-->

Sirkus Pohon by Andrea Hirata



Paperback 424 pages
Published by Bentang Pustaka, Agustus 2017
Rating 3,5/5

Saya cukup heran dengan kecepatan saya membaca buku ini. Biasanya buku dengan tebal lebih dari 400 halaman, baru bisa saya selesaikan dalam waktu seminggu, mengingat gangguan yang daang dari kanan kiri atas bawah :D. Alasan lain kenapa saya bisa menyelesaikan dalam waktu hampir sekali duduk, karena bab yang pendek-pendek dan cerita di tiap bab yang, seperti biasa, khas dari abang satu ini, selalu penuh dengan diksi bunga-bunga. Saking berbunga-bunganya, kadang saya geleng-geleng kepala. Bayangkan, hanya untuk menggambarkan satu sore yang suram saja, penulis bisa menghabiskan dua lembar dalam satu bab. Hebat benar. Untuk mengarang bebas dengan jumlah kata yang ditentukan, si penulis pasti dengan gampang memenuhinya wkwkwkwk...
Baiklah, sekarang saya komentar sedikit tentang ceritanya.

Sobri, alias Hobri, terlahir dari keluarga Melayu. Nasibnya sangat malang dengan putusnya ia sekolah gara-gara seseorang yang ia anggap sebagai teman, Taripol, yang ternyata seorang anggota Geng Geranat! Karena pendidikan minim itulah, Sobri mempunyai ketakutan atau trauma terhadap pengumuman lowongan pekerjaan dengan kalimat SMA atau sederajat ngoahahahaha.... Meski kasihan, tak ayal saya juga geli membaca bagian ini.


Selain trauma itu, ia juga memiliki phobia tak jelas terhadap pohon delima di depan rumahnya. Tak disangka, pohon inilah yang nantinya mewarnai kehidupannya.

Selain sosok Sobri dengan segala permasalahannya, ada pula sejoli Tara dan Tegar yang memendam rasa selama 10 tahun, hasil pertemuan sekilas di taman bermain pengadilan agama negeri. Takkan bisa dibayangkan, ketika banyak orang mengakhiri kisah cinta mereka di pengadilan agama, mereka justru dipertemukan di tempat dimana biasanya cinta berakhir.

Jadi Sirkus Pohon itu apa dong? Ohya, sirkus disini literally bermakna sirkus. Sebuah tempat dimana nantinya Sobri menemukan mimpinya, dan puluhan anggota sirkus lainnya. Mereka yang tadinya tak punya mimpi, mereka mulai berani bermimpi. Sayang, mimpi mereka harus kandas demi ambisi politik.

Bukan seorang Andrea Hirata kalo tidak dapat meramu isu lokal dengan isu lain seputar politik, selain romansa remaja. Ambisi politik dimanapun, sebagian membangun, sebagian lagi menghancurkan. Dari mulai bermain uang, hingga melibatkan orang-orang pintar, dan hal-hal tak masuk akal lainnya, termasuk pohon delima si Sobri. Belum lagi adegan-adegan komikal yang hanya ada dalam benak penulis, atau sebagian dari kita? demi menambah komedi dalam buku ini. Lumayan lucu sih :D Judul-judul sub bab yang indah, serta sisipan teori sains bercampur dengan kepercayaan lokal adalah khas dari bang Andrea. Satu lagi, saya tak bisa membayangkan, di sebuah tempat yang katanya hampir tak terlihat di peta, muncul seorang anak menyanyikan lagu Con te Partiro. Saya musti browse dulu di Joox untuk memastikan lagu itu, yang ternyata adalah Time To Say Goodbye versi bahasa Inggrisnya. Eh, saya punya beberapa versinya lo :D

Overall, saya bahagia akhirnya kesampaian membaca buku ini. Meski saya kecewa dengan beberapa buku Andrea sebelumnya, tak menutup keinginan saya membaca buku ini. Membacanya setelah sekian lama sangat menghibur sekali.

0 Response to "Sirkus Pohon by Andrea Hirata"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel