-->

Anak-anak Tukang by Kembangmanggis


 Ebook Gramedia Digital 220

Published December 1, 2017 by Gramedia Pustaka Utama

Rating: 4/5

Sebenarnya adalah satu kebetulan saya memilih buku ini yang berupa sketsa-sketsa yang ditulis oleh penulis lawas yang dulu pernah malang melintang di majalah Hai dengan kisahnya berjudul Tia. Ehmmm... sebagai pembaca majalah Hai tahun 1980an, rasanya saya kok lupa ya hahaha... Saya hanya ingat membaca Lupus, Olga, dan satu kolom di sebuah majalah yang mungkin seusia dengan Hai waktu itu, yaitu Gadis, sebuah kolom berjudul Percikan. Ahh, sudahlah, yang jelas, pilihan buku random saya di Gramedia Digital ini sangat menyenangkan.

Saya juga ngga menyangka bakal sangat sangat menikmati sketsa-sketsa yang ditulis secara ringan tapi dalam oleh penulis. Sketsa yang menceritakan keseharian si penulis dari mulai bisnisnya di dunia kuliner, hobinya naik motor bersama anak-anaknya, berinteraksi dengan dengan alam dan orang-orang di sekitarnya, meski ia mengakui tidak suka berbasa basi, dan pengamatannya akan lingkungan. Semua ia kisahkan dengan menyenangkan, beberapa juga saya rasakan. 

Si penulis mengisahkan kesukaanya mengupas bawang merah dengan rapi dan cantik. Satu kali saya pernah membantu tetangga saya yang memiliki bisnis kuliner bakso di rumahnya. Karena nganggur, saya datang ke rumahnya, dan menawarkan bantuan mengupas bawang merah. Saya pun mengupas dengan tekun dan bersih hingga kulit luar yang sebenarnya bagi tetangga saya itu bisa digunakan, buat saya, saya buang. Mereka sama sekali tidak marah, justru berterima kasih, sambil berucap, wah, kalo bawang merahnya dikupas seperti itu, kami bisa rugi. Mendengarnya, saya jadi merasa malu dan bersalah. Dan itu adalah yang pertama dan terakhir saya mengupas bawang merah di rumah tetangga saya hahaha...

Pengamatan sekitarnya penulis kisahkan di sketsa Anak-Anak Tukang dan pembangunan perumahan baru di dekat rumahnya. Menyambal, adalah salah satu hobi si penulis. Tapi saya tak pernah tahu jika ini bisa dilakukan bukan karena hobi atau karena doyan pedas, melainkan karena dendam. Lho? Pembangunan di tanah kosong yang sebelumnya menjadi tempat si penulis memandang bebas alam di sekitar, menjadi terhalang dengan adanya bangunan baru. Dengan menyambal, penulis menggoreng cabe dan sambalnya yang kemudian mengakibatkan para pekerja bangunan itu bersin-bersin tak henti. Itulah caranya membalas dendam.  Hahaha... Meski sebenarnya target kekesalannya bukan pada para pekerja sih...

Perjalanan penulis di tanah Sumbawa hingga ke Flores dan tempat-tempat lain terasa sangat intim dan romantis. Meski berkendara sendirian, penulis mendeksripsikan apa yang ia lihat, dengar dan rasakan. Obrolannya dengan penduduk setempat menambah kisah perjalanan menjadi semakin menarik. Anak-anak sekolah harus menempuh perjalanan jauh yang mereka bilang dekat, warung-warung yang tidak menyediakan nasi dan kopi, padahal daerah setempat adalah penghasil kopi. Saya masih penasaran mengapa warung-warung di sana tidak menyediakan nasi dan kopi ya? 

Sketsa-sketsa disini sangat enak dinikmati di waktu senggang, di tengah hiruk pikuk kerjaan yang bikin stress. Membaca kisah-kisah disini membuat perasaan adem dan segar, enak dinikmati di sore hari, sambil nyemil dan ngeteh hahaha...

0 Response to "Anak-anak Tukang by Kembangmanggis"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel