Nagra & Aru by Inggrid Sonya & Jenny Thalia
Ebook Gramedia Digital, 360 pages
Published 2019 by Gramedia Pustaka Utama
Rating 3,5/5
Terus terang, saya membaca novel teenlit karena melihat
banyaknya bintang yang didapat novel ini. Tapi kemudian satu teman saya
memberinya bintang dua. Hahaha… Kepolah saya. Kebetulan novel ini sudah ada di
rak Gramedia Digital, sebagai selingan buku bantal yang hampir sebulan belum
kelar juga, Brothers karya Yu Hua, saya mulai membaca ini.
Aru, atau Aurora Savira, adalah remaja receh seperti
kebanyakan remaja lainnya, suka cowok cakep, penggila webtoon dan drama Korea
dan guyon receh. Yang membedakan adalah mulutnya yang minta ampun nyaris ngga
ada rem 😄😄😄 . Saat ia kelas 10,
tepatnya saat ia melalui MOS, ia melihat Nagra, cowok jangkung sedang mengunyah
es batu, dan menjatuhkan pilihannya pada Nagra sebagai imamnya di masa depan.
Masya Allah, bocaaahhh… 😁😁😁
Nagra, cowok tiang listrik korban taksiran Aru, merasa
jengah dengan segala perhatian norak dari Aru. Tak jarang ia lebih baik
menyingkir jika di satu arah ia melihat Aru. Tapi apa benar ia benci dengan
segala perhatian dari Aru? 😉😉😉
Igo, preman sekolah setelah Wira, si kakak kelas SMA
Grafika, mencoba mendekati Aru, demi mendapat perhatian Nagra, sahabat masa
lalunya yang sekarang menjadi semacam musuh. Igo dan Nagra pernah terlibat
perkelahian seru hingga membuat Igo babak belur dan Nagra diskors dari sekolah.
Tapi apa benar demikian hubungan mereka?
Di awal membaca ini, saya berharap menemukan chemistry yang
asik antar para tokohnya, tapi entah karena banyaknya distraksi hingga di
bab-bab awal, saya nyaris menyerah, sambil berpikir, ini cerita apaan sih? Aru
ini cewek apaan ya, kok gini amat cari perhatian cowok? Hmmm…. Untungnya, saya
memilih meneruskan bacaan saya. Meski banyak yang bilang selama membaca mereka
ketawa ketiwi, tapi mungkin karena factor U, saya mesem pun ngga hahahaha…
Mungkin di beberapa adegan iya sih. Tapi saya cukup salut dengan jalinan kisah
remaja ini. Kedua penulis menulis dengan point of view berbeda di tiap bab. Ini
mengingatkan saya pada novel remaja lainnya, Flipped. Yang membedakan adalah pneyebutan
diri sendiri, Aru menggunakan aku, sementara Nagra menggunakan gue. Perpindahan
point of view ini kadang membuat saya bingung karena di tiap karakter, tak
selalu terlihat sifat dari si karakter itu sendiri. Jika tidak ada perbedaan
penggunaan diri sendiri itu, rasanya keduanya bisa saling tukar tempat deh
hahaha…
Isu yang digunakan di novel ini cukup klise di kalangan
remaja, yaitu geng pemberontak yang diwakili oleh Wira, dengan keterlibatan
narkoba. Tapi karena fokus dari kisah ini adalah Nagra dan Aru, jadi isu
tentang narkoba dan rehabilitasi karakter disini tidak terlalu dibahas panjang.
Saya suka dengan perubahan karakter Aru setelah kehadiran Igo, meski tetap
ember dan receh, tapi paling tidak dia bisa mengubah arah posisi imamnya ke
orang lain 😝😝😝 Tidak banyak orang yang
bisa move on dengan cepat, jika saja tidak ada satu hari bersama Nagra. Ya,
satu hari bersama ini mengingatkan saya pada perjalanan manis Kugy dan Keenan
di Perahu Kertas, satu hari yang mengubah segala perasaan hahaha…
Meski tokoh utama disini adalah Nagra dan Aru, serta Igo
sebagai karakter utama tambahan, tapi jika ditanya siapa karakter favorit saya,
pilihan saya jatuh pada orangtua Aru. Tidak banyak orangtua seterbuka dan
sehangat orangtua Aru. Ketika Igo muncul dengan wajah babak belur, Mama Aru
yang bekerja di rumah sakit, dengan sigap mengobati luka-luka Igo, tanpa bertanya
bagaimana Igo mendapat biru lebam di tubuhnya. Demikian juga dengan Nagra yang
mungkin satu keluarga Aru sudah mengenal Nagra dari ember mulutnya Aru yang
mengatakan bahwa Nagra adalah calon imamnya 😁😁😁 yang membuat putri mereka
patah hati. Tapi ketika Nagra muncul, tetap saja diterima layaknya teman Aru
kebanyakan. Orangtua ideal lah pokoknya.
Secara keseluruhan, novel ini cukup ringan untuk dibaca,
tanpa kudu mikir keras. Ocehan Aru dan teman-temannya juga sangat lincah dan
receh sekali. Ada saja percakapan seru dengan jawaban-jawaban ajaib. Bagi
pembaca tua dewasa seperti saya, saya rasa masih bisa mengikuti karena
mungkin manga remaja atau drama Jepang sekolah yang saya konsumsi hampir setiap
hari hahaha…
0 Response to "Nagra & Aru by Inggrid Sonya & Jenny Thalia"
Post a Comment