Pay It Forward by Emma Grace
Paperback 256 pages
Published April 2015 by Gramedia Pustaka Utama
Rating 3/5
Apa yang terluntas dalam benakmu ketika mendengar judul Pay
It Forward? Yup, betulll.. Seperti yang dibahas di bagian awal buku ini menerangkan
satu judul film tahun 2000 yang dibintangi oleh Kevin Spacey dan Helen Hunt
serta Haley Joel Osment. Entah berapa kali saya nonton film ini, sendiri maupun
bersama murid-murid saya. 5 bintang untuk film ini, sayangnya endingnya bikin
mewek tiada henti. Dan bagaimana dengan buku yang mengambil judul yang sama
dengan film yang disutradarai oleh Mimi Leder ini?
Gitta atau Anggitta Nathanael adalah seorang mahasiswi
jurusan desain disebuah universitas di Jakarta. Ia tinggal bertiga dengan ayah
dan oma-nya, Oma Helen. Satu hari, ia bergabung dengan satu permaianan berantai
di media social Facebook yang bernama Pay It Forward. Seperti halnya di film,
permainan ini juga akan menjalar, mengembang layaknya bisnis MLM, dengan tujuan
memberi sesuatu yang akan memberi kebahagiaan bagi mereka yang bergabung. Dalam
status Facebook seorang teman, Gitta bersedia bergabung. Dan ia pun meng-copy
paste kan status yang sama di dinding Facebook-nya dan menanti 3 orang pertama
yang bersedia bergabung. Diantara 3 itu, terselip nama Tedjas, seseorang yang pernah
Gitta, enggg…apa ya? Benci sih ngga… tapi yang jelas ia pernah mendapat
pengalaman kurang enak dengan cowok ini di awal masa kuliahnya dulu.
Tedjas Hadisukmana, alias Tedjas, mahasiswa desain, teman
kampus Gitta, adalah seorang mahasiswa yang angin-anginan. Masuk kuliah seperti
angin. Beredar di kampus, datang dan perginya seperti angin juga. Belum lagi
dengan track record-nya yang pernah di skors dan terlibat kekacauan. Mana
mungkin, seorang macam Tedjas, bersedia ikut dalam permainan di media social
macam Pay It Forward? Apa dia kesambet ya? :D
Dua orang dengan personality yang bertolak belakang dan
kisah keluarga yang berbeda dipertemukan dalam permainan Pay It Forward. Di
awal kisah, permainan ini seperti tempelan saja, sedikit kabur dengan masalah
keluarga Gitta dan penilaian-penilain ia tentang Tedjas. Untunglah, si penulis
cukup konsekuen dengan pemilihan judul Pay It Forward ini, dan tidak mengambil
judul lain yang menceritakan kekisruhan keluarga Gitta. Masalah keluarga seperti
yang dialami Gitta, sepertinya bukan cerita baru di novel, ataupun di sinetron
local. Ramuannya dengan permainan di media social ini yang cukup fresh. Gaya
bertutur si penulis pun cukup runtut dengan gaya bahasa yang sesekali puitis. Sayangnya,
saya masih kurang menangkap, bagaimana mungkin seorang Gitta yang terlahir
dalam keluarga yang cukup berada, dan sepertinya tak ada gambaran ia masuk
dapur, karena segalanya tersedia, bahkan mencuci piring pun tinggal memencet
bel, dan asisten rumah tangga akan membersihkannya—akan melakukan bersih bersih
di rumah Tedjas yang—dalam gambarannya, kumuh? Penilaian Gitta tentang
seseorang yang terlahir dengan sendok emas di mulut pada Tedjas juga sedikit
mengganggu. Oh, well, kita memang tidak bisa menilai seseorang dari
penampilannya, tapi impression macam
gini kan bisa kita bandingkan dengan impression orang lain, dengan Kartika
misalnya atau siapa saja. First impression memang sering kali salah, tapi bagi
saya sih, tapi untuk kemudian dijadikan bahan makian, ehhhmmm….sepertinya Gitta
ngga gitu deh. Dia lebih sopan dari yang sebelumnya saya pikirkan, ternyata
tidak. Bumbu cemburu di bagian akhir kisah juga terlalu klise, sering terjadi
di banyak novel romens. Saya ngga banyak baca novel romens sih, tapi yah,
kejadian macam gini sepertinya jadi bumbu yang kurang perlu. Pertanyaan,
bagaimana mungkin Tedjas, si biang angin bisa tiba-tiba ikut dalam permainan
Pay It Forward juga sedikit mengecewakan bagi saya. Hacked accounts memang
banyak, tapi kalo yang nge-hack ini macam Cupidity di iklan Cornello, bisa saja
yang menjadikan pertemuan kisah cinta mereka. Tapi kalo hackernya sadis?
Memajang foto tak senonoh misalnya, dan memberi komen kurang ajar di akun
teman, ngirim pesan di inbox yang minjam duit atau apa gitu, nah, itu bisa
lebih seru kali…. Lha kok pikiran saya
yang criminal ya? Hehehe… alasan Tedjas ingin keluar dari kampus karena kasihan
dengan ibunya, juga rasanya terlalu klise. Alih-alih menjadi anak yang ingin
dibanggakan ibunya, dia menjadi anak brengsek dengan tujuan segera dikeluarkan
dari kampus…ckckckck… Hari gini, bikin usaha kek, kerja sambilan kek, atau apa
gitu dari pada bikin keributan di luar. Well, you’re just lucky to get Gitta,
Djas.
Ohya, saya cukup suka dengan ide memberi kebahagiaan secara
personal dalam permainan Pay It Forward disini. Ide browsing di laman teman
demi mendapatkan kado special, benar-benar membuat saya terharu. Ngga kebayang
jika saya yang beruntung. Saya bakal majang foto-foto Hyun Bin atau Hiroshi
Tamaki, biar di kado film-film mereka huakakakaka… Sebagai debut novel, Emma
Grace cukup menjanjikan untuk memberi warna di dunia literasi tanah air. Omedetou
gozaimasu!
0 Response to "Pay It Forward by Emma Grace"
Post a Comment