D
eh tapi lucu juga nih buku ya, jadi tau sisi lain atau hidden stories mereka. ^_^
ReplyDeleteErrr..... Sebenarnya buku ini tepatnya seperti prekuel dari sekuel yang mana gitu. IMHO sih hahaha...
ReplyDelete