Lima Sekawan- Di Pulau Seram by Enid Blyton
Ebook format, 118 pages
Rating: 3/5
Mendengar judulnya saja sudah seram. Pertama baca, duluuuuu sekali, saya berpikir ini pasti seram. Kemudian saya mengenal ada pulau yang bernama Pulau Seram, dengan pengucapan E seperti di enak. Kemudian saya berpikir, apa mungkin ya, Lima Sekawan mengambil setting di salah satu pulau di indonesia itu? Duh, dasar Agus Setiadi memang suka membuat judul catchy begini.
Lima Sekawan sedang liburan, seperti biasa. Kali ini setting diambil dari rumah Julian dan adik2nya. Mereka kedatangan seorang tamu, ibu Laymann, yang meminta mereka untuk menemani cucunya, Wilfrid, sementara dia pergi. What? Tinggal di perbukitan indah dikelilingi pantai? Saya juga mau. George tentu saja bergabung bersama Timmy dalam liburan ini.Wilfrid, meskipun ramah pada binatang, tapi ternyata galak pada orang-orang baru. Dia bahkan sengak pada pembantu neneknya. Bukan Lima Sekawan namanya kalo tidak bisa menaklukan Wilfrid. Penjahat aja dibekuk (ya, eyalah, namanya juga lakon) #laludiboooopembacareview :)) . Nah, disinilah, Julian dkk, plus Wilfrid mengalami petualangan seru di pulau indah nan seram.
***
Membaca Lima Sekawan dulu dan sekarang, tentu saja banyak bedanya. Satu hal yang sama, tetep saja asyik. Beberapa bagian ingin saya quote disini, sayang si e reader yang cukup lala saya anggurin agak sombong karena susah saya pencet tombol bookmark ato panel yang ingin saya garis bawahi. Misalnya Anne yang sangat cewek, kerjanya ngurus ke dua abangnya, ngurus rumah, bahkan George yang tomboy pun masih tetap harus dingatkan bahwa dirinya itu perempuan. Ternyata, tidak di Indonesia atau Inggris Raya, kodrat wanita itu ya di rumah, di dapur. Padahal harusnya kan kodrat wanita itu kan datang bulan, hamil dan menyusui? Itu kata mbak saya yang feminis sekali :)) . Dick yang membantu Anne di dapur pun dikatakan selalu kikuk dan seolah dapur itu bukan tempat cocok buat cowok. Hahaha. Kenapa ngga diterima aja ya segala bantuan yang diberikan padanya? Mengurus rumah itu susah lo, bersih2 aja bisa capek sekali, apalagi ditambah dengan tetek bengek belanja ini itu. Para cowok di sekawan ini semuanya hobby makan, saya pikir mereka menentukan sendiri apa yang mereka ingin belanjakan. Ah, ngga ngerti saya. Jaman Enid dulu nulis serial ini pastilah sangat berbeda dari sekarang.
Satu hal yang mengganggu saya ketika membaca ini adalah masalah waktu. Saya memang belum pernah tinggal di negeri yang punya musim panas denga matahari.bersinar sangaat panjang dibanding malam hari. Jadi saya bayangkan, ketika para sekawan ini berangkat pagi menuju rumah Wilfrid dengan sepeda, itu mungkin sekitar pukul 8. Kemudian gowes menuju tempat yang herada di perbukitan dimana anak2 masih harus mencari cari, itu dibutuhkan waktu sekitar 3-4 jam. Rumah Wilfrid ada di puncak bukit, nanjaknya itu lo. Pengalaman nanjak sayayang cetek tanpa membawa apa pun, ini aja bisa bikin pingsan. Setelah sampai di tempat, mereka harus menaklukan Wilfrid yang keras kepala tak butuh teman.
Kemudian segalaxtetek bengek seputar belanja, jalan2 mendengar dongeng Pulau Seram, makan siang, tidur siang (tidur siang setelah jalan2 yang saya perkirakan 2 jam-an, berarti itu sekitar jam 3/4). Kemudian dilanjutkan jalan2, berenang dan kemudian iseng berperahu menuju pulau. Nah, itu berarti sekitar jam 5/6 ya. Mungkin jam segitu, di Indonesia pasti sudah gelap, sudah maghrib, ngga boleh keluyuran, kata orangtua yang punya anak usia 15 tahun-an, apalagi berperahu ke pulau yabg terkenal bisikan atau tangisannya yang menyeramkan. Jadi, kiraa kira jam berapa mereka nyampe ke pulau seram nya ya? Jam 8 lah ya. Apa mungkin jam 8 masih belum gelap ya kalo musim panas. Duh, jadi pengen ngerasain suasana terang di jam 8 malam hahaha... #nggapentingbanget
Oya, teman saya sering juga membahas isi kantong para sekawan ini yang isinya bisa maaaaceeem macem. Dari mulai permen, gula batu, senter, pisau lipat, dll. Ih, apa nyaman tuh ya? Saya aja jalan mengantongi hape dengan keypad numeric aja ngga enak, gimana bawa pisau dan senter kayak Dick? Hahahaha... sudahlah. abaikan saja komen ngga penting ini.
Eh, saya nemu versi filmnya. Belum ditonton sih. Let's check it out...
hahaha,,,, novel inilah yang pertama kali saya baca...
ReplyDeleteketika masih SD di tahun 2001... di dalamnya ada patung emas dan katak beracun....
Novel yang menginspirasi saya ....