#27 Ways to live forever (Setelah Aku Pergi) by Sally Nichols
Paperback 214 pages
Penerjemah: Tanti Lesmana
Published Maret 2008 by Gramedia
Pustaka Utama
Rating 4/5
Apa yang akan kau lakukan jika
hidupmu tinggal satu tahun? Atau lebih pendek, katakanlah, dua bulan? Akan
duduk merutuki nasib atau mencoba hal2 yang belum pernah kau rasakan atau
lakukan?
Sam Oliver MacKenzie, usia 11 tahun,
penderita leukemia akut, mendapatkan ultimatum batas usianya. Tapi bocah malang
ini memilih mengisi sisa akhir hidupnya dengan hal-hal hebat yang kita yang
sehat pun tak pernah berpikir untuk melakukannya. Sam bahkan memiliki daftar
hal-hal yang ingin ia lakukan dan sebagai luapan emosi ketakutan dan
kekecewaannya seputar kenyataan hidupnya, ia juga memiliki daftar pertanyaan
tentang kematian yang tidak terjawab.
Bersama temannya sesama penderita
kanker, Felix, Sam menyusun daftar keinginannya itu yang kemudian ingin ia
wujudkan dalam sebuah buku. Hal-hal yang tadinya serasa tidak mungkin, menjadi
kenyataan bersama Felix, diantaranya adalah mencoba menjadi remaja dan
melakukan apa yang biasa dilakukan para remaja: merokok, minum bir, dan
mempunyai pacar/ mencium gadis. Keinginan yang lain tetap terwujud tanpa Felix
karena keinginan kuat Sam untuk melakukannya: turun di eskalator naik, dan naik
di eskalator turun. Hahaha... Ga bisa saya bayangkan jika ini saya lakukan di
departemen store dekat rumah saya.
Keinginan Sam yang lain juga diwujudkan
oleh orangtuanya dan didukung keluarga serta orang-orang terdekat. Mrs. Willis,
guru pribadi yang mengajar 3 kali seminggu adalah sosok menyenangkan, demikian
juga dengan Annie, perawat yang rutin datang ke rumah Sam. Sedikit mengharukan
ketika ayah Sam yang semula cukup kaku, pada akhirnya mencoba beradaptasi
dengan kenyataan.
Disuarakan oleh Sam dalam bentuk
seperti buku harian sedikit mengingatkan saya pada buku yang baru saja saya
baca, The Perks of being wallflower. Sam menyuarakan segala perasaannya dalam buku. Tak jarang, saya sedikit kaget dengan beberapa pertanyaan atau
pernyataannya seputar kematian. Beberapa diambil dari sudut pandangnya sebagai
bocah menjelang remaja, sebagian adalah hasil risetnya dari buku atau Internet,
bahkan dia menulis tentang kematian dari sudut pandang agama: Hindu dan Yahudi,
serta kebiasaan beberapa negara ketika seseorang mati.
Terus terang, pertanyaan-pertanyaan
tak terjawab itu cukup banyak ditanyakan secara umum, hanya beberapa lebih suka
menyimpan pertanyaan itu sendiri. Mereka yang berlatar belakang agama tertentu
mungkin mempunyai jawaban-jawaban berdasarkan agama yang dianut, tapi tetap
saja butuh 'fakta' untuk membuktikannya seperti yang selalu ditulis oleh Sam
tentang fakta-fakta di dalam bukunya. Misalnya saja pertanyaan: Bagaimana kita
tahu kita sudah mati? Beberapa ilustrasi film seputar kematian adalah
terbangnya ruh dari jasad yang dilihat oleh mereka yang masih hidup. Bagaimana
dengan si mati sendiri? Wallahu alam.
Suka atau tidak, buku ini mengingatkan
kita untuk mensyukuri umur panjang, kesehatan yang kita punya, sekaligus
mengingatkan bahwa kematian milik siapa saja, seperti yang ditulis Sam bahwa
anak kecil pun juga mati. Sam memberi semangat bagi kita bahwa ada banyak
hal-hal positif yang bisa kita lakukan selama hidup. Mewujudkan keinginan
adalah salah satunya.
Trailer film Ways to Live Forever yang rilis tahun 2010. Sam diperankan oleh Robbie Kay
Postingan ini saya sertakan dalam
posting bareng BBI bulan Juli dengan tema sicklit.
Dan sudah ada filmnya juga rupanya. Aku kemana aja.
ReplyDelete