FOR ONE MORE DAY (Mitch Albom)
Paperback, 248 pages
Published December 2010 by Gramedia Pustaka Utama
Rating 4/5 stars
Ini adalah
buku kedua tentang ibu yang saya baca dalam dua minggu terakhir. Yang pertama
adalah Cerita Cinta Enrico dan ini yang kedua. Yang pertama tentang ibu yang
cintanya luntur karena ajaran agama barunya, yang kedua adalah ibu yang
mencintai anaknya hingga maut merenggutnya.
Pernahkah
kita berpikir bagaimana kehidupan kita nantinya setelah seseorang yang kita
rasa ‘merecoki’ kehidupan kita meninggal? Charles Benetto pernah, dan luckily,
mendapat kesempatan untuk mengulang kembali saat saat bersama ibunya. Setelah
ia gagal beberapa kali mengakhiri hidupnya sendiri.
Charles ‘Chick’
Alexander Benetto, mantan pemain bisbol pro yang terpuruk setelah masa
kejayaannya, gagal menjadi anak ayah yang mengharapnya menjadi pemain bisbol
pro dalam waktu relative lama, kehilangan ibunya, dan kemudian kehilangan anak
istrinya, anaknya bahkan tak mau memakai nama keluarganya. Alasan apa lagi yang
dibutuhkan seseorang untuk bunuh diri? Tapi maut belum mau menjemputnya.
Sebagai gantinya, dia diberi kesempatan satu hari bersama ibunya. Sebuah
pertemuan yang mungkin berupa khayalannya belaka, atau mungkin perjalanan
ruhnya yang gentayangan setelah kecelakaan hebat, yang belum juga mengakhiri
hidupnya.
Chick pernah
ditawari ayahnya, mau menjadi anak ayah? Atau anak ibu? Dia ternyata memilih
menjadi anak ayah, yang kemudian hari pergi tanpa kata-kata, dan ia pun otomatis
menjadi anak ibu. Catatannya seputar saat2 dimana ibunya membelanya dan saat2
dimana ia tak membela ibunya cukup menyadarkan kita betapa cinta kita tidak
se-maximal yang seharusnya, bahwa sering kali cinta tak berbalas seimbang dan
kitalah penyebab ketidakseimbangan itu.
Kisah Chick
ini terbagi dalam 4 main parts:
Tengah malam, Pagi hari, Sore hari dan Malam hari. Tengah malam adalah saat
dimana ia mulai perjalanan ‘ruh’nya yang ketika pagi, sore dan malam hari
bersama ibunya. Setelah tubuhnya terbanting, terluka dan berdarah, kembalilah
Chick ke rumah ibunya, dan menemukan ibunya disana, tetap cantik, tetap
tersenyum dan mencintai Chick. Setiap hari. Seperti catatan kecil yang selalu
ia tulis bahkan ketika Chick belum bisa membaca. Setelah dipensiunkan dari
pekerjaannya sebagai perawat, karena predikat janda setelah kepergian ayah
Chick, Pauline atau Posey beralih profesi bekerja di salon kecantikan, dan
kemudian beralih menjadi perias wajah
para wanita manula yang mendatangi kliennya door to door. Dari masing2 klien
yang ditemui Chick dan ibunya sepanjang hari itu, Chick semakin menyadari
ketidakseimbangan cintanya pada ibunya.
Sebaliknya,
ibunya, tetap mencintainya seutuh ketika ia masih hidup, bahkan ketika ia tahu
kebohongan Chick di malam ia menghembuskan napas terakhir. Chick yang sudah
memilih menjadi anak ibu, masih menyimpan angan menjadi anak ayah, bahkan di
hari ultah ibunya yang terakhir. Ibu dan anak, masing-masing dalam suatu titik
dalam hidup, begitu ingin dicintai oleh pria yang sama. Meski pada
kenyataannya, pria itu memberi pengkhianatan terhadap keluaraga, pada Chick,
adiknya, dan tentu saja ibunya. Nasihat ibunya pada Chick tentang keluarga,
menyikapi pengkhianatan suaminya:
“Kau punya satu keluarga, Charley. Baik ataupun buruk keadaannya. Kau punya satu keluarga. Kau tidak boleh menukarnya. Tidak boleh mendustainya. Kau tak bisa menjalankan dua pada saat yang bersamaan, berpindah-pindah dari satu ke yang lainnya. Tetap tinggal bersama keluargamu adalah apa yang menjadikanmu keluarga.”
Mitch Albom
selalu mempunyai kalimat sejuk dalam bukunya. Namun dalam buku ini, saya tak
menemukan sebanyak di tiga buku yang sebelumnya saya baca. Menurut banyak
review, ini adalah buku paling ringan dari Albom. Se-ringan-nya Albom, tetap
saja sangat worth it untuk dibaca.
wah, buku ini lebih ringan dri 5 people, mbk? *masukin daftar antrean*
ReplyDeleteIya, Dan. Tapi 'mbrambang' scenes nya ngga banyak hehehe...
Deleteceritanya mirip ama 5 people
ReplyDeleteSerupa, tapi banyak beda ;p
Delete