Cemara Family #2 by Arswendo Atmowiloto
Ebook, Ijak application, 282 pages
Published by Gramedia Putaka Utama
Diterjemahkan oleh: Mariati
Rating 2,5/5
Saya sudah pernah mendengar tentang buku ini lamaaaaaaa
sekali tapi baru sekarang saya berkesempatan membaca buku ini yang kebetulan
tersedia secara gratis di ijak. Sebenarnya, saya agak kurang sreg ketika
menemukan buku ini dalam Bahasa Inggris. Alasan utama saya adalah, saya tidak
menikmati gaya Bahasa Arswendo yang saya sangat sukai di buku Menghitung Hari
atau di Horeluya. Tapi karena ketika waktu itu jari saya tiba-tiba sudah
mengeklik ‘pinjam’ di library Ijak, akhirnya saya baca juga.
Kesan pertama saya ketika membaca kisah Abah sekeluarga bukannya
saya kehilangan gaya Bahasa Arswendo, tapi juga kehilangan mood ketika saya
dapati terjemahan yang pada awalnya terlihat lumayan, tapi semakin banyak bab
yang saya baca, saya semakin gerah. Tidak hanya masalah dengan grammar, tapi
juga dengan pilihan kata, pengalihan kata ganti orang pertama yang biasa
dilakukan orang dewasa ketika ngomong dengan anaknya (Ema, sebagai contohnya),
yang sama sekali diterjemahkan secara mentah. Di keseharian, saya biasa
menyebut nama saya pada ponakan atau ibu saya, demikian juga dengan Ema. Di buku
ini, sang penerjemah sama sekali memindahkan dari Bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris
ketika Ema ngomong pada anak-anaknya. Lucunya, ketika tiga anak gadis keluarga
ini ngomong, kata gantinya berubah menjadi orang pertama tunggal. Belum lagi
beberapa diksi yang saya rasa kurang pas dan terdapat banyaaaakkkk sekali
frasa-frasa yang mungkin dalam Bahasa Indonesia itu adalah hal yang wajar. Tapi
dalam Bahasa Inggris, dalam satu kalimat, mulai subjek hingga titik, struktur
selalu ada subjek, predikat dan objek. Meskipun terkadang masih terserah
penulis juga sih, tapi tetap saja deretan frasa yang saya pikir bisa diubah
menjadi kalimat membuat saya gataaalll :D Lucunya, terkadang saya justru kurang
yakin pada diri sendiri ketika mendapati satu kata yang sebenarnya saya, tapi
saya justru yang merasa kurang piknik atau kurang membaca. Misalnya kata ‘Prove’.
Dalam bahasa Inggris kata kerja ketiga adalah ‘Proven’, tapi berapa kali
terjemahan ini menggunakan kata ‘proved’ di kalimat pasif. Itu hanya satu
contoh. Yang lainnya, boanyaaaaakkkk….. aaaarrrggghhh…
Dari segi cerita, sekilas saya mendengar bahwa kisah-kisah
dari kelurga Cemara ini sangat membumi, dipuji karena kesederhanaaannya. Cerita
berpusat dari keluarga Abah setelah Abah bangkrut dan harus tinggal di rumah
sangaaat sederhana. Ketiga putrinya, Euis, Ara dan Agil saling berganti menjadi
topik cerita. Terkadang muncul juga tetangga super kaya, Tante Prancis dan
anaknya yang percaya bahwa dengan uang mereka bisa memiliki dunia seisinya :0. Selain
itu, muncul juga topik yang sedikit menyerempet kebijakan pemerintah setempat
seperti penertiban becak, dll. Cukup menarik untuk diikuti, hanya sayangnya,
saya tak kuasa menyelesaikan kumpulan kisah-kisah pendek ini. Jika saja saya
membaca novel aslinya sebelum dialihbahasakan, mungkin justru bisa saya
selesaikan.
Overall, ngga terlalu rugi kok membaca novel ini meski saya
harus menahan gondok yang tak ada habisnya dan rasa heran berkepanjangan. Saya yang
sempat menerjemahkan thesis seorang teman dari bahasa Indonesia ke Bahasa Inggris,
dengan struktur Bahasa Indonesia yang kental karena redaksi aslinya memang
demikian, dikomplain habis-habisan oleh professor pembimbingnya. Bagaimana mungkin
buku yang dirilis oleh penerbit besar macam Gramedia ini lolos dari sensor
editor atau proofreader? Wallahualam…
Ohya, ocehan saya yang lain dalam bahsa Inggris bisa diliat disini yaaa...
Ohya, ocehan saya yang lain dalam bahsa Inggris bisa diliat disini yaaa...
0 Response to "Cemara Family #2 by Arswendo Atmowiloto"
Post a Comment