A scent of Love in London by Indah Hanaco
Ebook Ijak 378 pages
Published February 4 2015 by Elex Media Komputindo
Rating 2,5/5
Salahkan saya yang membaca buku ini karena iseng dan mood yang kurang bagus, sekedar mencari hiburan bacaan di tengah terjemahan yang bertubi tubi, dan kebetulan ngga sesuai selera saya hahaha... (sudah tau tidak selera kok ya lanjut mbaca lo, nulis review pula). Jadi gini, saya tengah suntuk dengan pekerjaan terjemahan yang merupakan kerjaan sampingan karena seorang teman yang butuh, saya jadi ngga ada waktu untuk membaca. Tapi saya merasa pengen membaca. Terus gimana dong. Saya iseng membuka IJak dan out of the blue menemukan judul yang berbau London, saya jadi teringat buku STPC, yang sudah saya baca, berjudul London juga, dan membuat saya kepo beberapa hal tentang London yang selama ini saya ngga tau. Eh, ternyata buku ini tidak menawarkan yang saya inginkan. Baiklah. Mungkin dari segi cerita bisa membuat saya bergetar, terharu gitu, syukur syukur mimbik2 nangis, tapi sayang, harapan saya terlalu tinggi hahaha... Bahkan dari halaman pertama, saya mulai membaca dengan model scanning-skimming. Persis seperti yang saya lakukan dulu ketika membaca novel erotis nya mbak SA mwahahahaha...
Cerita berawal dari kebintangan seorang Hugh Joaquin Levine, seorang pembalap berwarga negara Inggris. Popularitas dan kemampuannya mengebut bakal naik peringkat dengan bergabungnya ia di F1. Huwooo.... Dia mulai mendekati kesuksesan pembalap idolanya Michael Schumacher. Sayang beribu sayang, cita-citanya harus digantung tinggi dengan adanya kecelakaan yang merenggut satu matanya dan rasa percaya dirinya yang terjun bebas ke titik nol. Mati adalah tujuan hidup berikutnya.
Ivana Zelde, gadis 25 tahun ini sejak kecil sudah dalam lingkaran proteksi keluarganya. Lahir sebagai anak bungsu dan satu-satunya anak perempuan, dia menjadi kesayangan sekaligus burung dalam sangkar emas bagi keluarganya. Satu penyakit yang membuatnya 'berbeda' dari orang kebanyakan adalah ia tak bisa membaca. Bukannya buta huruf karena malas belajar, tapi Ivana mengidap penyakit disleksia akut. Itulah mengapa ia tak boleh kemana mana sendiri. Harus ada orang tua, kakak atau sopir yang harus mengantarnya kemana mana. Sumpek dan bosan, itu yang ia rasakan. Makanya ketika sang pacar menunjukkan wajah aslinya, dan Ivana memilih putus, dia berencana terbang ke London. Nyusul Hugh? Oh ngga, mereka belum kenal kok. Irving, kakak Ivana tinggal dan bekerja disana.
Jatuh cinta? Yoi...
Terus ternyata ada masalah dengan hubungan mereka? Tepat sekali.
Terus yang satu menyadari bahwa dia tak bisa hidup tanpa si dia. Terus insaf. Hah!!! Kok bisa nebak gitu sih.
Ya, memang gitu. Bisa ditebak sekali alur cerita ini. Ketika Hugh menikmati 'glorious days' nya, saya bahkan sudah menunggu dia bakal kecelakaan yang nantinya akan membawa nya bertemu dengan Ivana. Memang sih, saya ngga bisa memprediksi bahwa mereka bakal bertemu dengan adegan dramatis semi tegang begitu. Tapi setelah itu, yah, biasa saja. Obrolan mereka biasa juga, bukan model quotable gitu, atau bikin jleb jleb meski Ivana digambarkan sebagai sosok yang blak blakan. Biasanya sosok begini bikin senyum senyum, ini sih bikin saya tambah cepet skip ceritanya hahaha... Kesulitan nya beradaptasi dengan disleksianya tidak tergambar secara detil, padahal justru itu yang membuat saya tertarik membaca buku ini karena di sinopsisnya mengatakan tentang disleksia. Ketika ia pulang begitu ia tahu pacarnya seorang pecinta sesama jenis, sementara sang sopir pribadi sudah pulang, saya membayangkan 'desperation' nya untuk pulang ke rumah. Bayangkan, bahkan angka-angka pun dia susah mengenali, apalagi nama jalan yang tidak mungkin bisa ia baca karena disleksianya. Sayangnya, kisah dramatis ini dianggap 'prememori' alias di skip oleh penulisnya. Kuciwaaaa.... Saya menantikan kisah seorang pengidap disleksia dan bagaimana ia bertahan tengah masyarakat yang tidak hanya melek huruf tapi juga melek gadget yang super canggih saat ini. Saya tidak mengharapkan kisah cinta nan panjang berliku dengan dialog panjang dan narasi panjang nan membosankan dari pasangan mantan pembalap Inggris dengan gadis disleksia Indonesia. Mau menceritakan tentang perbedaan kebudayaan kayaknya cukup basi, meski saya belum pernah membaca kisah cinta beda budaya. Well, dengan embel-embel budaya saja, saya anggap basi, gimana cerita yang hanya mengandalkan kisah cinta dengan salah paham yang klise, kecemburuan yang hadeehhh plis deh? Kegondokan saya bertambah dengan dialog bahasa Inggris yang terselip disana sini yang ternyata cukup banyak 'grammatically incorrect ' atau 'wrongly spelled'. Aduuhh, mbak, saya ngga nyalahin adanya percakapan berbahasa Inggris sih. Wajar saja karena satu tokohnya orang Inggris, tapi mbok yao cek dulu, itu bahasa Inggris nya bener atau nya. Misalnya: I'm not agree with you. Cek kek ke teman yang bisa bahasa Inggris yang benar. Untuk beberapa ekspresi bahasa Inggrisnya sih saya anggap angin lalu saja. Tapi setidaknya mbok ya cari proofreader yang juga mbenerin kalimat bahasa Inggrisnya. Buat saya saja kalo kurang yakin saya konsultasi kan ke beberapa kamus dari Indonesia -Inggris, masih dicek lagi Inggris-Inggris. Pokoknya saya bakal malu kalo ada tulisan saya berbahasa Inggris dibaca rekan guru saya dan banyaaaak salahnya mwahahahaha...
Overall, lumayanlah buku ini buat dibaca cepet tanpa harus berkerut kening. Dibaca secara skimming-scanning juga ngga masalah... :)) Eh, bisa juga buat nambah posting di blog yang idle lebih dari dua Minggu *semprot cairan pembersih di blog yang berdebu*
Masih mending d ngomong I'm not agree with you... drpd ngomong I'm like bakso *bunder kalee* =))
ReplyDelete*dikeplak cik gu Lila* hihihi.....
Aku lebih suka 'I'm like a bird.....'
DeleteEh, itu lagu kayaknya....siapa yang nyanyi ya? *cari di Joox ah*
Kayaknya pola tulisan Indah Hanaco itu cowonya bule ya. Dulu pernah baca buku Indah Hanaco tapi ya gitu deh :D
ReplyDeleteKak punya ebook apa aja? bisa tolong dikirim ke email dewi.santi234@yahoo.com
ReplyDeleteMakasiih yaa...
Ebook begini bisa diakses di smartphone Android atau Iphone. Cari aja aplikasinya, Ijak, Ijogja, atau yang lain. Gratis...
Delete