Girl on The Train by Paula Hawkins
Play Book Ebook, 448 pages
Published September 4, 2015 by Noura Books
Rating: 3,5/5
Akhirnya selesai juga satu novel yang sebenarnya tidak seberapa tebal ini :D Novel yang saya dapat dari diskon besar Play Book tahun lalu. Hahaha.... Saya cuma bayar sekitar 7500 rupiah saja lo :D
Tidak bisa saya bilang kalo saya menikmati novel ini. Membaca ini berasa membaca monolog dari semua karakter cewek di dalamnya. Dan yang namanya membaca monolog, apalagi tanpa adanya dialog, rasanya panjang, lama dan membosankan. Tapi dengan tekad baja (halah :D), akhirnya saya selesaikan juga. Meski ada filmnya, saya pikir saya ngga pengen nonton filmnya deh. Takut kecewa, tterlalu banyak anu itu yang ngga sesuai ekspektasi saya, meski ada yang bilang filmnya bagus.
Tokoh utama disini, Rachel Watson, bukan sosok simpatik buat saya. Kebiasaannya mabuk dan terlalu terikat atau tergantung pada mantan suaminya, hingga nama mantannya pun masih nempel di namanya, itu sudah cukup membuat saya kurang menyukainya. Kebiasaan berkhayalnya sedikit membuat saya berpikir jika dia ini agak mengidap penyakit kejiwaan. Saya pribadi sangat suka berkhayal, tapi ketika seseorang sulit membedakan mana khayalan dan mana kenyataan, mungkin karena pengaruh alkoholnya?, hingga membuatnya rancu antara mana yang nyata dan tidak nyata.
Rachel setiap hari menaiki kereta komuter pulang pergi dari rumahnya ke tempat kerjanya, atau mantan tempat kerjanya. Di satu pemberhentian kereta, di salah satu deretan rumah-rumah, dia melihat peasangan serasi yang ia khayalkan sebagai pasangan bahagia. Ia bahkan menamai mereka berdua sebagai Jess dan JAson. Hingga suatu hari ia marah, karena ia merasa terkhianati oleh Jess yang selingkuh.
Megan Hipwell, karakter lain di cerita, terlihat bahagia dengan Jason, dalam khayalan Rachel alias Scott di kehidupan nyata. Kehidupan pasangan ini terlihat sempurna hingga Rachel melihat Megan mencium pria lain, dan wajah Megan terpampang dalam berita kota sebagai wanita yang hilang.
Anna Watson, istri baru mantan suami Rachel, berharap hidup bahagia dengan anak mereka, Evie, tanpa gangguan dari mantan istri Tom yang pemabuk. Sayangnya, Rachel tidak saja masih terus merongrong kehidupan mereka, tapi juga menyeret mereka dalam lingkaran misteri hilangnya Megan Hipwell.
Selama membaca ini, saya berpikir bahwa salah satu pembunuh M?egan pasti adalah salah satu karakter yang sudah ada sejak awal. Apakah ia Rachel, yang secara tidak sengaja membunuh M?egan, ketika ia masih dalam pengaruh alkohol? Atau Scott? Suami tercinta yang terlihat lembut tapi menyimpan kekuatan kasar yang besar? Atau mungkin terapisnya, Kamal Abdic yang lembut dan penuh perhtian itu, yang tak pernah menolak Megan untuk bercinta? Saya sering kesal dengan ingatan Rachel yang sering kali hilang timbul dengan sendirinya. Well, pengaruh alkohol memang nyata adanya ya. Seperti efek antimo di perjalanan, yang bikin pengen tidur sepanjang jalan, dan membiarkan pemandangan indah terlewat begitu saja :D :D :D
Ini adalah perkenalan saya yang pertama dengan penulis. Ada beberapa judul lain yang saya incar. Tapi lupa judulnya :D Saya suka dengan detil kehidupan para komuter kereta, lengkap dengan pemandangan di luar kereta. Caranya mengguring pembaca untuk menjatuhkan tuduhan terhadap pembunuh Megan pun cukup runtut hingga di sepertiga buku terkahir saya baru mendapatkan petunjuk siapa gerangan pembunuhnya. Tapi kurang nyaman dengan monolognya. Sering kali saya lewati ke bagian yang lebih memiliki kaitan cerita :)
0 Response to "Girl on The Train by Paula Hawkins"
Post a Comment