The Help by Kathryn Stockett
Paperback 545 pages
Published Mei 2010 by Matahati
Penerjemah: Barokah Ruziati
Rating 5/5
“When I'm born I'm
black, when I grow up I'm black, when I'm in the sun I'm black, when I'm sick
I'm black, when I die I'm black, and you... when you're born you're pink, when
you grow up you're white, when you're cold you're blue, when you're sick you're
blue, when you die you're green and you dare call me colored”
― Oglala Lakota
― Oglala Lakota
Quotation bernada rasial ini saya temukan ketika saya sedang
browse di goodreads beberapa bulan yang lalu. Terus terang, saya belum pernah
membaca buku seputar Nigra ini secara utuh. Sebelumnya saya pernah membaca The
Immortal Life of Henrietta Lacks, sayangnya, berhenti di tengah jalan karena
mulai loading dengan keterangan berbagai percobaan lab dengan istilah yang
membuat saya menyerah.hiks… Dari berbagai film yang saya tonton, banyak kisah
yang menceritakan pahitnya rasial ini.
Aibeleen, telah mengasuh 17 anak kulit putih selama
hidupnya. Kali ini ia bekerja pada keluarga Leefolt, dengan satu anak perempuannya.
Kasih sayangnya pada si anak, menjadikan sang anak jika boleh memilih,
memanggilnya sebagai Mama. Minny, seorang ibu dari 5 orang anak dengan suami
pemabuk, harus kehilangan pekerjaannya dengan tuduhan pencurian. Namanya yang
sudah tercemar tak mungkin diterima bekerja dimana pun. Untunglah ada Miss
Celia, yang sedikit sinting menerimanya bekerja di rumahnya yang super besar.
Eugenia Phelan atau Skeeter, kulit putih, setelah mendapatkan gelar sarjananya,
kembali ke keluarganya di Mississippi. Ibunya sebenarnya tak terlalu
mengharapka ia kembali dengan selembar ijazah, melainkan berharap putrinya
segera membawa pria idaman yang segera menikahinya.
Skeeter, adalah wanita kulit putih yang mungkin berbeda dari
wanita kebanyakan di Jackson, Mississippi. Dia berharap bekerja di sebuah surat
kabar alih alih menikah. Pengalamannya sebagai editor di jurnal Liga tempatnya
berkumpul dengan para wanita lain di Jackson tak membuatnya mudah mendapat
pekerjaan. Sebuah koran local akhirnya menerimanya bekerja, bukan untuk menulis
artikel yang sesuai dengan apa yang dia inginkan, melainkan melanjutkan kolom
MS. Myrna, kolom seputar problem rumah tangga: bagaimana cara menghilangkan
noda di baju, memoles perangkat perak,
dsb. Tentu saja pekerjaan ini menggelikan tapi tetap ia anggap sebagai tantangan.
Dengan bantuan Aibeleen, ia menjawab semua problem rumah tangga. Kedekatan
keduanya ini menimbulkan sebuah ide yang bermula dari ide putra Aibe almarhum
yang ingin menulis seputar keluarga kulit hitam. Skeeter ingin menulis seputar
kehidupan para pembantu kulit hitam yang mengabdi pada keluarga kulit putih, mengasuh
anak mereka dengan meninggalkan anak mereka sendiri. Mengabdi bertahun tahun
untuk kemudian mendapati si anak menjadi seperti mama mereka. Pahit.
Diceritakan menggunakan multiple point of view, The Help ini
seolah ingin menceritakan dua sisi yang bertolak belakang. Sisi Nigra yang
diwakili Aibeleen dan Minny dan sisi kulit putih dari Skeeter. Sayangnya,
pemeran ‘menyebalkan’ lainnya hanya diceritakan sebagai orang ketiga, sehingga
kurang dapat saya mengerti bagaimana mungkin manusia memperlakukan manusia lain
demikian rendah. Contohnya saja Hilly Holbrook sebagai tokoh antagonis disini.
Usahanya maju tak gentar meletakkan para pembantu berwarnanya sebagai orang
kedua yang bebas ia kata2i baik di depan atau di belakang mereka. Belum lagi
masalah kakus yang baginya ‘haram’ bagi para pembantu kulit hitam ini
menggunakan toilet keluarga ataupun tamu. Dengan manisnya ia membuat inisiatif
sanitasi di lingkungannya untuk membuatkan jamban bagi para pembantu.
Alasannya, mereka mempunyai imunitas yang berbeda dari para kulit putih,
sehingga penyakit yang mereka punya akan menular pada mereka. Lindungi keluarga
anda, begitu usulnya pada jornal bulanan Liga-nya.
Mengambil setting sekitar tahun 1960an, The Help ini
menceritakan kehidupan ‘pasrah’ kulit hitam di Jackson, Mississippi. Sementara
di luar Jackson, sudah banyak gerakan pemberontakan perihal rasial yang
menyedihkan ini. Martin Luther King mulai dengan usahanya melawan diskriminasi
rasial di negaranya. Bahkan Aibee menceritkan kisah pahlawan Martin Luther King
ini sebagai pahlawan dari planet Mars, dengan nama Martian Luther King yang
berkulit hijau kepada anak asuhannya. Meski terlihat pasrah, namun ternyata
beberapa gerakan anti rasial ini juga muncul, salah satunya dengan penulisan
buku yang dilakukan Skeeter beserta banyak pembantu lainnya yang diam diam
sangat menginginkan terbitnya buku ini. Bukannya tak tahu akan resiko, mereka
hanya ingin menyuarakan apa yang mereka pendam mulai dari generasi sebelum mereka.
Bertahun berlalu, usaha Martin Luther King ini tak sia sia.
Diskriminasi seputar rasial ini mulai menurun jumlahnya, namun itu tak berarti
hilang. Keributan antar etnis masih melanda dimana mana, tak hanya di negeri
Paman Obama saja, tapi di seluruh dunia, tak terkecuali di tanah air kita.
Indonesia. Well, peer bagi semua pemimpin dunia, dan tentu saja the way of
thinking kita tentang bagaiman meminimalisasi perseteruan etnis ini.
Buku ini telah sukses diangkat di layar lebar dengan judul
yang sama, The Help, dengan Emma Stone sebagai bintang utama. Sama dengan
bukunya yang banyak meraih penghargaan: Amazon’s Best Book of The Year 2009,
Orange Prize Longlist 2010, Indies Choice Book Award 2010, Townsend Prize of
Fiction 2010. Untuk filmnya, The Help the movie meraih empat nominasi Academy
Award: Best Picture, Best Actress for Davis (Aibeleen), Best Supporting Actress
for Chastain (Celia Foote). Sayangnya, sang
penulis tidak lagi menulis setelah meraih kesuksesan buku ini. Entah apakah ada
beban moral dengan kesuksesannya sendiri atau ada sesuatu yang lain sehingga
karyanya ini disebut karya debutnya meski telah ditulis tahun 2009.
Sekilas tentang penulis:
Kathryn Stockett was born and raised in Jackson,
Mississippi. After graduating from the University of Alabama with a degree in
English and creative writing, she moved to New York City, where she worked in
magazine publishing for nine years. She currently lives in Atlanta with her
husband and daughter. She is working on her second novel. (from
goodreads)
Postingan ini untuk posting bareng BBI bulan Oktober 2013 untuk penulis debut sekaligus New Author
Trailer film The Help
suka banget sama buku ini...salah satu buku hype yang memang sesuai dengan ekspektasi hehe...belum nonton filmnya tapi, kayanya bakal nangis2 deh hehe
ReplyDeletepunyaku masih di timbunan... x)
ReplyDeletebelum baca tapi suka filmnyaaa. sampe nonton dua kalii
ReplyDeletesaya sudah nonton filmnya the help. huuuuh saya terharu sekali saat menontonnya, bagaimana perjuangan seorang penulis untuk menulis kisah nyata dengan dibantu 2 orang pembantu, albien dan minny, namun jumlah pembantunya terus bertambah untuk membantu proses penulisan buku the hlp. coba nonton di hbo huuuuh nangis tu pang.
ReplyDeleteKurang sepertiga bukunya, aku sudah donlot filmnya. Selesai baca langsung nontooonnn hahaha...
Delete