Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti by Winna Efendi
Baca di Ipusnas 277 pages
Published by January 1, 2009 Gagas Media
Rating: 3/5
Membaca buku dari penulis yang sama secara berturut-turut itu bisa membosankan sih, apalagi ternyata novel ini pun setting-nya juga di Jepang. Sebelumnya saya membaca karya penulis yang sama berjudul Tomodachi. Saya salah perkiraan karena awalnya saya pikir ini berlatar belakang China. Meski saya tahu Ai bisa juga didapatkan dari kata bahasa Jepang yang bermakna love alias cinta. Tapi, yah, karena saya sedang ngebut menyelesaikan challenge baca di Goodreads, apa pun saya lakoni selama nyaman dibaca.
Ketika membaca sinopsis-nya, sebenarnya saya sudah akan mundur, kisah tentang cinta segitiga antar sahabat itu terlalu klise. Tapi mengingat challenge, saya abaikan ke-klise-an ini wkwkwk... Dan, saya ngga gitu kecewa karena kekuatan diksi dan rangkaian kalimat dari Winna Efendi itu selalu memukau.
Sei dan Ai selalu bersama sejak mereka kecil. Mereka bahkan sudah menyimpan rasa sejak masih berusia belasan tahun. Tapi kehadiran Shin, membuat mereka harus melupakan perasaan itu.
Novel ini ditulis menggunakan sudut pandang dua orang, yaitu Sei, cowok incaran cewek-cewek di sekolahnya, dan Ai, cewek yang menjadi incaran cowok-cowok di sekolahnya. Hmmmmm... Sebenarnya mereka itu idola di sekolah, dan bisa saja jadian, kalo saja Shin tidak tiba-tiba muncul.
Di tengah-tengah bacaan, tiba-tiba saya dilanda kebosanan yang luar biasa. Perasaan Sei yang tersimpan rapat itu, entah kenapa membuat saya capek. Saya menunggu adanya konflik yang lebih menantang agar saya tetap bisa melanjutkan novel ini. Kebiasaan Shin yang tiba-tiba suka merokok dan minum kopi, sesuatu yang tidak disukai Ai, membuat saya berharap. Apakah setelah ini Shin akan berubah menjadi sosok antagonis? Akankah karakter lembutnya selama ini adalah sekedar topeng belaka? Ternyata tidak, sodara-sodara. Shin tetap menjadi sosok protagonis yang menjadi kesayangan, baik Ai atau Sei.
Klimaks yang saya harapkan akhirnya muncul juga, tapi justru itu membuat cerita ini semakin klise hahaha... Beginilah kalo remaja tua membaca novel teen. Klimaks yang seharusnya bisa membuat seseorang menangis atau paling tidak merasa sedih, jadi terasa biasa saja. Saya menyelesaikan novel ini hanya sebagai syarat menyelesaikan satu buku dan itu berarti menambah satu buku di challenge saya hahaha...
Tetapi biar bagaimana pun, saya lumayan menikmati karya Winna Efendi yang cukup lawas ini. Selama ini novel ini sangat menarik perhatian saya karena saya lumayan suka pada Winna Efendi. Saya suka bagaimana si penulis mengakhiri sebuah konflik, mengeksekusi cerita dengan indah. Hubungan persahabatan, hubungan kekasih dan keluarga diselesaikan dengan manis. Saya sempat kesal pada Ai yang begitu bergantung pada Sei, tapi dengan tega menarik ulur perasaan Sei. Untung ada pihak ketiga yang berasa ‘menampar’ Ai biar dia lebih tahu diri :D
Overall, makasih Ipusnas, sudah menyediakan buku-buku yang selama ini cuma jadi incaran, tapi ngga mau jadi wishlist, apalagi di-chek out. Hahaha...
0 Response to " Ai: Cinta Tak Pernah Lelah Menanti by Winna Efendi"
Post a Comment