#41 13 Reasons Why By Jay Asher
Paperback
287 pages
Published
Oktober 2011 by M-Pop (Kelompok Matahati
Penerjemah:
Mery Riansyah
Rating:
4/5
Apa
efek terburuk dari bullying?
Mati
Terbunuh
Atau
bunuh diri
Hannah
Baker memilih yang kedua.
Hannah,
remaja yang mungkin tidak pernah menikmati indahnya persahabatan, hangatnya
berpacaran, seru-seruan dengan teman seusianya karena ia terburu menelan pil
yang mengakhiri hidupnya. Tapi dia tidak tinggal diam sebelum ia mati. Ia harus
memberi 'pelajaran' bagi para pengganggunya. Ia ingin, tak ada lagi bullying
yang berakhir seperti dirinya.
Maka,
dia buatlah 7 kaset berisi rekaman alasan mengapa ia mengakhiri hidupnya.
Kaset2 itu ia 'dedikasikan' untuk mereka yang telah mewarnai hidupnya secara
kelam. Nama-nama siswa yang memang bermasalah, siswi yang tampak manis, rekan
yang dari luar terlihat loveable, cowok pendiam tak percaya diri, dan gurunya.
Semua nama itu saling terhubung, terkait dan berujung hilangnya nyawa seorang
remaja.
Diceritakan
dengan dua narator sekaligus, suara Hannah di kaset dan Clay Jensen yang
mendapat giliran mendapat paket kaset dan mendengarkan namanya masuk dalam 13
alasan Hannah. Rasa ingin tahu dan depresi Clay selama mendengarkan kaset2 itu
serasa menular pada saya. Beberapa kali saya percaya bahwa Clay tidak melakukan
sesuatu yang buruk pada Hannah, pada beberapa kali pula saya ikut depresi Clay
yang ketakutan tentang apa yang akan diceritakan Hannah tentang dirinya. Belum
lagi perjalanan Clay mengunjungi tempat-tempat yang tertera di peta yang diberi
tanda Hannah untuk didatangi, untuk mendapat sensasi perasaan Hannah saat
mengalami kejadian kelam itu. Semacam treasure hunt dengan efek yang getir alih-alih menyenangkan.
Terus
terang, saya tidak setuju dengan tindakan Hannah yang menyerah begitu saja di
kehidupannya. Belum lagi, saya pikir she likes courting catastrophe for
herself. She knows exactly some students' reputation, but she just doesn't care
until she got her lesson. And then it's too late. Ok, saya memang tidak
merasakan apa yang dirasakan Hannah, tapi tetap saja bunuh diri bukan pilihan.
Jangan pernah menjadi pilihan. Pergaulan yang salah tentu saja menentukan
perlakuan sosial terhadap kita. Dia sudah menjadi bulan-bulanan list bokong
terindah, dan kemudian diperparah dengan pesta-pesta serta siswa-siswa yang
kemudian memperparah keadaannya. Jika saja saya Clay, depresi itu akan bertahan
lama. Sangat lama. Ditambah penyesalan tak kalah panjang. Aahh, puk puk Clay.
Meski
tone kisah ini sangat kelam, saya sangat menikmati gaya bercerita Jay Asher
dengan dua narator yang terkadang saling bersahutan secara tidak langsung. Pada
mulanya, saya cukup bingung dengan perpindahan narator yang terkadang berpindah
setting juga. Clay yang sedang di gudang, mendengarkan kisah ketika Hannah
berada di tempat lain. Tapi lambat laun, saya bisa mengikuti perpindahan
sewaktu-waktu ini. Belum lagi kemudian saya membaca catatan akhir penulisnya
bagaimana ia mendapat ide menulis dengan narator kaset. Kerennn!!
Eh,
katanya buku ini akan difilmkan, saya pikir malah sudah. Ternyata belum. Dengan
memasang Selena Gomes sebagai Hannah, entah kapan proyek ini selesai. Ketika
saya cek di youtube, yang saya dapatkan hanya trailer fanmade, dengan mencampur
adegan sana sini. Duh, kacaauu... :D
Note:
Postingan
ini saya sertakan dalam posting bareng theme judul dengan angka.
0 Response to "#41 13 Reasons Why By Jay Asher"
Post a Comment