Totto Chan—Gadis Cilik di Jendela by Tetsuko Kuronoyagi
Ebook bookmate application
Published
Rating 4,5/ 5
Ini adalah bacaan ringan di kala saya sedang mengalami
reading block akut. Saya membaca awal buku berdasar kisah nyata ini dengan
iseng. Tapi ternyata, saya jadi keterusan hingga menyelesaikan buku ini. Bertahun
lalu, saya sudah pernah membaca buku ini dan meminjamkan buku ini ke banyak
teman saya yang lain. Dan semuanya memiliki tanggapan sangat positif. Keinginan
saya membaca ulang buku ini sebenarnya lebih pada satu komentar seorang peserta
di Jelajah Kuliner Centhini yang diselenggarakan oleh GRI di perayaan ultah
bulan lalu. Peserta itu memberi tanggapan bahwa buku kuliner yang tak bisa ia
lupakan adalah Totto Chan. Menurutnya, bapak Kepala Sekolah Totto Chan yang
memberi perintah semua muridnya untuk membawa kotak makan dari dua unsur, yaitu
dari gunung dan laut. Dan parahnya, saya benar-benar lupa tentang ini. Yang saya
ingat hanya kisah-kisah kocak Totto Chan dan cita-citanya yang terus
berganti-ganti dan tragedy dompet kesayangannya yang jatuh di lubang kakus
hahahahaha…
Dan kembali membaca kisah Tetsuko kecil ini sekali lagi
membuat hati saya hangat, sedikit mencubit saya yang bekerja sebagai guru, yang
terasa sangat ecek-ecek dibandingkan pak Kepala Sekolah Kobayashi yang begitu
memahami anak-anak didiknya, begitu cinta ia pada muridnya hingga ia banyak
menerima protes dari orangtua murid. Sebaliknya, ia begitu dicinta oleh para
murid. Belum lagi ibu Totto Chan yang begitu pengertian pada semua yang dilakukan
oleh putrinya dan juga mendukung semua program Pak Kobayashi. Bayangkan saja,
membiarkan anak kelas 1 SD pergi ke sekolah sendirii dengan memakai pakaian
paling jelek ke sekolah, belum lagi acara memasak bersama dan juga menginap di
sekolah. Yang paling spektakuler adalah mengenalkan perbedaan kondisi murid
satu dengan lainnya dengan berenang telanjang! Takahashi, si anak pengidap
polio sama sekali tidak merasa rendah diri karena kondisinya, dan sama sekali
tidak mengalami bullying dari teman-temannya, begitu juga dengan satu teman
baru Totto Chan yang memiliki tubuh mini karena pertumbuhannya yang sudah
berhenti. Tak terbayangkan, betapa brillian pengaturan pak Kepala sekolah satu
ini. Kurikulum erutmiknya juga sangat menginspirasi saya yang tiba-tiba ingin
berjoged bersama ponakan-ponakan di rumah :D
e
Saya ingin membaca ini lagi dan lagi. Dan saya pikir seemuaaaa
orang harus membaca kisah nyata ini, hingga mengetahui cara berpikir anak-anak
dan tujuan dari pak Kepala sekolah. Hati saya sedih ketika cerita hampir berakhir
dengan jatuhnya bom diatas sekolah Tomoe tercinta ini. Bayangkan, bagaimana jika bom tidak jatuh,
saya yakin akan banyak anak-anak yang memiliki kenangan indah bersama sekolah
ini dan tentu saja program dari Pak Kobayashi. Sekolah dengan ruang kelas dari
gerbong kereta dan kebebasan para murid memulai pelajaran sekolah dari yang
paling mereka sukai. Saya ngga bisa membayangkan bagaiamana murid begitu cinta
dan semangat mereka akan sekolah mereka. Dibandingkan dengan kondisi para murid
saat ini, mereka tetap bertahan di sekolah dengan jam pelajaran penuh serta
beban pekerjaan rumah yang tak ada habisnya. Mereka tetap waras saja adalah
sebuah anugerah :D
Overall, saya yakin, saya masih akan terus membaca buku ini,
suatu hari nanti, sekedar mendapatkan semangat dari pak Kepala Sekolah atau
pengertian seorang ibu dari ibu Totto Chan akan cara berpikir anak-anak yang
tak terduga.
0 Response to "Totto Chan—Gadis Cilik di Jendela by Tetsuko Kuronoyagi"
Post a Comment