Pengalaman Belanja Buku Online
Sesuai dengan judulnya, saya mau share pengalaman suka duka belanja buku online ya. Ngga terlalu fantastis sih, karena sejauh ini belanja saya masih di toko online dalam negeri. Kalo pun luar negeri, saya lebih memilih nitip teman karena beberapa kendala. Misalnya saja kendala yang paling berpengaruh tentu saja cara pembayaran. Saya ini tipikal tradisional konvensional tidak mau menggunakan kartu kredit. Bank transfer sih paling mentok π
1. Online shop
Tentu saja hampir sebagian orang bergawai saat ini memiliki akses untuk belanja online, termasuk buku. Ada beberapa toko online yang sering saya hampiri, misalnya adalah Dojo Buku di Tokopedia. Selain itu, toko online ini juga bisa dilakses di Shopee dan Bukalapak. Awalnya saya sering belanja mata di halaman Facebook nya, tapi karena toko ini memiliki akun di salah satu online shop, jadi ya saya ikuti saja akunnya. Dojo Buku ini selalu memuaskan dalam pelayanan, baik respons pertanyaan pembeli hingga pengiriman. Terlebih, Dojo ini memiliki pilihan jasa pengiriman termurah, Wahana hahaha... Selain itu, Dojo ini juga sangat memperhatikan minat pembelinya secara personal #ehem. Jadi gini, saya pernah menanyakan ketersediaan komik volume tertentu disini, ternyata kosong. Selang berapa minggu atau bulan, si admin toko ini mengirim pemberitahuan kepada saya bahwa volume sekian sudah tersedia. Hebat ya? Belum lagi, update volume terbaru komik tertentu yang sedang on going. Saya kadang heran mendapatkan chat diskusi produk, padahal saya sedang tidak menanyakan produk apapun. Ternyata... π
2. Gramedia online
Sejauh pengalaman saya belanja di toko online ini hanya pada waktu event Harbolnas ππ Kalo tidak salah, saya mulai kalap belanja disini ketika event harbolnas muncul dua tahun lalu. Diskon yang ditawarkan benar-benar menggiurkan hingga saya mengajak kakak dan ponakan saya untuk ikut belanja. Sayangnya, akhir-akhir ini, diskon gila yang ditawarkan hanya pada produk yang sudah ditentukan yang sayangnya tak satupun masuk wishlist saya. ππ Terakhir harbolnas tahun 2018 lalu, saya sudah memasukkan beberapa buku di keranjang belanja, menunggu pergantian hari di tengah malam, namun sayang, buku di keranjang belanja saya jauh dari diskon menggiurkan. Oya, ada beberapa teman saya yang mengalami pengalaman kurang mengenakkan di toko buku online ini karena permintaan yang begitu banyak hingga toko kewalahan, dan berakibat pada pengiriman yang lambat hingga pengembalian uang. Untungnya, saya belum pernah mengalami ini.
3. Grobmart
Saya kenal toko buku online dari teman komunitas Blogger Buku Indonesia. Mereka sangat merekomendasikan toko ini karena diskonnya yang luar biasa. Tapi tetap saja ada beberapa pertanyaan tentang kualitas toko satu ini. Baguskah pelayanannya? Bagaimana dengan durasi pengiriman, cepat atau lamakah? Saya pribadi memiliki pengalaman coba-coba dengan toko buku online ini. Tentu saja iming-iming diskon besar yang membuat saya rela repot membuat akun baru, pembuatan yang cukup repot karena saya tidak bisa log in menggunakan akun email atau facebook atau media sosial lain yang saya miliki. Itu pun masih repot dengan urusan captcha yang ribet. Setelah akhirnya berhasil diversifikasi akun saya, mulailah saya belanja. Saya sempat menawarkan buku-buku yang mau dibeli kakak atau ponakan saya. Setelah akhirnya terkumpul di keranjang, saya pun melakukan pembayaran melalui transfer ATM. Tinggal nunggu kiriman paket kan ya? Owh, ternyata tidak segampang Itu, Esmeralda. Setelah menunggu konfirmasi keberadaan buku ini yang termasuk belanjaan saya, ternyata dari 4 buku, hanya tersedia satu buku saja, Marimar. Wagilagasihhh... Saya sudah berbusa-busa menawari sana sini, ternyata kenyataannya tidak seindah yang dibayangkan. Pengembalian dana ada dua pilihan, yang pertama dana dijadikan dana tersimpan di akun Grobmart untuk belanja di lain waktu, atau yang kedua, dana dikembalikan. Jelas saya memilih yang kedua. Setelah belanja pertama yang kurang asik, masak iya saya mengulang belanja di tempat yang sama? π Eh tapi, ini pengalaman saya saja lo ya, mungkin teman yang lain memiliki pengalaman yang indah bersama Grobmart, siapa tahu? π
4. Mizanstore
Berkat promosi seorang teman yang gagal di acara harbolnas Gramedia online, dia memilih belanja di mizanstore. Hmmm... Apakah yang dijual disana hanya buku-buku terbitan Mizan? Oh, jelas tydac, Fernando. Ada banyak pilihan penerbit dengan diskon 30%. Itu masih ditambah gratis pengiriman jika belanja diatas 150ribu. Kebetulan total belanja saya mencapai jumlah minimal tapi dengan total berat yang melebihi kapasitas hahahaha... Tapi tetap lumayanlah. Meskipun sama-sama sibuk seperti toko online lain yang sedang mengadakan acara harbolnas, tetapi pengiriman dari mizanstore normal normal saja. Untunglah, saya menunggu diskon online saja jika ada wishlist yang terpendam hehehe...
5. Instagram
Terus terang, sebagai anggota komunitas buku, tentu saja saya tak mau ketinggalan mengunggah foto-foto buku di akun Instagram saya. Meski ngga terlalu ada sisi kreatif yang mencolok dibandingkan para bookstagrammers, tetap saja hashtag bookporn itu mengundang para akun penjual buku untuk menjadi pengikut saya. Saking banyaknya hingga saya abaikan saja mereka menjadi pengikut tanpa saya balik mengikuti. Toh kalo nanti saya butuh buku ini atau itu, bisa saya cari sendiri di akun entah yang mana. Sekali atau dua kali saya mendapat info dari teman yang tahu wishlist yang sudah cukup uzur dijual di toko buku ini. Untuk menghormati teman saya itu, dan memang saya memendam keinginan memiliki buku itu sudah lama, akhirnya ya beli juga. Karena ngga mau rugi di ongkir, akhirnya saya memilih buku lain demi menggenapi berat 1 kilogram. Sungguh cara berpikir praktis tapi berujung pada timbunan tak terhingga π π π
6. Facebook atau preloved sale
Sebenarnya saya pernah begitu cinta dengan media sosial ini ketika saya bertemu dengan akun-akun penjual buku yang ramah dan tidak sombong π. Dalam setahun, saya bisa berbelanja buku dengan budget lebih besar pasak daripada tiang buat saya. Hmmm... Sebenarnya tepatnya bukan itu sih. Kecepatan membeli tidak sebanding dalam kecepatan membaca. Lambat laun, saya mulai meninggalkan atau tepatnya menghindari akun penjual buku di Facebook. Tapi godaan belanja buku bisa datang dari mana saja. Status teman di timeline Twitter atau status teman di whatsapp atau postingan seorang teman yang sedang membersihkan rak bisa menjadi alasan untuk menimbun πππ Oya, sebagai catatan saja, cari tahu lokasi book sale itu berada. Jangan sampai biaya pengiriman lebih tinggi daripada harga buku itu sendiri ya. πππ
Jadi berapa kali sebenarnya saya belanja buku dalam setahun? Tidak banyak sih di dua tahun terakhir ini. Saya juga sangat jarang berkunjung ke toko buku lokal di Semarang. Kedatangan saya ke toko buku ini sebagian karena janjian dengan teman di tempat ini atau book sale. Tapi jangan dikira saya tak memiliki timbunan. Dia selalu ada seperti bayangan mantan wakakakak...
Dari beberapa jalan belanja buku online, saya hanya pernah belanja di Gramedia.com. saat ini saya malah milih bolak balik cek bukabuku.com. Dan tahun ini ada pergeseran bacaan. Saya malah milih beli buku dari penerbit semacam EABook, Basa-basi, dan Penerbit Mojok. Belinya tentu saja di shoope.
ReplyDeleteAah, iya, Mojokdotko itu ya? Biasanya sih aku cari di pameran buku di kota. Jarang banget beli di olshop nya. Klo buku basa basi biasanya minjem hahaha...
ReplyDelete