Review dan Giveaway: Ya, Aku Lari! oleh Hasan Aspahani
Penyunting: Addin Negara
Sampul: Sukutangan
Cetakan: 1, Desember 2018
Penerbit: DIVA Press
Setiap orang memiliki masa lalu. Masa lalu selalu bisa menjadi pelajaran terbaik, jika seseorang bisa mebgambil pelajaran di balik satu peristiwa di masa lalu. Tapi apakah seseorang itu ingin mengulangi apa yang telah terjadi di masa lalu dan mengulang kesalahan yang sama? Hmmmm....
Mat Kid, bekas narapidana pembunuhan, akhirnya bebas hukuman
setelah mendekam selama 9 tahun. Dia hanya menginginkan satu hal, mencari
anaknya, Alta, yang ketika ia tinggalkan masih bocah. Sementara sang istri juga
meninggal ketika kejadian penangkapan dirinya, 9 tahun lalu.
Samon, mantan teman di kelompoknya dahulu, menyambut dengan
antusias kebebasan Mat Kid. Dia telah menjelma menjadi bos perusahaan keamanan
besar di ibukota--yang sebenarnya hanya kedok belaka, untuk menutupi bisnis sebenarnya. Samon telah mempersiapkan segala hal yang Mat Kid belum
sempat cicipi setelah ‘pekerjaan besarnya’ selesai dulu. Rumah, mobil, hingga
modal usaha untuk kelangsungan hidup Mat Kid.
Barbar, seorang barista di kedai kopi, dimana Mat Kid dan
Samon mampir, menjadi karyawan setia Mat Kid setelah kedai kopi tersebut
berpindah kepemilikan ke tangan Mat Kid. Memiliki teman banyak uang dengan
maksud tertentu, memang enak, sekaligus berbahaya.
Alta, anak perempuan Mat Kid satu-satunya, akhirnya bertemu
ayahnya setelah sekian lama berpisah. Penolakan Alta terhadap ayahnya hanya
terjadi di awal pertemuan mereka. Selanjutnya, mereka kompak mengelola kedai
kopi bersama-sama.
Mat Kid berdamai dengan anak semata wayangnya, rumah dengan
fasilitas lengkap, dan usaha kopi yang menjanjikan. Apa masih ada masalah?
Hmmm…masalahnya adalah masa lalu Mat Kid masih terus membayanginya hingga kini.
Dari mantan narapidana dan bisnis kedai kopi, merambah ke
dunia politik. Seorang kenalan di penjara telah mengenalkan Mat Kid akan
racikan kopi yang membuatnya jatuh cinta. Sudah menjadi hal yang umum yang sebenarnya
tak bisa diterima, ketika mantan politisi mencalonkan diri sebagai anggota
legislatif. Si kenalan inilah yang membuat Mat Kid yang ingin hidup bersih, kembali
dirongrong oleh teman masa lalunya, kehidupan masa lalunya untuk kembali ke
dunia hitam yang membuatnya mendekam di penjara selama 9 tahun. Ada apa dengan
niat baik seseorang untuk menapaki jalan yang benar? Tentu saja, niat baik tak
selalu disambut baik.
Novel ini cukup tipis dengan muatan yang cukup berat. Sayangnya,
muatan itu berasa hanya tempelan saja karena terlalu singkat dalam
penyampaiannya. Judul Ya, Aku Lari ini mengacu pada lagu God Bless,tapi lagu
itu, saya rasa hanya sebagai lagu pengiring kafe saja. Tapi mungkin saja
pemilihan lagu ini mengacu pada Mat Kid
yang bermaksud lari dari kehidupannya yang lalu. Larinya Barbar dari masa lalu
yang sebenarnya tidak perlu ia lari dari itu. Atau satu lagi karakter di novel
ini, Ajmal, yang juga lari dari isu pilitik agama yang saat ini masih sangat
hangat. Tapi sayangnya, itu tidak terlalu digali secara mendalam.
Satu lagi yang menjadi kekurangnyamanan saya dalam membaca
novel ini adalah penggunaan kata aku dan saya yang sering sekali digunakan
secara tidak konsisten. Di satu dialog Mat Kid dengan anaknya, dia menggunakan
aku, tapi masih di dialog yang sama, ia menggunakan kata saya. Belum lagi typo
kata convenience store yang beberapa kali tertulis convenient store. Kenapa
tidak memilih kata mini market saja alih-alih menggunakan convenience store?
Ah, atau kenapa tidak memakai kata pasar swalayan kecil saja? Demikian juga
dengan kata roasting. Apakah tidak lebih baik menggunakan kata memanggang? Nama
asli Barbar sebelum ia bekerja di kedai kopi Mat Kid adalah Kavi. Setelah sesi
‘curhat’ Barbar pada Alta, di sebuah narasi, penulis kadang menyebut nama
Barbar dan kemudian berganti menjadi Kavi. Meskipun pembaca sudah tahu, bahwa
Barbar adalah Kavi, kenapa tidak menggunakan satu nama saja?
Meski demikian, novel ini sangat saya rekomendasikan untuk
pembaca yang menyukai isu masa kini yang hangat. Dan juga penyuka kopi. Buku
tentang kopi dalam satu adegan di buku ini, saya yakin bisa membuat para
pecinta kopi penasaran.
Oke, saatnya GIVEAWAY!!!!
JREENGGGG….
Tersedia
satu novel "Ya, Aku Lari" karya Hasan Aspahani di blog My Book Corner
dalam rangkaian blogtour bersama Penerbit DIVA Press bulan Desember ini.
Berikut ini cara ikutan kuisnya:
1.
Wajib follow IG fiksi.divapress. Jika tidak ada IG, boleh follow akun Twitter DIVA_Fiction atau
like Fanpage Penerbit DIVA Press.
2.
Wajib share/membagikan postingan kuis ini di media sosial kamu.
3.
Jawab pertanyaan berikut di kolom komentar. Cukup satu kali saja.
Jika kamu penggemar kopi, kopi apa yang bisa kamu
rekomendasikan ke saya yang bukan penikmat kopi ini?
4.
Format jawaban:
Nama:
Media
sosial/email kamu:
Link
share:
Jawaban:
5.
Kuis berlangsung sampai 23 Desember 2018. Akan dipilih satu pemenang untuk
mendapatkan satu novel "Ya, Aku Lari" karya Hasan Aspahani
gratis.
6.
Giveaway ini hanya berlaku untuk calon pembaca yang memiliki alamat kirim di
wilayah Republik Indonesia.
Terima kasih sudah ikutan.
NB: Komen di blog ini dimoderasi. Komen akan muncul jika sudah dimoderasi. Jadi, menuliskan komen cukup sekali saja ya. Terima kasih.
Giveaway Winner Ya, Aku Lari!
Sebelumnya, maafkan saya yang telat mengupdate pemenang
Giveaway yang sebenarnya sudah berakhir tanggal 23 Desember 2018 lalu.
Terima kasih yang sudah berpartisipasi di Giveaway saya
bekerja sama dengan Penerbit Diva Press. Terima kasih juga untuk ide kopi yang
sudah diberikan pada saya. Semuanya unik, bahkan yang ngga suka kopi pun masih
berusaha memberikan usulan kopi buat saya J
Sayangnya, pemenang giveaway ini hanya satu.
Setelah berkonsultasi dengan wheeldecide.com, saya dapatkan
satu pemenang:
Selamat untuk DINI
Untuk Hafifi, silakan memberikan konfirmasi alamat ke email lilass1051@gmail.com yaaa... Bagi yang belum beruntung kali ini, pantengin terus blog
ini ya. Saya sudah berencana membuat Giveaway ketika jumlah posting di blog ini
mencapai 500 posts! Tapi kebetulan bulan ini Giveaway dipersembahkan oleh
Penerbit Diva Press. Jadi jangan sampai ketinggalan di bulan, eh, tahun yang
akan datang yaaaa…😎😎😎
Test test
ReplyDeleteNama: Hafifi
ReplyDeleteMedia sosial/email kamu: afifi.nr@gmail.com
Link share: https://www.instagram.com/p/BrhqMkMH1xL/?utm_source=ig_share_sheet&igshid=1glxpikm696b1
https://twitter.com/Hafifi_98/status/1074980330455523328?s=19
Jawaban: Kopi Tubruk dengan campuran bubuk petai cina dan gula yang tidak terlalu banyak.
Untuk campuran kopi dan petai cina kurang lebih begini.
Keringkan biji petai cina sampai berwarna cokelat kehitaman. Setelah itu, sangrai biji kopi kering dengan biji petai cina tadi, perbandingan keduanya kurang lebih 1:4 (biasanya saya menggunakan 1kg biji kopi dengan 1/4kg biji petai cina). Ketika proses sangrai, taburkan sedikit gula pasir (kurang lebih satu sendok), sekedar membuat biji-biji kopi tadi menempel satu sama lain.
Setelah penyangraian tadi selesai, angkat biji kopi dan biji petai cina tadi dari alat sangrai. Biarkan hingga suhunya netral kembali. Bila suhu sudah kembali netral, tumbuk hingga halus, lalu seduh dan tambahkan gula dengan perbandingan 1:2 (bubuk kopi : gula pasir).
Dan kopi siap dinikmati.
Tambahan, dalam menghaluskan kopi disarankan tidak menggunakan penghalus mesin, tapi ditumbuk manual. Sisa bubuk kopi yang tidak halus akan memberikan kesan tersendiri ketika meminum kopi racikan tadi.
Terima kasih dan selamat menikmati ngopi.
Nama: Maulidi Zikri Nur
ReplyDeleteMedia Sosial/Email: Instagram: @reviewinbuku Email: nmaulidizikri09@gmail.com
Link Share: https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=1373911286084077&id=100003956562754
Jawaban:
Jika kamu penggemar kopi, kopi apa yang bisa kamu rekomendasikan ke saya yang bukan penikmat kopi ini?
Jujur aku juga kurang suka minum kopi nih. Tapi, pernah minum kopi Luwak... Enak sih, tapi gak terlalu suka..
Pernah juga sih dengar katanya kalau kopi arabika itu enak, tapi aku gak pernah nyoba :v
Yaudah deh, gak bisa bicara panjang karena bukan pakar kopi :v
Nama : Dini
ReplyDeleteMedia sosial/Email : Twitter @redddddn / dianidini96@gmail.com
Link share : https://twitter.com/redddddn/status/1075976760280248320?s=19
Jawaban :
Saya suka kopi tapi tidak terlalu menggilai sampai hafal segala hal ttg kopi.
Saya akan merekomendasikan dari pengalaman saya pribadi saat awal menyukai kopi. Ada beberapa pilihan yang saya tawarkan buat Anda yang bukan penikmat kopi karena saya belum tahu alasan pribadi Anda. Ini rekomendasi saya sbg seseorang yang tinggal bersama Nenek yang bekerja sbg petani dan pedagang dipasar, salah satu dagangannya yaa Kopi Tubruk/Desa. Saya malah suka iseng nyemil biji kopi yang baru disanggrai, iya! Pahit dan keras sampai bikin gigi mau copot sebenarnya dan berakhir saya emuti kayak permen. Berikut beberapa varian yang saya rekomendasikan:
1. Kopi Susu
Dulu, kopi dijadikan tambahan pada susu saya karena sewaktu kecil saya tidak suka minum susu. Apalagi yang vanila. Yaa! Saya sudah minum kopi sejak sebelum TK, balita. Kalau Anda suka susu, kopi susu bisa jadi langkah awal Anda menyukai kopi walaupun kalau saya kopi susu jadi langkah awal saya bisa menerima susu.
2. Kopi Instan/Sachet
Saya merekomendasikan kopi yang terkadang seakan tidak diakui 'kaum elit yang menamai diri mereka pecinta kopi' malahan. Karena namanya juga instan sudah dalam bentuk sachet, takarannya sudah pas. Tinggal seduh. Tambahkan lagi gula bila penyuka yang manis-manis, sesuai selera. Seperti mie instan, kopi instan juga praktis-murah-enak.
3. Kopi Tubruk/Desa
Kalau mau memulai dengan level yang benar-benar kopi. Kopi tubruk/desa bisa jadi pilihan. Sebagai saran, lebih baik membeli di angkringan/warung kopi dahulu. Berbeda dengan rekomendasi sebelumnya, kopi tubruk/desa ini lebih kuat rasa dan aroma kopinya. Tentu saja saya peringatkan lebih baik Anda mencoba kopi tubruk/desa hanya bila Anda tidak punya riwayat penyakit maag. Saran membeli di angkringan/warung kopi dulu saja tidak hanya untuk mencoba segelas dulu saja, tapi juga bisa dapat bonus seperti gorengan, obrolan ringan, sampai pengalaman hidup tidak dari teman ngopi yang lagi nongkrong juga minimal sama penjualnya.
Semoga bisa jadi pertimbangan, selamat mencoba.
Tapi kalau tetap tidak bisa menikmati atau suka, jangan dipaksakan.
Tidak semua orang wajib bisa menikmati kopi kok. Saya bisa suka karena kemungkinan besar salah satu aroma yang akrab dengan saya semenjak kecil yaa aroma kopi.
Nama: Rosyi
ReplyDeleteMedia sosial: @da_ndaa (twitter) / rosyimunawar@gmail.com
Link share: https://mobile.twitter.com/da_ndaa/status/1076669952155762688
Jawaban: sayangnya, saya bukan penggila kopi. Kalo suka, iya.
Saya suka semua jenis kopi yang sachet. Entah itu kopi susu, kopi + gula, kopi tanpa ampas atau pun kopi luwak. Lidah saya bersahabat dengan mereka semua, kecuali lambung saya yang kurang bisa menerima mereka dalam jumlah yang banyak dan sering.
Tapi ada satu jenis kopi yang mungkin bisa saya rekomendasikan. Bukan karena saya indonesia banget, bukan. Hanya pernah menyicip lalu membandingkan dengan kopi-kopi lain yang pernah mampir di lidah saya. Ialah kopi lampung.
Kopi yang dari aromanya saja sudah menggelitik perut. Pernah saya seduh dengan dan tanpa gula. Rasanya lebih enak kalau enggak pake gula. Pahit. Hitam pekat dan nikmat. Mau tambah pahit lagi, bisa dituang bubuk kopinya lumayan banyak.
Ini adalah pengalaman terasyik saya dengan kopi. Sambil diseruput, sambil saya nikmati selayaknya hidup di bumi ini. Esensi meminum kopi saya sandingkan dengan makna hidup kita di dunia. Semakin pahit justru semakin asyik. Semakin nikmat dan terus begitu sampai tandas sisakan ampas.