Shigatsu Wa Kimi No Uso by Naoshi Arakawa Part 2
English title: Your Lie in April
Read via manga browser in Android app
Rating 4/5
Sebelumnya, saya sudah mereview sekilas disini, saking
kepenginnya saya nulis review manga ini. Waktu itu saya baru membaca sekitar 20
chapter dari 44 chapter. Dan dari 23-an anime-nya saya baru nonton 10 episodes.
Meski, yah, saya sudah kena spoiler gegara membaca komen-komen di YouTube. Aaaarrgghh….
Tapi tetep saja semangat menyelesaikan manga yang bikin sesek sampe mewek di
akhir cerita.
Seperti yang sudah saya tulis di review sebelumnya, Arima Kousei
adalah seorang prodigy dengan kemampuan bermain pianonya. Sejak kecil, ia sudah
disiapkan ibunya untuk menjadi pianis ternama, mewujudkan cita-citanya yang tidak
kesampaian karena sakit-sakitan. Karena obsesi ibunya itulah, Kousei menjadi
bulan-bulanan ibunya dalam berlatih. Tidak jarang pukulan mendarat pada
tubuhnya di usianya yang masih 5 tahun, melwatkan waktu bersama dengan sahabat
terdekatnya, Sawabe Tsubaki. Namun hasilnya memang sangat setimpal. Kouse menjadi
juara berturut-turut di berbagai festival music, menjadi idola disana sini,
termasuk menjadi role model bagi para penontonnya sekaligus musuh bebuyutan di festival
music kelak.
Setelah ibunya meninggal dunia, Kousei terpuruk. Dia seperti
dikutuk ibunya dengan hilangnya suara piano ketika ia sedang memainkannya. Sebutan
sebagai Mother’s puppet, human metronome menjadir rumor dan bisik-bisik seputar
dirinya menjadikannya berhenti bermain piano. Setelah 2-3 tahun berlalu, muncullah Kaori Miyazono, pemain
biola yang bersekolah di tempat Kousei belajar. Dengan dalih menunjuk Kousei
sebagai partner bermainnya dalam festival biola, Kaousei kembali ke dunia
panggung. Berusaha berperang melawan rasa takut, khawatir dan bayang-bayang ibunya
yang seakan menjadi hantu di tiap pojok auditorium. Kaori sendiri, sepertinya
model ‘won’t take No as an answer’.
Penampilan perdana mereka memukau, meski sempat terhenti
karena Kousei kembali kehilangan suara piano-nya sendiri. Keyakinan Kaori
memacu semangatnya. Kata-katanya, dukungannya, gaya free style-nya membuat
Kousei yakin untuk kembali ke dunia piano-nya. Tapi, sesuai dengan judulnya,
ada Kebohongan di bulan April. Dan ini yang nyesek….. #tissuemanatissue…
Semula, saya nyaris give up membaca manga ini, karena saya
cukup terganggu dengan flashback-flashback yang berulang, kemunculan wajah
ibunya yang cuma separo dari mulut ke hidung, bisik-bisik orang di sekitarnya,
hingga kilasan-kilasan yang lain. Cukup kesal tapi akhirnya saya bisa melewatinya.
Gaya Bahasa yang terkadang puitis membuat saya betah membacanya. Gambarnya sih
lumayan bagus juga, dramatisasinya dapet banget hingga saya ikut berdebar,
terbawa suasana dramatis ketika Kousei di atas panggung. Rasa kesal sekaligus
terpana, betapa pengaruh Kousei terhadap sekitarnya begitu kuat. Dua musuh
bebuyutannya, Emi dan Takeshi, keduanya awalnya tak begitu terikat pada piano,
tapi melihat penampilan Kousei pertama kali di usia yang begitu belia, memacu
semangat mereka untuk melakukan hal yang sama, dan kalau mungkin melebihi Kousei.
Saya menyukai hampir semua karakter disini. Namun justru
saya sebenarnya kurang begitu suka pada Kousei. Pemunculannya selalu lebay
hahaha… Pemunculan di panggung maksud saya. Ada drama hilang suara piano,
hingga hantu ibu-nya yang membayangi, dan juga komentar-komentar miring seputar
permainannya yang tiba-tiba off, dan kemudian menjadi colorful and touching. Tapi
mungkin ini justru yang menjadikan permainan piano Kousei ‘berbeda’ dari
permainan para pianist lainnya. Ada emosi yang ia ceritakan dalam melodinya. Tsubaki,
si sahabat masa kecil yang jatuh cinta pada Kousei sangat menyenangkan melihat
interaksi mereka berdua. Adegan saling gendong itu sangat saya tunggu di anime
hahaha… Kebingungan Tsubaki akan perasaannya sendiri kadang membuat geregetan
tapi gayanya yang galak, membuat Kousei tak pernah menyangka Tsubaki memiliki
perasaan khusus padanya. Sweeettt… Watari, sahabat lain yang sok nggantheng
ini juga cukup kocak. Hubungannya dengan Kaori sebenarnya adalah jembatan saja
bagi Kaori demi bermain bersama Kousei. Puk puk Watari. Bahkan para karakter
lain pun juga cukup lovable. Miike, si kacamata pemain biola ini semula
menyebalkan to the max, tapi at the end, sooooo kawaaii…. Hahaha… Pokoknya ga
nyesel deh baca manga ini sampai akhir meski meweknya jadi ngga maksimal karena
sudah kena spoiler duluan. Saya jadi ga punya ekpektasi terlalu tinggi pada
live action-nya. Siang malam saya nongkrongi manga ini, hingga batere habis,
sinyal kacrut yang terlihat cuma X doang, terus di live action nanti hanya
sejam setengah atau dua jam-an? Hmmm… tapi ngga rugi juga kali liat actingnya
Suzu Hirose yang tiap dia nangis, saya juga ikut nangis hahaha… Just wait and
see aja. Can’t wait!
0 Response to "Shigatsu Wa Kimi No Uso by Naoshi Arakawa Part 2"
Post a Comment