Girls in The Dark by Akiyoshi Rikako
Paperback, 278 pages
Published Mei 2014 by Penerbit Haru
Penerjemah: Andry Setiawan
Rating 4/5
Apa yang dilakukan para gadis di tengah ruangan gelap? Selfie? Ga bakal keliatan, lagian serem ah, kalo tau-tau ada 'yang lain' ikut kefoto :D. Errrr, curhat? Bisa jadi. Pengakuan dosa? Mungkin juga. Nah, apa yang dilakukan para gadis yang bersekolah di SMA Putri Santa Maria?
Ketua kelompok Klub Sastra, Shiraishi Itsumi baru saja tewas, terjatuh dari lantai atas dengan setangkai bunga lili di tangannya. Seminggu kemudian, para anggota Klub Sastra yang terdiri dari 6 gadis, berkumpul, menikmati yabe-nabe, minuman khas yang sering mereka buat dalam pertemuan rutin mereka. Minuman itu sendiri terdiri dari berbagai macam bahan, apa saja, asal tidak beracun, termasuk jam tangan Chanel, pernah menjadi bahan minuman yabe-nabe. Dalam pertemuan yang selalu dilakukan di ruang gelap ini, sambil menikmati hidangan, mereka membaca naskah tulisan mereka.
Kali ini naskah, sesuai keinginan wakil ketua, Sumikawa Sayuri, adalah tulisan tentang mengenang mantan ketua mereka yang telah tewas, Itsumi. Tidak heran, semua naskah dimulai dari kapan, atau pengalaman berharga apa yang kemudian mempertemukan mereka dengan Itsumi. Semua naskah mempunyai ciri yang sama, yaitu berisi kekaguman mereka terhadap Itsumi tentang kecantikannya, kecerdasannya hingga rasa pedulinya yang tinggi terhadap orang lain, bahkan ada yang terang-terangan mengatakan mencintai Itsumi. Yang menyeramkan dari pertemuan kali ini adalah masing-masing naskah mengacu atau menuduh salah seorang anggota Klub Sastra lengkap dengan alibi, alasan dan latar belakang yang cukup akurat si Anu (mungkin) adalah pembunuh Itsumi. Beberapa naskah dibawakan secara emosional, yang lain biasa saja dan ada juga yang bernada mengancam.
Selama membaca J-lit ini, saya terus-terusan berpikir, terutama di naskah pertama, ahhh, si Anu menuduh ini di pertemuan ini, secara langsung? Tuduhan saya pun mengacu pada si ini, seperti tuduhan naskah pertama. Setelah membaca naskah kedua, yang ternyata salah satu isinya sama, tuduhan terhadap anggota yang lain, saya mulai menikmati alur tuduhan berdasar dugaan si penulis naskah dan menghubungkan antara satu kejadian dengan kejadian lain di naskah yang berbeda. Wah, saya tak menyangka bakal semenarik ini kisah pembunuhan misteri ini. Hingga akhir semua naskah dibacakan, saya masih menduga, apakah akan ada perbedaan penulisan dari naskah-naskah tadi? menyimpulkan bahwa pembunuh yang sebenarnya adalah si Fulan berdasarkan naskah yang sebagian ternyata palsu dan praduga yang tidak benar. Ternyata saya salah, dan ini membuat saya shock dan hmmm, cukup kecewa bahwa si anggota ini lah pembunuhnyaaaaa!!!!! Tidaaakkkk....
Etapi, saya salut dengan penulis ini karena selain gaya penulisan yang menurut saya tidak umum ini (maklum ini yang pertama kalinya buat saya), juga unsur-unsur budaya yang ia masukkan disini. Mulai budaya Jepang hingga Bulgaria, salah satu anggota Klub Sastra berasal dari Jepang, hingga beberapa budaya lain yang diceritakan. Belum lagi jenis-jenis masakan yang dari deskripsinya saja membuat ileran. Bunga lili sebagai tanda kematian Itsumi pun diceritakan dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Selain itu, karena berlatar belakang sastra, maka tak heran, judul-judul novel klasik bertebaran disini. Selain itu, imajinasi sosok Itsumi yang sempurna sempat membuat saya membayangkan, aktris Jepang mana ya yang cocok memerankan sosok ketua klub sastra ini. Imajinasi indah yang kemudian ******** di endingnya. Haaahhhhhhh.....!!!
Iiih, dari sekian banyak review Girls in The Dark yang saya baca (oke, cuma bisa diitung sebelah jari sih), review Mbak Lil ini yang bikin aku penasaran dan pengen punya bukunya.
ReplyDeleteBELI, PAAANNNN!!!! #jebolcapslockuuuu :D
DeleteAku udah beli ini kemaren, barengan sama The Dead Returns :)
ReplyDeleteGirls in Dark masih sepertiga awal dibaca :(
ReplyDelete