#6 Refrain by Winna Effendi
Ebook format (jar)
Rating 3/5
Blogpost sering kali memacu saya
untuk membaca sebuah buku. Demikian juga dengan buku Refrain ini yang saya baca
berkat blogwalk. Yang lebih membuat saya membaca sebenarnya lebih pada filmnya
yang sukses menyita perhatian saya dengan memasang Maudi Ayunda dan Afghan
sebagai bintang utamanya. Kisah cinta tentang antar sepasang sahabat selalu
membuat saya terharu biru.
Nata dan Niki adalah
sepasang sahabat yang sudah dimulai sejak mereka usia sangat muda. Mereka
tinggal bersebelahan dan selalu berbagi pengalaman, cerita nakal, seluruh kisah
pertama kecuali kisah cinta pertama yang masing masing penasaran seperti apa
rasanya. Siapakah yang bakal mengalami cinta pertamanya terlebih dulu?
Dari awal kisah, penulis
sudah menyebutkan bahwa ini adalah kisah cinta sepasang sahabat yang tentu saja
sudah bisa ditebak dari awal. Siapakah yang jatuh cinta terlebih dulu sudah
bukan hal yang menarik lagi (buat saya lo). Tetapi ternyata mengikuti kisahnya
masih tetap menarik, meskipun suguhan utamanya tetap saja pada dua N ini.
Masuknya orang ketiga, Annalise, untungnya tidak terlalu mengganggu. Dia muncul
sebagai pemanis kisah cinta yang tertunda dari duo sahabat ini. Oliver, cinta
pertama Niki, setidaknya memberi bumbu sedap akan apa yang tengah dirasakan
oleh Nata.
Sayangnya saya agak
terganggu dengan beberapa hal yang sebenarnya tidak terlalu mengganggu tapi
mengganggu buat saya. Misalnya saja penulisan nama Annalise yang selalu ditulis
secara lengkap meskipun nama panggilanya adalah Anna. Kenapa harus ditulis
lengkap? Saya jadi ingat dengan nama lengkap Georgina alias George yang
selamanya ditulis George. Dan Anna, disebutkan adalah siswi yang sering kali
berpindah dari satu sekolah ke sekolah lain di luar negeri. Tapi kenapa dia
masih belum terbiasa melihat cowok bertelanjang dada, dan salah tingkah melihat
kak Dhanny? Bukannya di luar negeri lebih 'terbuka'? Ah, ini hanya gangguan
kecil saja kok. Selebihnya baik baik saja.
Sebelumnya, saya menonton
filmnya terlebih dahulu dan kemudian penasaran ingin membandingkan dengan
bukunya. Saya berharap bukunya akan lebih menggambarkan suasana hati Nata yang
galau. Well, nggak sedetil bayangan saya sih
meski yah, cukup mewakili meski tidak terlalu membuat gemas. Sebaliknya,
di film, Afghan sebagai Nata cukup bagus merepresentasikan kegugupannya ketika
tampil di Pensi, jutek ketika pertama kali tahu tentang Oliver, dan awkward-nya
obrolannya dengan Niki, setelah Niki tahu perasaannya. Di buku, Nata cukup
terbuka dengan hadirnya Anna, di film, Nata seolah tidak butuh orang lain selain
Niki. Sosok Niki dengan seringnya mendapat rapor merah tidak terlalu dapat di
wajah Maudi Ayunda. Cantik dan ceria, cukup bagus diperankan oleh Maudi, tapi
rapor merah, ngga deh. Tapi pemilihan Maudi sebagai Niki, bagus juga
#komennggakjelas .... Haha haha. Ohya, masalah nggak penting lainnya adalah
rumah segede rumah pejabat milik Nata dan Niki di film, rasanya kok janggal
kalo Nata naik sepeda pergi ke sekolahnya dengan Niki yang hanya modal mbonceng
saja. Kebetulan yang sangat kebetulan ketika tahu alasan mengapa mereka tinggal
tanpa orang tua di film karena mereka sedang bertugas luar pulau, di tempat
yang sama pula. Dengan pekerjaan bagus begitu, saya yakin at least, motor bisa
mereka belikan untuk Nata/Niki. Mungkin mereka menyelipkan iklan bike to School
kali ya? Hihihi... Di buku lebih terasa naturalnya dengan hadirnya ibu dan adik
Niki, dan sosok ibu yang ternyata bersedia berkorban bagi Anna. Ah, buku vs
film selalu saja membuat panjang daftar 'dosa2' yang terkadang nggak perlu tapi perlu dibahas :))
Ini adalah pertemuan saya
yang pertama dengan Winna Effendi. I can say that I quite enjoy it. But I
couldn't find any special dictions from her but some expressions that have been
repeated from many reviewers. Jadi, saya memilih tidak menulis lagi di review
saya. But I definitely would have another book of hers to decide whether she
can be my teenlit book writer like Stephanie
Perkins.
Ehiya, ini dia trailer filmnya. Siapa tahu jadi pengen nonton, seperti saya yang kudu nyewa VCD nya di rental, ngga unduh di YouTube loooo :D
Belum baca dan belum nonton. #teruskenapa
ReplyDeleteEh-eh, tapi cover versi film menurutku bagus juga.
Nonton aja dulu, pan. Nanti baru baca bukunya. Sama enaknya kok.
DeleteCovernya bukunya bagus karena Afghan ato Maudi-nya? :))
HEH! Masa ditanyain bagusan karena siapa. Ya Afghan lah. #plakkk
Delete