-->

Lebih Senyap dari Bisikan by Andina Dwifatma

 


 Gramedia Digital 155 pages

Published June 30, 2021 by Gramedia Pustaka Utama

Rating 4,5/5

Membaca ini saya jadi ingat pernikahan kakak dan adik saya. Mungkin benar ya jika rumah orangtua dan kasih sayang ibu sepanjang jalan. 

Hmm... Sebelum saya cerita sedikit pernikahan kakak dan adik saya, yuk ke cerita di novel ini dulu.

Amara dan Baron menikah tanpa restu dari orang tua Amara, karena perbedaan agama. Tapi mereka dapat melalui perbedaan itu dengan sangat manis. Masalah mulai muncul ketika di tahun-tahun awal pernikahan, mereka tak juga diberi momongan. Omongan tetangga, teman tentu menjadi bulan-bulanan tiap kali mereka bertemu. Segala cara mereka lakukan, dari mulai gaya bercinta yang ekstrem hingga jejamuan yang kudu dikonsumsi. 

Penantian mereka akhirnya berujung. Amara hamil. Amara yang pada akhirnya lebih memilih menjadi ibu rumah tangga sudah siap menjadi ibu dan istri secara penuh. Anak mereka lahir dengan normal meski berat badan dibawah normal. Baron mendapat rejeki hingga Amara dan keluarga kecilnya merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.

Happily ever after? Oh, tentu tidak. Pernikahan bukanlah akhir dari sebuah kisah dua sejoli. Segala cobaan sudah siap menguji mereka. 

Dimulai dari usaha bisnis Baron yang gagal membuat mereka harus merelakan rumah yang sudah mereka cicil diambil oleh pengembang. Tak ada pemasukan, mana mereka bisa bahagia. Mulut harus disumpal dengan makanan, bayi perlu mendapat perawatan yang maksimal, dan segala tetek bengek yang membuat pernikahan mereka goyah.

Saya melihat pernikahan kakak saya yang tak jauh beda. Perbedaan status pendidikan bagi beberapa orang tidak menjadi masalah besar, seperti yang sering saya baca di kolom Quora. Tapi bagi mereka terutama si mantan suami itu adalah suatu hal yang ehm...apa ya? Tidak seimbang? Pernikahan mereka tambah oleng dengan sang mantan suami tak berpenghasilan tapi menuntut yang begini dan begitu.

Pernikahan adik saya cukup selamat dengan menetapnya keluarga adik saya di rumah saya. Bersama ibu yang waktu masih ada, dan dua kakaknya yang ada di rumah, suami adik saya ga bakalan berani macam-macam. Ada kalanya saya melihat mereka adu mulut, ada kalanya mereka seperti keluarga kebanyakan adem ayem, hahahihihi... Yah, sebagai orang yang memilih tidak menikah, saya hanya bisa memantau.

Saya sebenarnya ingin melihat perubahan sikap suami Amara di novel ini. Tapi itu bakal menghabiskan beratus-ratus lembar kisah, dan saya khawatir bakal berakhir seperti drama reliji 😀🤭. Meski terlalu pendek untuk sebuah novel yang sangat menarik, tapi saya pikir penulis cukup ideal menyelesaikan konflik rumah tangganya demikian. Mengangkat kisah perempuan dengan cara jenaka namun membuat hati sakit itu adalah istimewa nya novel ini. Bakal banyak perempuan pembaca yang akan mengamini kisah Amara, dari mulai gunjingan tentang anak, kagoknya mengurus anak, kenyataan menyusui yang tidak seindah iklan susu di media, hingga menelan harga diri di depan sang ibu. Saya bahagia akhirnya Amara berbaikan dengan sang ibu. 




1 Response to "Lebih Senyap dari Bisikan by Andina Dwifatma"

  1. Saya mungkin salah satu dari kebanyakan yang percaya soal sakralnya restu seorang Ibu. Setiap hal, harus mengetahui Ibu. Sebab saya percaya doa Ibu langsung melesat ke langit. Dan jika ucapan Ibu bisa menjadi tulah untuk anak-anaknya.

    Contohnya Adik laki-laki saya menikah. Saat minta ijin melangsungkan pernikahan, Ibu saya hanya mengatakan, "Kamu nggak pengen kuliah dulu kayak kakak-kakak kmu?"

    Dan ternyata itu cara halus seorang Ibu keberatan dengan rencana adik saya. Tapi, namanya orang tua, mau tidak mau ingin melihat anak-anaknya bahagia, dan tidak mengatakan iya atau tidak. Ujungnya, kehidupan mereka tidak mengalami progres, momongan juga belum ada. Sampai dengan hari ini saya masih berharap adik saya bisa memperbaiki hubungan dengan Ibu. Eh, malah curhat colongan, hahaha.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel