#1 The Guy Next Door by Meg Cabot
Paperback 558 pages
Published Juni 2003 by Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Indah S. Pratidina
Rating 4/5
To: meg_cabot@thenyjournal.com
From:
lilacyclist@blogger.com
Subject: Buku anda
Dear
Meg,
Ceritamu
tentang Melissa dan John Trent sangat unik. Tau ngga sih, aku sudah membawa
bawa novel ini sejak beberapa bulan lalu, tahun lalu. Tapi baru sempet baca
beberapa hari lalu. En, surprise, lebih dari 500 halaman, bisa ku selesaikan
dalam waktu 2 hari! Ngga biasanya lo ini.
Oya,
Meg, kenapa ya, Mel kudu ngamuk begitu tau kalo Max itu ternyata John Trent, si
anak milyuner, sampe bikin berita heboh di korannya? Oke, John memang sudah
tidak jujur sama Mel, tapi pembalasannya ya ngga gitu gitu amatlah. Well, meski
banyak sih yang merasa pembalasan Mel ini cukup setimpal. Tapi, if I were Mel,
I would think about another revenge. Tapi apa ya? Belum kepikiran nih :))
Aku
suka bagian email2an antar keluarga Trent. Dari keluarga kaya bin tajir, mereka
saling akrab satu sama lain. Meski aku cukup mikir juga, di tahun buku ini
ditulis, 2003, di jaman smartphone belum seperti sekarang, kirim email layaknya
sms itu kok kayaknya susah di akses ya? Oke, mungkin di Indonesia tahun 2003
memang belum populer kirim email layaknya sms ato what'sapp sekarang. Tapi dari
beberapa email, menunjukkan kalo si karakter sedang tidak berada di belakang
layar komputer.
Kau
mau tau aku berada dimana sekarang? Well, saat ini aku sedang jongkok di tangga
darurat yang kebetulan dibatasi dinding yang bersebelahan langsung dengan ruang
tamu Mrs. Friedlander (email Mel untuk Nadine, page 540).
Nah,
Meg. Ga kebayang deh, Mel masih kirim email di saat tegang begitu? Kalo
sekarang sih, well, semua orang merasa jadi selebtwit, hingga timelinenya penuh
dengan adegan yang sedang dialami. Bahkan beberapa masih sempet motret dan
unggah di jejaring sosial :)) . Emmm, mungkin aku yang katrok ya, Meg? Di tahun
segitu, aku memang sudah punya email, hanya terbatas ketika pergi ke warnet
untuk bisa mengaksesnya. Ah, kok aku mikirnya susah gini ya? Hari ini gini aja
masih banyak yang ngga ngakses email kok. Hanya mereka sudah punya banyak
aplikasi untuk curhat. Hahaha. Oya, satu lagi, saking banyaknya nama yang
saling kirim email, kok ya ngga ada yang salah kamar ya? Maksudku, misal Mel mo
kirim email ke John, eh, nyasar ke Nadine. Padahal isinya lagi mesra mesranya.
Chat ato group what'sapp aja banyak banget yang pada salah kamar. Kalo ada,
pasti kocak banget. #idegamutu #abaikan
Overall,
Meg, aku suka banget sama seri pertama Boy ini. Tapi banyak teman yang bilang
kalo buku keduanya kurang nendang dibandingkan buku pertama. But I'd give it a
try.
Lila
PS.
Tau ngga sih, Meg, ini adalah review aneh pertamaku di awal tahun 2014. Maksud
hati mo ikut2an stylemu nulis novel ini lewat email, ternyata jadinya aneh gini
hahaha. Sudahlah...
Meg cabot emang okeh!
ReplyDeleteEh nulis review kayak surat gini enak juga ya, kapan2 aku coba ah.. ;)
Setujuuuu....
Delete