Bilangan Fu - Ayu Utami
Paperback 548 pages
Published by Kepustakaan Populer Gramedia, Juni 2008
Rating 3,5/5
Selalu menarik membaca kilas balik sejarah seputar reformasi dan kepercayaan kejawen oleh Ayu Utami. Tetapi ketika dua topik itu bergabung dengan topik lain, yang terlalu banyak, buat saya, saya jadi kurang bisa menikmatinya. Topik seputar clean climbing atau sacred climbing menjadi sangat menarik ketika digabungkan dengan kepercayaan daerah tertentu, kepercayaan takhayul yang seperti menggiring saya sebagai pembaca mau tak mau ingin percaya bahwa itu bukan takhayul.
Pertemuan antara Yuda, pendaki tebing yang kasar dengan Parang Jati, si mata bidadari berjari 12,dimulai dari bangkitnya mayat yang dikubur secara sembarang karena dipercaya sebagai sosok sesat pada masa hidupnya. Mulai saat itu, hubungan melebihi sahabat terjalin, ide muncul 'agama' baru digulirkan bagi para pendaki. Perseteruan antara Parang Jati kecil dengan sosok religius, Kupukupu, mirip dengan perseteruan antara elit politik sekarang, relijius militer VS agamis Nusantara. Tak ada hal elit yang tidak ditumpangi oleh militer dan agama. Kunci solusi hanya mengembalikan khitah mereka pada akarnya, kembalikan militer pada tempatnya dan reliji pada tempat-tempat ibadah yang seharusnya.
Ketebalan buku yang mencapai hampir 550 halaman, jika saja tidak berisi begitu banyak isu, mungkin saya akan lebih bisa menikmati. Sayangnya, otak saya yang cenderung teflon ini tidak mampu mengunyah begitu banyak isu yang dimunculkan disini.😁😁
Paling tidak, saya menikmati interaksi antara Yuda dan Parang Jati. Taruhan-taruhan yang mereka lakukan sangat menantang untuk saya tebak-tebak sendiri. Begitu pun kisah masa kecil Parang Jati yang misterius dan persaingan antara Kupukupu dan Parang Jati sangat menarik. Begitu lampu sorot berputar menuju Suhubudi, ayahanda dari Parang Jati, saya berasa berada di negeri takhayul antah berantah. Kekuatan dan kekayaannya serasa tak terkalahkan kecuali oleh penguasa negeri. Bagian ini sangat efektif untuk membuat saya tidur dengan cepat wkwkwkwk....
Overall, meski berkali-kali saya hentikan progress baca buku ini, tapi tiap kali kembali lembaran buku ini, saya kembali berada di tempat dimana negeri Bilangan Fu ini milik Yuda dan Parang Jati. Abaikan militer yang mengacak-acak kehidupan tenteram mereka, abaikan kaum agamis yang ngotot menjejalkan paham agama diantara syahdu dan mistisnya siulan Sebul Fu atau Hu. Buku ini tetap bisa direkomendasikan untuk sejarah runtuhnya Orde Baru, bangkitnya era reformasi, cikal bakal campur tangan kaum relijius di tanah politik dan tentu saja tangan besinya militer yang cengkeramannya kuat di segala lini. Sekaligus pengingat, masih mau dipimpin oleh militer setelah 32 tahun merajai pemerintahan? Hmmmm... Sebagai pengingat pribadi, saya baca ini di akhir tahun 2018, kurang beberapa bulan dari pemilu 2019.
Rekomended. Untuk dibaca ulang. Nanti. Entah kapan. 😁😁😁
0 Response to "Bilangan Fu - Ayu Utami"
Post a Comment