Balada Ching Ching by Maggie Tiojakin
Paperback, 175 pages
Published Juni 2010
by Gramedia
Rating 4/5
Ching Ching, anak keturunan dengan orang tua tunggal pemilik
warung kweetiau, memiliki masa masa sekolah penuh derita. Panggilan yang
bernada rasial, teman sekolah yang sering kali mem-bully physically dan gosip
hubungannya dengan 'preman' sekolah yang tidak hanya menjadi sasaran guru guru
sekolah tetapi juga para gadis populer, menjadikan masa sekolah Ching Ching
penuh derita. Bukan Ching Ching namanya jika
ia tidak bangkit melawan.
Andari, pendatang dari Indonesia, Muslim, dan kebetulan
menjadi saksi mata tragedi 9/11, berkenalan dengan Aysha, imigran Lebanon.
Wajah cantik Aysha penuh luka masa lalu bom yang membunuh keluarganya.
Perkenalan ini membuat Andari berpikir ulang tentang siapa yang lebih menderita
dalam tragedi itu, tentang siapa yang bertanggungjawab, tentang agama dan
ke-Tuhan-an, dll.
Siapa yang tidak menginginkan mukjizat? Masalahnya, apakah
mukjizat itu benar benar ada? Mukjizat sangat dinanti Malik bagi pasien
kesayangannya. Tak ada ilmu kedokteran yang bisa menjelaskan apakah mukjizat
akan datang, kapan dan kepada siapa.
Percayakah kau akan ramalan kartu-kartu? Bagaimana jika
kartu itu mengatakan kau akan kehilangan nyawamu di ulang tahunmu yang
kesekian? Apakah kau tidak akan tertarik untuk menantang kebenaran ramalan itu
dengan melakukan sesuatu yang justru akan semakin mendekatkan kebenaran ramalan
itu?
***
Ini adalah perkenalan saya dengan Maggie
Tiojakin. Terus terang, ekspektasi saya tidak terlalu tinggi, bukan, bukan pada
bukunya, tapi pada diri saya sendiri. Saya kenal nama Maggie ini dari diskusi
teman teman BBI. Saya cukup meng-underestimate otak saya bakal kurang prima
(dalam arti yang sebenarnya) untuk memahami isi buku penulis weekender Jakarta
Post ini. Ternyata saya langsung ketagihan di cerpen pertama buku ini. Dan tak
berhenti sebelum cerpen terakhir. Ah, syukurlah, otak saya lumayan juga, meski
menulis review kumcer yang terdiri 13 balada itu bagi saya cukup susah.
Apa yang saya sukai dari buku ini? Di cerpen pertama,
penulis mengambil kisah dari keseharian perawat yang mengharap mukjizat. Saya
yakin, siapapun mengharap mukjizat datang di saat yang dibutuhkan. Ramuan kata
Maggie mengalir tanpa dibumbui sastra yang nyastra yang meski dulu saya kuliah
di sastra (Bahasa Inggris-pokoknya sastra kan? ;))), sering merasa kesulitan
memahami bahasa sastra. Topik yang diangkat cukup natural. Keruntutan pikiran
kalut Liana kadang saya alami. Ketakutan akan hal hal yang hanya terjadi di
kepala membuat saya melihat pada diri sendiri. Ending yang menggantung sangat
saya prediksi di beberapa cerpen karena kasus semacam itu lazim terjadi di
masyarakat, dan masih terus terjadi di masa yang akan datang; seks bebas, hamil
karena kecelakaan, perselingkuhan, penyakit maut, dll. Yang membuat shock
adalah ending Dua Sisi, cerpen paling
favorit, yang membuat saya terduduk dari tiduran ketika membacanya. Selama
membaca kisah berlatar belakang tragedi 9/11 ini, saya terus menebak nebak apa
yang akan terjadi pada Andari. Apakah dia akan terjebak menjadi teroris
berikutnya sejak pertemuannya dengan Ahmed? Owh, Maggie memang keren. Saya suka
ending yang mengejutkan.
Saya tak tahu apakah Maggie terpengaruh dengan film film
barat yag selalu ada adegan ranjang. Di hampir semua cerpen disini selalu saja
ada adegan tersebut. Meski diungkap secara halus, dan persoalan kenapa ada
adegan itu ada, sedikit banyak membuat saya sedikit risih. Dan kebetulan juga,
pelaku pelaku adegan, baik legal atau tidak, selalu dipicu dari hasrat berlebih
kaum laki laki.
Ps.
Posting ini saya publish untuk meramaikan posting bareng BBI
dengan tema penulis perempuan. Tadinya saya akan memilih A Wrinkle in Time
karya Madeleine L'Engle tapi saya
urungkan begitu saya memegang buku ini. Berikut ini sekilas tentang Maggie
Tiojakin yang saya kutip dari Goodreads.
Maggie Tiojakin adalah seorang
jurnalis, copywriter, dan penulis fiksi pendek. Karyanya telah dimuat di The
Jakarta Post Weekender, Asian News Network (ANN), The Boston Globe, Brunei
Times, Writers’ Journal, Voices, La Petite Zine, Femina, Kompas, Eastown
Fiction, Somerville News, etc. Buku kumpulan cerpen pertamanya, berjudul
Homecoming (and other stories) diterbitkan di tahun 2006 oleh Mathe
Publications. Dia juga telah menerjemahkan dan mengadaptasi: buku karya Jason
F. Wright yang berjudul Wednesday’s Letters (Surat Cinta Hari Rabu); Sugar
Queenkarya Sarah Addison Allen; serta mengadaptasi dari film-ke-buku
Claudia/Jasmine berdasarkan skrip karya Awi Suryadi. Keduanya diterbitkan Gagas
Media (2008/2009).
Saat ini, Maggie tengah menerjemahkan buku karya Sarah Addison Allen yang berjudul Garden Spells. Buku kumpulan cerpen ke-duanya, berjudul Balada Ching-Ching, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, kini telah hadir di toko buku.
Di waktu luangnya, Maggie mengelola sebuah situs gratis yang menghadirkan cerpen klasik karya pengarang dunia baik yang sudah ternama maupun belum dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia untuk asupan masyarakat luas. Situs ini dinamakan Fiksi Lotus.
Saat ini, Maggie tengah menerjemahkan buku karya Sarah Addison Allen yang berjudul Garden Spells. Buku kumpulan cerpen ke-duanya, berjudul Balada Ching-Ching, diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama, kini telah hadir di toko buku.
Di waktu luangnya, Maggie mengelola sebuah situs gratis yang menghadirkan cerpen klasik karya pengarang dunia baik yang sudah ternama maupun belum dan telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia untuk asupan masyarakat luas. Situs ini dinamakan Fiksi Lotus.
ouh.. ini sebuah kumcer toh.. *balik baca ulang reviewnya hehe
ReplyDeletekilasbuku.blogspot.com
#kilasbukublogwalking
Duh, kudunya aku tulis di depan ya? Maappp... :)
Deletepenasaran, Maggie pernah tinggal di Amerika kah? Kayaknya ceritanya banyak yang berlatar belakang Amerika - dan budaya Barat pada umumnya. Aku pengen baca buku ini jadinya deehh...belum pernah baca Maggie :p
ReplyDeleteWah, kalo liat deskripsinya di Dua Sisi yang detil, sepertinya sih Maggie pernah tinggal di Amrik.
DeleteSetelah buku ini aku juga pengen baca buku2nya yang lain :)
iya ya, kayaknya dia pernah tinggal di amrik, soalnya juga winter dreams itu kental banget amriknya.
Deletemy silly thought; bukunya maggie yg winter dreams itu mestinya berjudul american dreams *no offense ^^v
eniwei, ttg balada ching ching ini, aku jadi nyesel pernah melewatkan buku ini yang waktu itu ada di rak diskon 25% gramedia -.-a
eniwei, salam kenal kak lila :)
MT terknal juga sebagai pernerjemah fiksi lotus #nunggudibeliinkalila
ReplyDeletewah, kumcer ya ? Aku kurang bisa menikmati kumcer... :/ Pernah baca beberapa, jarang ada yang selesai... :/
ReplyDeletesalam kenal lila :)
Aku jadi pengen baca bukunya MT ini >.<
ReplyDeleteUda terbitan 2010 ya, ga pernah ngeh sumpah :P