#13 Pacar Senja by Joko Pinurbo
Sumber fot dari Bukalapak
Paperback 162 pages
Published 2005 Penerbit PT Grasindo
Rating 3/5
Tak tahu bagaimana memulai review sebuah buku kumpulan puisi
milik Joko Pinurbo ini, yang ternyata adalah antologi 100 puisinya yang diambil dari 5 buku sajak sebelumnya: Celana (1999), Di
Bawah Kibaran Sarung (2001), Pacarkecilku
(2002), Telepon Genggam (2003) dan Kekasihku (2004). Dari kelima buku
sajaknya itu, joko Pinurbo harus menyeleksi sekian sajaknya untuk dibukukan
kembali dalam bentuk antologi puisi. Tidak semua puisi di buku ini adalah puisi
lamanya, ada dua puisi baru Layang Layang (1980) dan Pohon Bungur (1990). Di dalamnya, Joko
memilah lagi sajak sajaknya berdasarkan ide, kisah atau kedekatan tema tertentu
ke dalam sub judul.
Ada 7 sub judul di dalam antologi puisi ini. Judul pertama
dibuka dengan Celana. Disini Joko
bermain kata kata seputar kisah celana sebagai kata yang bermakna harafiah
namun lebih sering menggunakannya sebagai kiasan. Pada awalnya, ada beberapa
puisi yang membuat saya tergelak karena sedikit vulgar meski tetap indah dalam
penyampainnya. Simak saja
Ketika sekolah kami sering disuruh menggambar celanayang bagus dan sopan, tapi tak pernah diajar melukisseluk beluk yang di dalam celana …. (Celana 2, hal. 4)
Entah pikiran saya yang lagi tidak senonoh atau memang
demikian yang dimaksudkan oleh si penulis, saya tidak yakin. Dalam puisi ini,
saya merasa Joko menyindir para orangtua yang tidak terlalu terus terang
tentang beberapa hal yang mereka anggap tabu –seks, sehingga di kemudian hari
para anak mencoba mencari tahu sendiri, entah dengan cara yang tepat atau salah
Karena itu, kami suka usil dan sembunyi sembunyi
membuat coretan dan gambar gambar porno
di tembok kamar mandi, sehingga kamipun terbiasa menjadi
orang orang yang suka cabul terhadap diri sendiri.
Celana sendiri terkadang bermakna lain di pusinya yang lain.
Saya menangkap makna ketakwaan seseorang dalam beribadah. Bahkan bungkus ibadah
tak mampu membendung derasnya kecintaan seseorang akan Dzat penciptanya
Celana tak kuat lagi menampung pantatYang goyang terus memburu engkauPantat tak tahan lagi menampung goyangYang kencang terus menjangkau engkauGoyang tak sanggup lagi menampung sakitYang kejang terus mencengkeram engkauTelanjang tak mampu lagi melepas,Menghalau Engkau (Meditasi, hal. 8)
Bercukup Sebelum Tidur adalah judul dari sub judul
berikutnya. Terus terang, puisi yang terangkum disini mulai mengajak kening
saya berkerut. Kisah kisah di dalamnya cenderung abusrd yang bagi saya susah
mencari makna di balik symbol kata ini dan itu. Beberapa saya tangkap adalah kecintaan
seseorang terhadap kehidupan duniawi dengan kecantikan badaniah, ketakutan akan
ketuaan dan terutama kematian
Ada saatnya ia waswas
kalau yang di dalam
cermin
memalingkan muka
karena bosan,
karena tak betah lagi
berlama lama
Menjadi bayangannya
lalu melengos ke arah tiada
Lagu itu lirih
Suara itu letih
Di ujung kecantikan
jarum jam
mulai mengukur irama
jantungnya
Aku minta sedikit
waktu lagi
buat tamasya ke dalam
cemas
Malam sudah hendak
menjemputku
di depan pintu.” (Di
Salon Kecantikan, hal. 19-22)
Joko banyak menggunakan kata kuburan di dalam puisinya, dari
3-4 sub judul yang mampu saya baca,
kata kuburan ini selalu mengambil bagian. Saya tidak tahu mengapa si penulis
menyukai menghubungkan segala sesuatu dengan kuburan—kematian. Barangkali saja
puisinya cenderung mengajak pembacanya menyadari masa yang akan datang, dengan
caranya –gaya puitis yang liris nan tragis.
Well, saya tak mempu menyelesaikan membaca sekuruh puisi di
dalam antologi ini. Terlalu berat buat otak kurang prima saya ini. Semakin panjang
puisinya, semakin banyak kata dalam setiap baris kalimatnya, tak terlalu
membantu saya memahami apa yang dimaksud si penulis. Saya menunggu nunggu satu
judul puisi yang menjadi judul kumpulan antologi ini, Pacar Senja. Ternyata yang saya dapatkan adalah puisi dengan makna ambigu
antara kekasih yang datang di kala usia telah senja ataukah taubat yang datang di
kala menjelang akhir? Entahlah…
Sekilas tentang Penulis:
Joko Pinurbo (jokpin) lahir 11 Mei 1962. Lulus dari Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia IKIP Sanata Dharma Yogyakarta (1987).
Kemudian mengajar di alma maternya. Sejak 1992 bekerja di Kelompok Gramedia.
Gemar mengarang puisi sejak di Sekolah Menengah Atas. Buku kumpulan puisi
pertamanya, Celana (1999), memperoleh Hadiah Sastra Lontar 2001; buku puisi ini
kemudian terbit dalam bahasa Inggris dengan judul Trouser Doll (2002). Ia juga
menerima Sih Award 2001 untuk puisi Celana 1-Celana 2-Celana 3. Buku puisinya
Di Bawah Kibaran Sarung (2001) mendapat Penghargaan Sastra Pusat Bahasa
Departemen Pendidikan Nasional 2002. Sebelumnya ia dinyatakan sebagai Tokoh
Sastra Pilihan Tempo 2001. Tahun 2005 ia menerima Khatulistiwa Literary Award
untuk antologi puisi Kekasihku (2004). Buku puisinya yang lain: Pacarkecilku
(2002), Telepon Genggam (2003), Pacar Senja (2005), Kepada Cium (2007), dan
Celana Pacarkecilku di Bawah Kibaran Sarung (2007). Selain ke bahasa Inggris,
sejumlah sajaknya diterjemahkan ke bahasa Jerman. Sering diundang baca puisi di
berbagai forum sastra, antara lain Festival Sastra Winternachten di Belanda
(2002). Oleh pianis dan komponis Ananda Sukarlan sejumlah sajaknya digubah
menjadi komposisi musik
Posting ini saya sertakan dalam Posting Baren BBI bulan
Maret 2014 dengan tema Puisi
Hasil iseng membaca dua puisi JokPin saya unggah di soundcloud: Pacar Senja dan Telepon Genggam
Hasil iseng membaca dua puisi JokPin saya unggah di soundcloud: Pacar Senja dan Telepon Genggam
Tapi tampaknya keren mbak, mungkin bacanya jangan terburu2, sehari berapa sajak aja gitu.
ReplyDeleteHahaha... Thx, Zee. Pengennya sih nulis review sembari membaca jadi kena moodnya. Tapi apa daya.... Ga mampuu...
DeleteJokPin ya...
ReplyDeleteEhm....bahkan untuk baca cerpen beliau aja otakku ndak prima. Ndak nemu asiknya di mana x_x
Huakakakaka... Pacar Senja ini yang paling mending untuk posbar dibanding Oka Rusmini dan Beno Siang Pamungkas... IQ jongkok baca tulisan mereka :')
DeleteAku juga pusing baca puisinya beliau ini..
ReplyDeletemendingan baca twitternya beliau deh, hehehe
Hihihi... Aku belum follow twitternya :))
DeleteEhhh puisi pertama yg celana itu lucu juga ya hehehe... tapi puisi yg terakhir bikin berkerut2 XD emang butuh mikir dan suasana tenang bacanya kali ya, ga bole buru2 :D
ReplyDeleteDi separo buku terakhir bikin kriting jidat. Jadi kucukupkan saja bacaku di tengah hahaha
DeleteHahahaha ngakak baca yg pas puisi celana. Iya baiknya baca puisi emang pelan2 dan diresapi kali ya, trus kita galau massal habis itu hahaha
ReplyDeleteNgakak miris tapi trus mumet :p
DeleteIkut ngakak baca yg bagian "Celana" itu. Gaya beliau simpel tapi menghentak dan bermakna banyak ya. Keren penyair ini.
ReplyDeleteSelamat Pagi. Kak, saya sangat tertarik dengan buku Pacar Senja. Sudah banyak toko buku baik besar dan kecil bahkan sampai di jejeran buku-buku murah kawasan Terban sama TBY udah saya putaru di daerah jogja tapi nggak pernah nemu buku itu. Kalau memang kakak ada bukunya saya SANGAT tertarik untuk beli. Terima kasih sebelumnya kak, bisa hubungi saya lewat praktikum.sigter@gmail.com kalau memang boleh dibeli kak :( terima kasih sekali
ReplyDeleteWah, maaf ya. Itu buku juga saya dapat minjem. Yang punya ngga mau jual juga...
Delete