-->

American Panda by Gloria Chao 

justaveragereader.blogspot.com

Ebook Gramedia Digital 364 pages 
Published January 7, 2019  by Gramedia Pustaka Utama
Penerjemah: Daniel Santosa
 Rating 4/5 

Perbedaan budaya memang selalu membuahkan banyak konflik tidak hanya antar personal, tetapi juga antar anggota keluarga.

Mei, gadis 17 tahun, keturunan Cina totok, bersama keluarganya harus tinggal di Amerika. Bersama Mama dan Baba (papanya), dan sebelumnya dengan Xing, sang kakak, Mei tumbuh dalam keluarga dan budaya China di tanah Amerika. Sebagai anak kedua, Mei mendapat warisan kewajiban untuk menjadi apa yang Xing sebelumnya wajib lakukan sebagai anak pertama. Xing harus keluar dari rumah karena ia berani menentang aturan orangtuanya. Bagaimana dengan Mei, yang sedari kecil sudah disiapkan masa depan, dari profesi hingga jodoh untuknya? Sanggupkah ia menanggung beban sang kakak, dan sekaligus beban sang Mama? Tak jauh berbeda dari Xing, dan mungkin banyak remaja di luar sana yang mengalami hal yang dialami Mei, menuruti keinginan orangtua menjadi tantangan bagi setiap anak, apakah membahagiakan orangtua itu juga membahagiakan diri sendiri? Apakah menuruti kata orangtua itu setimpal dengan apa yang akan kita rasakan nantinya?

Diambil dari sudut pandang budaya China, novel ini begitu kompleks dengan segala tetek bengek budaya China yang sebelumnya saya belum pernah tau dan sebagian mirip dengan budaya Asia (baca: Indonesia). Masalahnya adalah mereka tinggal di Amerika, dimana budaya manapun seharusnya melebur disana. Belum lagi masalah orangtua yang memaksakan kehendak pada anaknya. Mei hidup dibawah bayang-bayang orangtua sekaligus ketakutan akan kejadian Xing akan terjadi padanya. Ciri-ciri itu sudah mulai terlihat dengan ketakutannya akan virus, darah, belum lagi ketertarikannya terhadap cowo Jepang, yang menurut Mamanya pernah membunuh rakyat China, semakin kuat. Dia takut menjadi dokter, cita-cita orangtua untuknya, dan dia juga cinta Darren, cowok Jepang itu, dan juga tari, aktifitas satu-satunya yang tetap membuatnya waras.

Hidup orangtua Mei tak jauh berbeda dari orangtua saya dulu. Meski mereka tinggal di Jawa, budaya tanah kelahiran mereka, Gorontalo, masih tetap dibawa. Saya bisa katakan bahwa mereka beruntung karena keduanya berasal dari tanah kelahiran yang sama. Mungkin akan sedikit berbeda jika salah satu dari orangtua saya bukan dari Gorontalo. Semula ibu saya menginginkan saya masuk sekolah boga, mengingat kemampuan kewanitaan saya yang sangat kurang 🤣🤣🤣. Itu saya jalani ketika SMA. Saya masuk sekolah kejuruan khusus boga. Apakah saya menikmati? 30 persen iya, 70 persen lainnya membuat saya memikirkan keputusan berbeda ketika saya lulus SMA. Apakah saya akan mengalami hal yang sama selama 5 tahun yang akan datang? Saya memilih tidak.

Cukup banyak remaja milineal saat ini yang memiliki cita-cita yang berbeda dengan satu dekde yang lalu. Cita-cita seperti menjadi dokter, insinyur, arsitek atau apapun itu, sekarang terdengar sangat standar dibandingkan dengan cita-cita menjadi Youtuber, content writer, atau seabrek pekerjaan yang di jaman orangtua dulu belum/pernah ada. Lalu, bagaimana cara mereka menunjukkan keinginan mereka? Beda cara membesarkan anak,akan berbeda pula cara mereka menunjukkan keinginan mereka.

Mei bisa jadi mewakili ribuan remaja di dunia yang memiliki masalah yang sama. Seperti halnya Ying Na, yang rela digosipkan oleh keluarga sendiri, tapi paling tidak dia menjadi diri sendiri. Nama keluarga memang menjadi taruhan, tapi mempertaruhkan kebahagiaan sendiri di atas kebanggaan keluarga yang semu bisa menjadi pertimbangan sendiri. Selama 3 tahun saya bersekolah di sekolah kejuruan, menurut saya itu sudah cukup untuk tidak menjadi diri saya selama 3 tahun itu. Berikutnya, saya ingin menuruti keinginan saya sendiri. Syukurlah, ibu saya mau memahami saya.Dan 3 tahun yang saya lalui itu tidak juga bisa dibilang sia-sia, karena di tahun-tahun mendatang, saya masih mengingat beberapa hal yang saya dapatkan ketika saya belajar disana. Kekakuan mama Mei cukup bisa dipahami melalui latar belakang masalahnya. Dan itu adalah pilihannya. semua orang memiliki pilihannya masing-masing, paling tidak untuk menjadi diri sendiri dan untuk menjadi bahagia.

Novel yang sarat dengan budaya China ini sangat menarik bukan hanya dari sisi budayanya, tapi juga dari sisi karakternya. Saya dibuat terharu dengan hubungan emosional Mei-Xing dan juga Mei-sang mama.Kisah romantis antara Mei dan Darren pun cukup manis. Sosok Darren yang digambarkan berambut jabrik mengingatkan saya pada tokoh manga, tapi lebih pada sosok Jun di Channel Rachel and Jun 😃😃😃.... Bagian yang paling saya sukai disini justru pada bagian pesan suara yang dilakukan mama Mei. Di akhir pesan selalu ada tambaan, ini dari muqin mu 😄😄😄 Satu hal yang menjadi kendala adalah terlalu banyaknya istilah bahasa China yang pada awalnya diberi catatan kaki, tapi ketika kata/ istilah yang sama muncul di lembar berikutnya, catatan kaki itu tak muncul lagi. Sebagai orang yang sangat awam dengan bahasa China rasanya ini cukup mengganggu. Tapi gangguan kecil ini tidak terlalu memengaruhi cerita utama kok. Singkat akata, recommended buat bacaan menjelang imlek atau tahun baru China. Gong Xi Fa Cai!!! 🎉🎉🎉

0 Response to "American Panda by Gloria Chao "

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel