#7 Bliss (The Bakery Trilogy #1) by Kathryn Littlewood
Paperback, 320 pages
Published December 2012 by Noura Books
Penerjemah: Nadia Mirzha
Rating: 3,5/5
Apa yang kau harapkan dari sebuah
gigitan sebuah kue? Rasa kenyang yang biasa atau efek ajaib yang tak pernah kau
bayangkan sebelumnya? Jika yang terakhir yang kau harapkan, datanglah ke Toko
Roti Bliss.
Toko roti ini dikelola oleh sepasang
suami istri, Albert dan Purdy, dan empat orang anaknya, Thyme atau Ty, Rosemary
atau Rose, Sage dan Leigh alias Parsley (semua adalah nama bumbu2 masak :-o).
Yang menjadikan toko roti keluarga Bliss ini istimewa adalah karena efek ajaib
yang ditimbulkan setelah memakan kue bikinan mereka. Nama kue boleh sama dengan
kue pada umumnya, tapi bahan campurannya yang tidak umum. Contohnya saja
halilintar, air liur gajah, sari vanili tahiti, dan masih banyak lagi bahan
campuran ajaib lainnya. Belum lagi proses masaknya yang tak kalah ajaib:
memarut bahan dasar dengan menyenandungkan nama pelanggan yang akan menikmati
keajaiban kue ajaib ini. Rose, si anak kedua keluarga Bliss diam diam menjadi
saksi diam bagaimana orangtuanya banyak membantu kekacauan yang terjadi selama
ini di kota kecil tempat tinggalnya, Calamity Falls. Kehidupan mereka di tengah
kue kue ajaib itu berjalan biasa hingga suatu hari muncul tugas tak
terbantahkan dari pejabat negara untuk membantu kekacauan di bagian negara
lain. Tak terelakkan, kedua orangtua Rose harus rela meninggalkan ke empat
anaknya dan toko rotinya.
Kehidupan tanpa orangtua ini berjalan
hanya sebentar karena secara tiba tiba muncul Bibi Lily, bibi yang selama ini nyaris tak terdengar
kabarnya. Antara melegakan dan mencurigakan dengan kemunculan tiba tiba bibi
yang rupawan dan pandai mengubah segala yang selama ini terasa monoton menjadi
berbeda dan menyenangkan. Ty, Sage dan Leigh langsung jatuh hati pada bibi Lily
ini, tapi tidak bagi Rose yang merasa sesuatu yang aneh tiap kali menatap Bibi
Lily. Sementara itu, Rose yang mendapat amanat dari orangtuanya untuk menjaga
buku resep ajaib, Bliss Cookery Booke, tergoda untuk mencoba resep ajaib di
dalamnya. Tak disangka, keajaiban yang ia harapkan, kekacauan yang ia dapatkan.
Bersama kakaknya Ty, yang selama ini selalu ia anggap mencintai diri sendiri,
berusaha bersama mengatasi kekacauan. Tapi ternyata tetap saja kekacauan itu
tidak mereda, melainkan bertambah parah. Kali ini mau tak mau, kakak beradik
Bliss ini harus membiarkan bibi Lily membantu mereka. Meski dengan menekan
perasaan curiganya, Rose akhirnya luluh juga pada pesona bibi Lily.
Kisah keluarga pembuat roti ini bisa
dikatakan adalah kisah dongeng anak anak pengantar tidur. Siapa yang tidak
mengangankan segala sesuatu berjalan
dengan semestinya dengan satu gigitan kue? Cinta terpendam bisa luruh dengan
satu ramuan resep ajaib, kebohongan tak terkendali bisa disembuhkan sempurna.
Ah, kalo saya, saya pengen kue nikmat tanpa takut melar meskipun saya santap
berpiring piring. Tapi, meski ajaib, tetap saja resep ajaib ini harus berada di
tangan orang yang tepat hingga tidak akan menyalahgunakan keajaiban buku resep
Bliss ini. Kehadiran bibi Lily melengkapi watak manusia, bahwa tidak semua orang
seperti pasangan. Albert dan Purdy yang lebih memilih bekerja di belakang layar
mengatasi kekacauan. Sementara bibi Lily yang meski telah populer tetap saja
mendambakan keajaiban resep yang akan membuatnya lebih populer tak terkalahkan.
Rose, sebagai anak tengah, mewakili perasaan anak tengah lainnya (seperti
saya), yang merasa dirinya tak spesial, tak berbakat dan terabaikan. Perasaan
ingin diakui, menjadi pusat perhatian adalah impian yang bisa saja diraih dalam
sekejap dengan buku resep Bliss. Tapi apa artinya kepopuleran jika keluarga tak
ada yang berada di sampingnya dan hanya menikmati buku resep Bliss Cookery
Booke seorang diri?
Meskipun saya bilang buku ini seperti
dongeng pengantar tidur, tapi banyak hal yang bisa kita dapatkan dari kisah
keluarga Bliss ini. Kehangatan keluarganya, hubungan kakak adik yang terkadang
hangat, terkadang dingin, Ramuan ajaibnya membuat terpingkal sekaligus terpekik
ngeri. Imajinasi yang luar biasa dari penulisnya.
Posting ini saya sertakan dalam
Posbar Februari BBI dengan tema kuliner.
Ah, tapi aku sebagai anak tengah tidak bisa mengerti Rose :(
ReplyDeleteAku berharap ketinggian kayaknya untuk buku ini,hehehe :P
Aku sih ngerasain sedikit abandoned dikit di keluarga. Anak ke 3 dari 4 sodara... #malahcurcol
DeleteBtw, aku ga berharap banyak kok dari buku ini ;))
Covernya keceee. Kayak ada efek 3D gitu. Btw bisa nggak ya buku ini masuk kategori baca bareng ttg buku keluarga? Aku liat dari reviu di atas kayaknya unsur kekeluargaannya cukup kental.
ReplyDeleteBisaaaa banget, paannn...
Deletebanyak yg berharap tinggi di buku ini karena covernya cantik. klo aq sih biasa aja, emang udah tau klo ini buku anak2, biasanya emang gampang banget dicerna.. *malahcurcol* aq baca ini juga buat posbar :D
ReplyDeletebanyak juga ya yang baca ini, dan buku ini aku suka luar dalam :D
ReplyDelete@lucktygs
http://luckty.wordpress.com/2014/02/27/review-macaroon-love/
aku masih ada buku ini di timbunan XD gak tahan sama covernya yg keren...
ReplyDelete