One Little Thing Called Hope by Winna Effendi
Paperback 419 pages
Published by Gagas Media 2016
Rating 3,5/5
Sudah lama saya menginginkan buku ini. Menjadikannya wishlist di Play Book sembari menunggu pemberian kredit, tapi anehnya, begitu ada tawaran kredit, kok ya ngga kunjung membeli buku ini. Eh, ternyata saya berjodoh dengan buku ini di bazaar Patjar Merah di Semarang tahun lalu.
Jika saja saya membaca buku ini beberapa tahun lalu, jauh sebelum saya membaca buku-buku Winna Effendi yang sekarang, saya bakal memberi rating tinggi. Tapi setelah membaca Scars beberapa waktu lalu, yang saya anggap sebagai masterpiece bagi seorang Winna Effendi, buku ini cukup mendapat rating 3,5 saja dari saya.
Aeryn tak pernah menyangka bakal mendapat saudari tiri setahun setelah mamanya meninggal. Ayahnya menikah lagi dengan membawa istri baru yang ia panggil sebagai Tante Hera dan Flo, adik tirinya. Selama ini ia merasa rumah sepi semi berantakan adalah tempat yang paling nyaman. Makanan sederhana super mudah adalah menu sehari-harinya. Kedatangan ibu dan adik tirinya memberi suasana berbeda yang membuatnya tidak nyaman. Rumah rapi, makanan hangat enak bagai di restoran mahal, dan adiik yang selalu siap mengajaknya bercakap.
Flo, sosok ringkih ceriwis ini begitu bahagia setelah ibunya menikah lagi. Ia mendapatkan keluarga harmonis, dan terlebih mendapatkan kakak tiri yang idam-idamkan selama ini. Sosoknya yang kecil nan ringkih tidak pernah menonjol dimana pun ia berada, terutama di sekolah. Di sekolah barunya, ia bahkan dianggap alien dan kakak tirinya tak pernah menganggapnya ada.
Roda kehidupan berlalu. Flo yang pendiam itu tiba-tiba hamil. Sekolah dan teman sekelas yang tak pernah menganggapnya ada tiba-tiba menjadikannya topik perbincangan/ gosip yang tak pernah surut. Sahabat dan pacar pertamanya di sekolah lamanya yang seharusnya bertanggung jawab. Namun impian masa depannya tak bisa ia singkirkan begitu saja demi bayi yang dikandung Flo. Si jenius pacar Flo ini tetap memilih masa depan yang gemilang. Bagaimana dengan Flo?
Seperti biasa, konflik yang membumi selalu menjadi kekuatan Winna Effendi. Bahasanya yang baku dan tokoh-tokoh yang bisa kita dapatkan di sekitar kita selalu membuat novelnya page turning. Karakter Aeryn yang tadinya sinis nan ketus perlahan berubah. Flo yang ringkih dan cengeng sedikit demi sedikit berubah. Masalah yang ada sedikit banyak memberi titik balik bagi keluarga Aeryn. Meski yah, jika saja ini ada di dalam kehidupan nyata, rasanya penyelesaiannya teramat mudah. Mempertahankan bayi dalam kandungan tanpa sosok ayah pada gadis 16 tahun bukan hal yang mudah. Tetap saja privilese dari keluarga akan berperan besar dalam perkembangannya. Saya ingat kakak saya yang mengalami hal yang sama. Meski tidak sepahit yang dialami Flo yang ditinggal si pacar, kakak tetap jatuh bangun demi menghidupi keponakan saya. Segi ekonomi adalah hal yang paling utama. Mendapatkan pekerjaan di usia muda dan tanpa ijazah tinggi adalah hal rumit. Meski dikisahkan di novel, Flo cukup jago di olah makanan manis atau makanan penutup, tetap saja merawat anak di usia sangat muda bukan hal yang mudah. Tapi saya cukup salut dengan penulis yang mengangkat topik ini dengan penyelesaian demikian. Paling tidak, pesan yang ingin disampaikan sangat jelas bagi para remaja.
Terakhir, dibandingkan novel Winna Effendi sebelumnya, topik yang diangkat disini jauh lebih dewasa. Mengikuti novel Winna Effendi selanjutnya, topiknya semakin beragam dan semakin dewasa. Nama Winna Effendi bisa jadi jaminan untuk kualitas bacaan kalian.
0 Response to "One Little Thing Called Hope by Winna Effendi"
Post a Comment