Blue Painful and Brittle by Yoru Sumino
Review ini sudah tayang di podcast Lila Bercerita. Silakan klik play di player spotify ini yaaa...
Judul buku ini adalah Blue, Painful and Brittle karya Sumino
Yoru sensei, penulis buku yang sama dengan novel I Want To Eat Your Pancreas,
yang hanya sempat saya tonton live actionnya. Berbeda dengan karyanya
sebelumnya, dimana ada kematian yang membuat film atau novel itu terasa gloomy,
novel yang akan saya bagikan ini tidak ada kematian yang akan membuat kalian
sedih. Sebaliknya, novel ini sebenarnya menyimpan energi motivasi yang kuat
buat pembacanya.
Cerita singkatnya, ada sebuah organisasi rahasia bernama
Moai, yang didirikan oleh Akiyoshi Hisano dan Tabata Kaede. Awal mereka
mendirikan organisasi ini adalah karena mereka mempunyai idealisme untuk
membuat dunia ini menjadi lebih baik, membuat semua orang menjadi apa yang
mereka inginkan.
Nah, berangkat dari idealisme inilah mereka berdua mencoba
untuk menyebarkan pesan kepada orang banyak bahwa semua orang bisa menjadi yang
mereka inginkan sekaligus menciptakan dunia yang lebih baik. Sayangnya,
bertahun kemudian, idealisme Moai ini mulai luntur seiring dengan banyaknya
orang yang bergabung dan organisasi ini tidak lagi menjadi organisasi rahasia.
Banyak pihak yang ingin bekerja sama dengan Moai, termasuk dalam pencarian
pekerjaan bagi para anggotanya.
Tabata Kaede merasa bahwa idealisme awal mereka mulai
berubah, Akiyoshi juga berubah, semua berubah. Tabata memilih meninggalkan
organisasi. Tidak hanya meninggalkan organisasi, cowok introvert ini juga ingin
menghancurkan Moai dan mengembalikan idealisme awal mereka.
Kebetulan saya sudah menyimpan film ini di Netflix untuk
ditonton nanti setelah selesai membaca bukunya. Secara garis besar, buku dan
live actionnya tidak jauh berbeda. Ada beberapa karakter tambahan di dalam film
dan juga adegan kegiatan Moia sebelum akhirnya berubah. Jika saja saya hanya
menonton filmnya, saya mungkin kurang bisa memahami perasaan Tabata yang merasa
dikhianati oleh Akiyoshi perihal idealisme ini. Bukan berarti pemerannya kurang
menjiwai tapi mungkin karena saya, sebagai orang yang ngga pernah ikut
organisasi secara aktif, kurang bisa memahami perasaan Tabata. Tapi saya pernah merasa ditinggalkan oleh sahabat
yang dulu mungkin pernah satu idealisme, atau satu komunitas. Ketika ia mulai
melesat dengan orang-orang di sekitarnya, dan saya masih berada di dalam
tempurung saya sendiri, karena saya merasa nyaman, saya akan merasa kurang
nyaman juga. Merasa cemburu, mungkin, merasa ditinggalkan, tentu saja. Persis
apa yang dirasakan Tabata. Tapi satu hal yang ngga mungkin saya lakukan adalah
melakukan apa yang ia lakukan terhadap Moai. Berusaha jujur pada diri sendiri
dan terbuka mungkin lebih baik, tapi emang susah sih ya. Malu dan kurang enak
bakal menjadi halangan dalam hubungan pertemanan selanjutnya.
Sedikit spoiler ya, ending di novel dengan ending di film,
menurut saya lebih bagus di film sih. Lebih mengharukan. Maju mundur alias
beberapa kali flashback juga lebih jelas di film karena dengan mengubah warna
sephia di layar, sudah jelas bahwa ini adalah flashback. Di buku, karena saya
sering mandek, jadi terkadang saya bingung ini masa sekarang atau flashback ya.
wkwkwkwk.. Maklum, pembaca yang suka mendistraks diri sendiri ya akibatnya
begini ini.
Apakah ada romance disini? Well, jangan harap yaaa. Yang ada
perasaan campur aduk seperti yang dirasakan oleh Tabata. Ketika emosi sudah
memuncak, rasa mual justru yang dirasakan. Pertanyaan benar atau salah itu
urusan nanti. Apakah sesuatu yang dirusak itu akan kembali utuh seperti yang
diinginkan? Saya ngga mau kasih spoiler banyak disini karena ada seorang teman
saya yang sedang menyimpan buku ini sebagai timbunannya. Sampul bukunya memang
terlihat manis, begitu pula dengan trailer filmnya. Bau romance cukup teasa,
tapi yah, begitulah, what can you expect from Japanese literature? Bahkan yang
mendapat tag romance seperti novel Her Sunny Side itupun romance terasa yah
gitu aja? wkwkwk... Kalo pengen romance yang banyak dan hot sih jangan baca
Japanese literature dong, Lil, baca aja novel kipas dari Sylvia Day atau E. L.
James atau Colleen Hover wkwkwkwk... Tapi saya emang ketagihan dengan romance
nanggung gini sih. Ya ngga usah protes lah.
Well, satu rekomendasi buku sekaligus live actionnya
berjudul Blue, Painful and Brittle karya Sumino Yoru sensei menjadi pilihan
untuk podcast Lila Bercerita untuk edisi kali ini. Bukunya diterbitkan oleh
Penerbit Haru bulan September 2020 kemarin. Kalian bisa pilih versi bukunya
atau filmnya yang tersedia di Netflix. Filmnya sendiri tayang di negaranya
bulan Agustus 2020. Masuk Netflix mungkin sekitar sebulan atau dua bulan lalu
deh. Filmnya dibintangi oleh dua aktor aktris idola saya yaitu Ryo Yoshizawa
sebagai Tabata Kaede dan Hana Sugisaki sebagai Akiyoshi Hisano.
Sebagai penutup, saya
mau ambil satu kalimat pendek dari Akiyoshi,
yang sering ia ucapkan untuk semua orangjuga untuk kita para pembaca
atau penontonnya yaitu sekai
wo kaeru, atau dunia ini bisa diubah. Terima kasih sudah mendengarkan.
Tetap jaga kesehatan ya. See you when I see you.
0 Response to "Blue Painful and Brittle by Yoru Sumino"
Post a Comment