Posting Bareng BBI: #BBIBookishConfession
Waaahh… topik posbar bulan lucuuuuu…. Jadi gatel pengen ikut
buka-buka rahasia juga ini hahaha…
Jadi rahasia yang pengen saya buka ini sebenarnya cukup
memalukan, dan beberapa bahkan sudah jadi bahan ledekan teman-teman di
Goodreads Semarang. Tapi sebelumnya saya beri judul dulu buat ‘pengakuan dosa’
saya ini ya..
5 BUKU YANG SAYA DAPAT DENGAN BERDARAH-DARAH BUT END UP AS TIMBUNAN
Lhah…. Judulnya panjaaangg bangettt? Sengaja kok hahaha…
Jadi ceritanya saya duluuu pernah bahkan sering ikut Wishful Wednesday, meme
asik milik kak Astrid di perpuskecil.wordpress.com, tapi karena efeknya kurang
bagus buat saya yang jadi nambah mulu timbunan alih-alih nambah rak ‘sudah
dibaca’ di Goodreads malah nambah ‘to read’ atau mark as ‘timbunan’ mulu wkwkwk…
Makanya saya idle untuk sementara
ikutan meme tersebut. Dan 5 buku ini akhirnya saya dapatkan dengan sekuat
tenaga, tapi berakhir sebagai ….. ah, you know lah…. :D
Ini buku duluuu pernah happening
banget diantara anak-anak Goodreads Semarang ketiika seorang teman saya
menemukan buku grafis ini di tumpukan diskon 10 ribuan. Dengan cepat buku ini
habis. Dan saya yang tiba-tiba pengen, cuma bisa gigit jari. Saya kebetutulan
menemukan ebooknya, dengan Bahasa Inggris tentu saja. Dan karena membaca novel
grafis berbentuk PDF di ebook reader itu tidak asyik, saya…..ehmm… saya
MENGEPRINT EBOOK itu di jasa foto copy terdekat. Tetapi membaca beberapa
lembar, isu politik dan gender serta agama yang begitu kuat, membuat saya
sedikit mundur membaca buku ini. Kalo ditanya habis berapa mengeprint ebook
ini, yang jelas lebih lah dibandingkan beli 10 ribuan…. #sigh…
2. Mata Ketiga oleh T. Lobsang Rampa
Saya sendiri lupa, kapan dan mengapa saya menginginkan buku
ini. Mungkin karena isu Tibet-nya, atau karena sebab lain? No idea :D Tapi yang
jelas saya mendapatkan buku ini DENGAN MEMBELI ONLINE di salah satu olshop
buku. Saya juga lupa dimana hahaha…. Dan hingga sekarang buku ini masiih
bersegel plastic mwahahahaha…. Oh ya, yang menyakirtkan, buku ini sekarang bisa
ditemukan tersebar ditupukan diskon Gramedia diiimana mana…. Aaaarrgghhh….
Mungkin waktu itu saya sedang gandrung dengan karya-karya
mbak Maggie ini. Setelah Balada Ching Ching dan Selama Kita Tersesat di Luar Angkasa,
saya jadi mencari buku-buku tulisan mbak Maggie ini. Seorang teman saya memberi
kabar bahwa buku ini ada di tumpukan diskon Gramedia tempo hari (tempo hari
yang sudah berapa tahun lalu), dan saya langsung menuju ke TKP. Memeluk buku
ini dann…..menguliti segel plastiknya, dan kembali lagi ke timbunan… wahahahaha….
Buku ini saya dapatkan dengan menitip seorang teman ketika
ada sale buku di bookdepo kalo ngga salah. Kapan itu? Engggg… Lupa… Tahun lalu
mungkin. Sempat ada drama pengiriman buku ngga nyampai lah, tapi untunglah
akhirnya sampai juga di dekapan saya #tsaaahh… Untuk buku second, buku ini sebenarnya terhitung mahal buat saya. Mengingat sebelumnya
saya juga sering menitip teman buku-buku Roald Dahl di toko buku Singapura. Tapi
tak apa lah… Sesekali ini….. tapi kok ya kena timbun juga ya? Wahahahaha…
Saya pernah meminjam buku ini dari seorang teman di Goodreads
Semarang, dengan edisi lama, kertas tipis kuning cenderung buluk, dan ejaan
yang belum begitu disempurnakan hahaha… Baru membaca beberapa lembar, mata saya
sudah protes saking mungil font dan
spasi yang begitu rapat. Maka, ketika seorang teman lama yang ingin
menghibahkan bukunya pada komunitas, dan dia menghubungi saya, tentu tak saya
sia-siakan tawaran sedap ini. Dan diantara tumpukan buku itu, terselip satu
buku judul ini dengan edisi baru, gambar mas Rangga, eh, mas Nicolas Saputra. Sayang,
tangan teman saya lebih cepat dari saya. Dengan tangkas, ia sudah menimang buku
itu. Saya memandang buku dengan tatapan nanar dan lama-lama menyedihkan. Dan akhirnya
teman saya tahu maksud saya, ‘Mbak Lila, mau buku ini?’. Dengan malu-malu saya
mengangguk. Tapi kemudian teman saya bilang, ‘Tapi kan aku duluan yang ambil,
mbak?’. Saya kembali memandangi buku itu. Lagi. Lagi. Lagi hingga teman saya
merasa tidak enak, dan dengan setengah tidak rela memberikan buku itu pada
saya. BERHASILLLL… hwakakaka… Semoga saja teman saya tidak menemukan postingan
ini hingga ia kecewa telah merelakan buku ini pada saya karena berakhir sebagai……
sudahlah…
Nah, itu tadi, dosa-dosa saya berusaha mendapatkan buku
impian namun berakhir sebagai timbunan. Tapi saya yakin, haqul yaqqin, bahwa
saya tidak sendiri. Banyak teman yang lain yang lebih parah dari saya di sana. Situ.
Dan mungkin yang membaca posting ini hihihih….
Wakakakak, tau aja kalau bakalan ketemu penimbun buku :D. By the way, saya pribadi baru membaca Catatan Seorang Demonstran via ebook :(.
ReplyDeleteHuwooo... ada ebooknyaaa??? Gileee... nemuuu ajaa ya... Coba nanti nyari di Ijak ato bookmate *lha terus tu paperback dikemanainnn??* :D
DeleteI feel you yang no.2 mbak lil.. wkwkwkwk
ReplyDeleteWahahaha, Haniiii... sakitnya tuuhhh di kantongggg ;))
DeleteHuwoow. Aku jadi penasaran deh sama Catatan Seorang Demonstran. Pengin tahu apa aja sih yang dilakukan Gie. Kan pasti beda sama versi filmnya :3
ReplyDeleteEehhhhhhhhhh... aku juga penasaran, tapi kok yo tetep Ketimbun yaaa hihihi....
DeleteMungkin perlu memantapkan niat kak buat menarik Gie dari timbunan. Haha.
DeleteAku juga sama hiks. Sampai kadang lupa aku udah punya apa belum, akhirnya aku bikin semacam spreadsheet biar aku bisa cek buku yang udah punya dan ditimbun apa sebelum beli atau melangkah ke arena obralan *nangis di pojokan*
ReplyDeleteAku sih nyaris ngga pernah punya buku dobel, Nin. Pernah sekali itupun karena dikasih en dapat waktu IRF;)
DeleteUntuk yang buku Winter Dream dan CSD itu kasusnya sama kayak saya, belinya entah sejak kapan dan sampai sekarang masih anteng di timbunan. Dan buku Gie itu belinya bahkan nggak diobralan, tapi tetap saja ditimbun hiks. Sungkem dulu sama Kak Lila.
ReplyDeleteWinter dream itu sampai sekarang masih bejibun lo di tumpukan diskon. Huhuhu... eh, aku jg dapat diskon ding ;))
Deletehahahaha memang, acquiring a book itu salah satu hal yang paling menyenangkan buat para bookworm, meski akhirnya buku itu jadi timbunan, bahkan mungkin suatu hari dihibahkan ke org tanpa pernah dibaca. tapi petualangan memperolehnya itu yang memang seru XD
ReplyDelete.... dan aku bangga bisa ingat perjuangan dapetin buku2 itu. Yeay!
Delete