Around The Genre: Childlit Author: Wawancara (imajiner) dengan Kate DiCamillo
Kenal dengan nama di judul ini? Terus terang, nama ini
menjadi salah satu penulis yang saya jadikan favorit begitu membaca satu
karyanya. Dan karyanya itu, terus terang, saya kenal dari drama Korea yang saat
itu sangat booming, He Who Came From the Star. Ring a bell? Yup, gegara drakor
itu, jadilah saya membaca The Miraculous Journey of Edward Tulane. Dan saya pun
lapar akan karya-karya Kate Dicamillo yang lain.
Setelah bingung mau dijadikan apa tulisan tentang Kate
DiCamillo, dan setelah saya membaca referensi sana sini dan sana lagi, maka
inilah tulisan singkat saya, wawancara imajiner saya yang saya ambil dari
banyak sumber yang tersebar di seantero jagad internet :D
KD: Kate DiCamillo (meski sama inisialnya, saya jelas lebih
memilih mewawancara DiCamillo dibandingkan Kris Dayanti #apasih :D)
L: Lila (saya sendiri) (tunjuk hidung)
L: Hallow, jeng Kate DiCamillo.
Seneng deh saya akhirnya berkesempatan ngobrol dengan jeng Kate. Ini dalam
rangka ultah Bebi yang ke-4 lo…
KD: Oh, halo (kening mengernyit)
siapa ya? Do I know you somewhere?
L: Aduh, maap, jeng, lupa
mengenalkan diri saya. Kenalken, saya Lila dari komunitas Blogger Buku
Indonesia. Itu lo, komunitas keren dengan anggotanya yang keren-keren juga yang
menulis banyak review buku, termasuk review bukunya jeng Kate lo. Masak ngga
kenal sih? (jawil2 kaos panjang Kate)
KD: Oh, ada ya komunitas blogger
buku? Wah, asik ya. Jadi pengen tau gimana respons para pembaca Indonesia tentang
buku saya. Eh, btw, kaos saya jangan ditarik-tarik dong. Molor nih…
L: Hihihi… Maap, jeng. Abis saya
grogi sih. Tapi ini jatah saya wawancara jeng Kate kok. Nanti jatah Jeng mau
wawancara saya tentang BBI, nyusul ya. keburu kepanjangan prolognya nih :D
KD: Oh, OKeee… jadi, mo nanya
apa nih tentang saya?
L: Yup, mo nanya nih, jeng Kate kan
sudah beberapa kali mendapat penghargaan baut kiprah jeng di dunia buku. Bisa
cerita tentang awal nulis jeng?
KD: Oh, well, begini, saya mulai
menulis di usia hampir 30 tahun, meskipun dari dulu saya sudah punya passion
menulis. Saya bahkan sering bilang ke orang-orang kalo saya ini penulis. Eh,
tapi saya ngga nulis-nulis :D . Saya malah bekerja untuk Disney World, Circus
World, campground, greenhouse. Aneh ya?
L: Terus kapan mulai nulis? Langsung
menulis buku anak-anak kah?
KD: Enggg…. Awalnya saya kurang
tertarik menulis buku anak-anak. Saya menulis banyak sekali cerpen untuk
pembaca dewasa-yang saya kirim ke majalah, koran-koran, eh, tapi saya mendapat
balasan surat penolakan sejumlah naskah yang saya kirimkan. Dan itu jumlahnya
400an!!! Kasihan ya saya…. Saya mulai melirik buku anak-anak ketika saya
bekerja di sebuah gudang buku sebagai pegawai yang menyeleksi buku-buku khusus
untuk anak-anak. Nah, disitu saya mulai banyak membaca buku untuk anak-anak.
Disitulah saya kadang merasa sedih bersyukur, karena saya justru
menemukan bakat saya yang sebenarnya.
L: Terus, gimana rasanya ketika mendapat
penghargaan Newberry Medal yang ke sekian kalinya untuk Flora and Ullyses?
KD: Wow, saya rasanya ngga
percaya ketika pagi-pagi buta, pukul 5.30, saya ditelpon komite Newberry,
mengatakan bahwa saya mendapatkan Newberry Medal. Saya menangis bahagia. Dan setelah itu saya
bengong, itu tadi bener kan, bukan mimpi? Hehehe… oya, sebelum Flora and
Ulyyses, saya juga mendapatkan penghargaan yang sama untuk Because of
Winn-Dixie—karya pertama saya, dan The Tale of Desperaux.
(Ssstttt... coba tengok moment tak terlupakan JEng Kate ketika menerima Newberry Medal)
L: Jeng Kate ini kan menulis untuk
anak-anak, ada kenangan buku apa saja ketika anak-anak?
KD: Well, ibu saya sering sekali
membacakan buku untuk saya. Ada buku berjudul ‘Island of the Blue Dolphin’
karangan Scott O’Dell, ‘Harriet the Spy’ karya Louise Fizhugh. Saya juga suka
Secret Garden dan The Little Princess. Buku yang membuat saya sedih adalah The
Black Beauty. (duh, saya pengen baca tu buku, tapi kok sedih ya? Ga jadi
beli nih… ebook aja kalo gitu…)
L: Saya denger, Jeng Kate juga jadi The
fourth
National Ambassador for Young People’s Literature ya? Bisa ceritakan
sedikit tentang ini?
KD: Saya ngga pernah
membayangkan akan jadi ambassador. Waktu kecil, saya ini pemalu sekali, padahal
ibu saya itu orangnya sangat terbuka. Beliau pasti ngga bakal bisa membayangkan
saya pergi ke seberang jalan bertanya pada seseorang, saking pemalunya saya.
Bagaimana saya bisa menjadi ambassador? Itu berkat tulisan-tulisan saya. Saya
bercerita. Saya menemukan suara saya dari bercerita. Dan bercerita juga membuat
saya terhubung dengan banyak orang. Dan ini terjadi begitu saja.
L: Wah, saya dulu juga pemalu lo,
jeng, tapi saya kok ngga jadi ambassador ya? (Emang mo jadi dubes apaan? Progress bacaan aja dikejar-kejar, dikasih
peringatan mulu sama goodreads..hahaha)
KD: Hahaha…
L: Menurut Jeng Kate, saat ini
banyak sekali anak-anak muda yang membaca segala macam buku. Apakah ada hal
yang penting tentang apa yang mereka baca? Fifty Shades of Grey The
Hunger Games pernah sangat popular, dan mungkin akan ada buku lain di waktu
lain yang booming?
KD: Hmmm… bagi saya sih yang
penting adalah proses membaca itu sendiri. Membaca satu buku akan membawamu ke
buku berikutnya, dan seterusnya. Dan menurut saya, buku anak juga bisa dibaca
oleh para orangtua. Ada bnhyak hal yang membuat kita merasa terhubung dengan
suatu cerita. Harry Potter misalnya, buku anak yang sangat dinikmati kaum
dewasa.
L: Waah… padahal saingan buku
sekarang ini adalah gadget lo, jeng. Gimana tuh untuk mengantisipasinya?
KD: Well, segala sesuatu itu
selalu mempunyai plus dan minusnya. Kita tak bisa menganggap gadget sebagai
musuh. Yang penting adalah keseimbangan dan sikap yang tidak berlebihan. Peran
saya disini adalah mengingatkan bahwa cerita juga bisa semenarik video game.
Cerita-cerita bisa membuat kita lebih manusiawi. Itulah peran saya berada.
L: Dari sekian pembaca buku jeng,
ada yang istimewa kah? Ada fans gila gitu?
KD: Stalker maksudnya? Hahaha…
kasih tahu ngga ya? Yang jelas, seminggu saya bisa mendapat 100an pucuk surat.
Selama ini saya membalas sendiri surat-surat itu. Tapi saya ngga tahu,
kira-kira saya masih mampu membalas surat-surat itu sendiri ato ngga. Tangan
saya sering kram gegara nulis surat.
Bicara tentang fans, saya
terkesan dengan seorang anak, sekitar 10 tahun yang sama sekali tak mau membaca
buku. Dan pada suatu hari, petugas perpustakaan sekolahnya memberinya Because of Winn-Dixie, dan anak
itu membacanya. Dan bahkan menunggu buku saya selanjutnya, the Tiger Rising,
dan ia bahkan sudah membacanya dan menuliskan persamaan dan perbedaan antara dua buku tersebut. Dia sangat pintar. Itulah kekuatan suatu cerita.
L: Wow…. Membaca itu bagi sesorang
itu kadang seperti mencari makanan yang cocok ya. Kalo cocok yuk, makan lagi,
kalo ngga ya, nyicip tempat lain aja #analogingasal… :D
L: Oke, jeng, sudah panjang nih.
Jawab pertanyaan berikut ini dengan satu-dua kata aja ya?
KD: 3 kata ngga boleh nih?
(Yeeeyy… nawar
nih)
L: Pokoknya 2 kata maksimal. Apakah
Because of Winn Dixie bakal ada lanjutannya, dengan kembalinya ibu-nya Opal?
KD: Ngga ada.
L: Dimana tempat favorit menulis?
KD: Di rumah
L: Diantara karya-karya jeng, mana
yang menjadi favorit?
KD: Semua favorit saya. Mereka
seperti anak2 saya
L: Huss.. 2 kata sajaaaaa…. Apakah
jeng Kate sekarang menjadi penulis fulltime?
KD: Yak tul.
L: Apakah selalu puas dengan semua
karya-karya yang sudah dihasilkan?
KD: Tidak selalu. Tapi saya
terus berusaha
L: Husss… dibilang 2 kata aja kok
ngiyill… Di novel jeng kan sellu ada peran binatang, apakah jeng punya binatang
piaraan? Anjing? Kuda? Tikus? Kelinci?
KD: Anjing, Henry.
L: Apakah Jeng menggambar sendiri di novel-novel jeng?
KD: Ngga
L: Apakaj jeng puas dengan film adaptasi dari novel-novel jeng?
KD: Puas
L: Okeee, jeng, ada pesan terakhir
untuk para penulis muda? Siapa tahu para blogger yang ada di BBI ingin tahu
resep jeng Kate. Boleh panjang yang ini. Ga mungkin Cuma dua kata aja hehehe…
KD: (lega) syukurlah… Saya
mungkin tidak akan menjadi seperti sekarang jika saya mundur karena surat
penolakan naskah saya yang ratusan itu.
Sekitar 6 tahun saya menunggu hingga penerbit mau mempublikasikan tulisan saya.
Jadi kuncinya adalah kesungguhan dan jangan pernah menyerah. Kejar terus
mimpimu.
L: Kyaaaa…. Jeng Kate, terima
kasihhh… sudah mau duduk ngejogrok di kasur tipis gambar Masha and The Bear
saya malam ini yaaa… Sudah tepos bok*gnnya belum hihihi… sudah gitu, nyambi
mainan hayday lagi hahahaha…
KD: Sama-sama jeng Lila. Saya
tunggu undangan para blogger untuk mengundang saya ke Indonesia, ke acara IRF
gitu atau yang di Ubud itu juga boleh…
Oya, Selamat ultah buat BBI yaa yang ke-4 yaaa… Semoga banyak karya-karya keren
yang lahir dari komunitas ini di masa mendatang.
L: Waaahh.. Jeng… makasih ucapannya
yaaa. Jadi terharu…
Oya, ini dia karya-karya Kate DiCamillo:
Because of Winn-Dixie
The Tiger Rising
The Magician’s Elephant
The Tale of Desperaux
The Miraculous of Edard Tulane
Flora and Ullyses
Bink And Gollie series
Mercy Watson series
Yang lainnya, silakan cek Goodreads
Artikel ini saya buat untuk memeriahkan event Ultah BBI4thAnniversary untuk thema Children Literature and Young Adult
Sumber wawancara imajiner:
uwah keren mba lilaaa
ReplyDeleteakyu memang keren ya, dekraaf... :D
Deleteyang baru kubaca baru Edward Tulane :D
ReplyDeleteAku mulai dari EDward Tulane terus disususl dg pinjeman lainnya :D .. Tapi so far, Edward Tulane emang yg paling keren ..
Delete"Membaca satu buku akan membawamu ke buku berikutnya, dan seterusnya."
ReplyDeleteBenaaaaar sekali Jeng Kate.... (atau Jeng Lila??!?) Jadi benar-benar tidak ada salahnya untuk menimbun kaaan..... #modus #pembenaransejati
Baiklah... carilah sitiran sitiran lain sekehendak hatimu, kaka... aku akan ikuutt :D
DeleteAku baru baca 2, tapi sudah nimbun beberapa, hahaha... Wah, keren ya, sampe dapat 400an penolakan berarti sangat sangat produktif. *acungkan jempol buat jeng Kate*
ReplyDeleteMakasih miss, sudah ngewawancarai jeng Kate (walaupun boongan)
Keren jeng. Ngakak juga baca imajiner wawancara. Salam balik buat jeng Kate ya .
ReplyDeleteMbak, pinjem Edward Tulane dooonk........ *kedip2*
ReplyDelete