#4 Cinta Tak Pernah Tepat Waktu by Putut EA
Paperback, 319 pages
Published by Orakel - Jogjakarta 2005
Rating 3/5
Terus terang, saya kepincut novel
ini setelah melihat 'makian' teman saya yang biasa membaca novel 'ajaib' non
romans. Ratingnya 4, dengan review 'semacam jleb' gitu lah. Setelah dioper ke
satu teman, akhirnya sampai juga novel ini ke tangan saya. Dan saya mulai
membaca...
Novel dibuka dengan sebuah prolog
dengan banyak analogi tentang banyak hal yang terjadi tak tepat waktu:
pengumpulan tugas akhir yang meleset, weker yang berbunyi tak terdengar di hari
ujian, dan banyak hal lain yang mirip. Si Aku (tak terdeteksi namanya dari awal
hingga akhir) bercerita bagaimana kisah cinta pertamanya yang datang tak
tepatwaktu, dan cinta lainnya yang masih berbayang cinta pertamanya. Sakit.
Linglung. Tolol dan konyol. Tak pernah berpikir saya ada nasib orang sebegitu sial
yang terus berulang. Saya juga pernah mengalami hal sial yang mirip, hanya saya
tak bisa bilang bahwa kesialan saya lebih beruntung dibanding si Aku. Masalah
cinta selalu saja menjadi hal yang rumit (bagi si Aku dan sepertinya juga
saya), masa lalu masih terus menghantui, masa manis yang terasa pahit dikenang
dan sepertinya tak perlu... Kenangan itu datang tak diundang, pergi tak
diantar, macam jailangkung saja.
"Ia, kenangan, bisa datang dari apa saja, dari mana saja seperti setan.
Ia bisa menyentak ketika kita sedang mengaduk minuman. Ia bisa menerabas hanya
lewat satu adegan kecil di film yang sedang kita tonton. Ia bisamenyeruak dari
sebuah deskripsi novel yang sedang kita baca. Ia bersemayam di mana-mana, di
bau parfum orang yang bersimpangan dengan kita, di saat kita sedang termangu di
pantai, di saat kita sedang mendengarkan lagu". (hal. 186)
Well, awalnya saya cukup menikmati
jalinan kisah ‘sial’ si Aku, tapi kemudian mulai agak terganggu dengan
banyaknya bayangan masa lalu yang saya bingung wanita yang mana yang tengah
membayanginya (meski ternyata hanya satu hahaha). Kemudian saya juga terganggu
dengan masa lalu si Aku yang pernah terlibat di dunia politik awal kehancuran
Orde Baru yang dikisahkan entah dari sudut pandang mana hingga tokoh utama
diceritakan sebagai ‘kamu’, membuat saya bertanya-tanya kenapa Aku tiba-tiba
menjadi ‘kamu”? Entahlah. Saya kurang memahami saja pergantian istilah ini. Selebihnya,
saya cukup menikmati ‘kesialan2’ yang dialami si Aku dan juga cerita cerita
seputar ‘surga’nya di beberapa tempat yang hampir kesemuanya ada buku disana.
Oya, sebagai pembaca pertama karya
Putut EA, terus terang saya sangat menikmati gaya bahasanya yang lugas dan
kocak. Pilihan katanya saya suka. Sayangnya, tipo masih banyak tersebar disana
sini. Satu lagi, satu kata yang membuat saya ngakak adalah kata yang sangat
Jawa, yang saya kurang yakin jika ini dibaca oleh orang lain yang tidak
mempunyai basic bahasa Jawa, bisa memahaminya. Kata “diulungkan’ dan ‘mengulungkan’,
kenalkah dengan kata ini? Dalam pemahaman saya, yang cukup sering menggunakan istilah
ini, kata ini berarti ‘menyerahkan’ atau memberikan. Meski sebenarnya dalam
artian bahasa Jawa, makna itu masih kurang mengena. Tapi kenapa ya Putut EA
lebih suka memnggunakan kata ‘diulungkan’ dan ‘mengulungkan’ dari istilah yang
lebih nasional? Entahlah. Recommended for you all who suffer from shit of life.
You are not alone, buddy #evilgrin
0 Response to "#4 Cinta Tak Pernah Tepat Waktu by Putut EA"
Post a Comment