#22 The Heroes of Olympus #4: The House of Hades by Rick Riordan
Paperback, 627 pages
Published April 2014 by Noura Books
Penerjemah: Rika Iffati Fahirah,
Nuraini Mastura, Reni Indardini
Rating 4/5
Akhirnya, saya kembali kecemplung ke
jurang Tartarus bersama dua demigod handal Annabeth dan Percy....
Setelah setahun, kembali saya
berjumpa dengan perjalanan para demigod Yunani dan Romawi untuk menggagalkan
bangkitnya ibu Bumi, Gaea. Dalam buku sebelumnya, ramalan mengatakan bahwa akan
ada 7 pahlawan demigod yang akan menempuh perjalanan penuh resiko ini. Di The
Mark of Athena, dua sejoli Annabeth dan Percy terjerumus dalam Tartarus setelah
berhasil mendapatkan patung Athena Parthenos, simbol yang dipercaya akan
mendamaikan dua kubu Yunani dan Romawi. Sementara 5 demigod lainnya, terombang
ambing di atas kapal Argo II menuju Gerha Hades untuk menjemput Annabeth dan
Percy yang nanti akan diperkirakan bakal bertemu di Pintu Ajal.
Annabeth dan Percy tengah melayang
jatuh ke dasar Tartarus yang diperkirakan memakan waktu 9 hari dari permukaan
bumi ke Tartarus. Waktu yang cukup lama untuk memikirkan langkah tepat untuk
tidak remuk ketika tiba di dasar. Tak ada Jason, putra Zeus yang bisa
menerbangkan mereka, tak ada Frank yang bisa menjelma menjadi burung untuk
menahan laju jatuh mereka. Yang ada hanya keberuntungan...
Sementara itu, Hazel, Frank, Leo,
Jason dan Piper, serta Nico di Angelo dan Pak Pelatih Hedge, si satir, tak
kalah repot menghadapi banyak rintangan selama perjalanan menuju Gerha
Hades. Tapi jangan salah, rintangan itu
justru membuat mereka menyadari kemampuan yang selama ini tak pernah mereka
pikirkan. Hazel misalnya, setelah pertemuannya dengan Hecate, dia baru
menyadari jika ia punya kemampuan sihir dan memanipulasi Kabut. Frank, selama
ini merasa dirinya tak cukup berharga di mata teman-temannya, terlebih di depan
ayahnya, si dewa Perang, Mars atau Ares, ternyata mampu menunjukkan dirinya
sehebat anak-anak Ares/Mars lainnya seperti Romulus, Horatius, dll. Jason dan
Nico, sebuah hubungan pertemanan yang kaku, tak disangka, pertemuan mereka
dengan dewa cinta, Cupid yang ternyata jauh dari bayangan--seram fan galak,
mendekatkan mereka berdua. Nico, cowok dari dunia bawah, ternyata memendam
perasaan spesial pada...... Duh, ga nyangkaaaa.... Jadi, sedikit simpati pada
anak ini. Sikapnya yang tertutup semakin menjauhkan hubungan sosialnya dengan
yang lain dengan memiliki perasaan tersebut. Leo, selama ini masih memendam
rasa sukanya pada Hazel, hingga kadang membuat Frank cemburu. Lemparan dewi
salju sinting Khione, mendaratkannya di sebuah pulau mistis yang dulu pernah
disinggahi Percy, dan bertemu dengan gadis cantik yang dikutuk tinggal
selamanya di dalamnya, Calypso. Hanya pahlawan yang dikirim ke pulau tersebut,
dan hanya mereka yang spesial di hati Calypso yang dapat meninggalkan pulau
tersebut. Leo tak dapat menahan perasaannya melihat kecantikan dan keluwesan
Calypso dalam bekerja. Masalahnya, apakah Calypso mempunyai perasaan yang sama?
Di Tartarus, Annabeth dan Percy tak
kurang kisah serunya. Luntang lantung di perut Tartarus, kelaparan dan
kehausan, masih ditambah dengan intaian empousa, alias vampir dan para monster,
serta munculnya Tartarus, si dewa lubang itu sendiri. Hanya bantuan yang tak
terduga dari bangsa Titan dan raksasa yang membuat mereka bertahan hidup dan
memuluskan jalan mereka menuju Pintu Ajal.
Sekali lagi Rick Riordan menyihir
saya dengan kisah serunya. Bayangan Dunia Bawah dengan segala aspek seramnya,
membuat saya tak kurang bergidiknya dengan Percy dan Annabeth. Begitu juga
dengan perjalanan Argo II beserta awaknya, tak jarang membuat saya berteriak
kegirangan dan bertepuk tangan ketika terjadi sesuatu yang tak terduga.
Sayangnya, di beberapa bagian, saya banyak lupa akan beberapa kejadian yang
pernah terjadi sebelumnya, atau monster yang sebelumnya pernah dikalahkan.
Meski Riordan kembali mengingatkan peristiwa tersebut, tetapi tetap saja saya
lupa. Misalnya, kapan Percy bertemu dengan Bob alias Iapetus, bagaimana Percy
menyelamatkan Nico yang dikutuk sebagai jambangan bunga, atau Dewi salju
sinting Khione. Yang ada dalam kepala saya hanya ingatan kabur tentang scene
tersebut. Terlalu pendekkah daya ingat saya? Atau Riordan terlalu banyak
memasukkan kejadian dengan banyaknya karakter utama, dan berganti ganti pula
point of viewnya. Bayangkan, tujuh demigod yang dalam beberapa bab akan
bercerita tentang apa yang tengah dialami, dengan dewa atau monster siapa yang
mereka temui, dan kejadian-kejadian besar atau kecil yang nantinya akan sedikit
berhubungan di buku berikutnya. Duuuhhh.... Saya bahkan terkadang lupa si
demigod ini putra atau putri siapa hahaha.... Well, overall, saya menikmati
perjalanan ke empat para pahlawan Olympus ini. Tinggal satu seri terakhir yang
segera menutup kisah seru ini, The Blood of Olympus. Saya hanya berharap, semua demigod yang
bertugas selamat dan Leo menepati janjinya pada Calypso dan Nico, meski tidak
masuk dalam 7 pahlawan yang diramalkan juga akan mendapatkan ending yang
menarik. Jangan dimatikan pokoknya. Saya sudah cukup terharu dengan pengorbanan
Bob dan Damasen di seri ini :-)
Oya, ada sedikit quote menarik di
buku ini yang saya ambil ketika Nico bertemu dengan dewa Cinta, Cupid.
Cinta bukan permainan! Cinta bukan kelembutan penuh bunga. Cinta adalah kerja keras --pencarian tanpa akhir. Cinta menuntut segala hal darimu--terutama kebenaran. Hanya setelah itu cinta membuahkan ganjaran (hal. 302).
Saya pikir ada banyak benarnya Cupid
mengatakan demikian. Cinta tak datang dengan mudah tanpa kerja keras, terutama
untuk mewujudkannya. Tak jarang, orang tersiksa karena cinta. Cinta bukan lagi
keindahan tanpa dibarengi kerja keras. Cinta menjelma menjadi monster yang
paling ganas (hal. 305).
Note:
Novel ini saya baca bareng pemenang
GA BBI birthday bulan April lalu dari blog saya, Annisa M. Zahro. Silahkan
kunjungi blognya untuk mengintip reviewnya.
0 Response to "#22 The Heroes of Olympus #4: The House of Hades by Rick Riordan"
Post a Comment