Mata di Tanah Melus by Okky Madasari
Ebook Gramedia Digital 192 pages
Published by Gramedia Pustaka Utama, Janury 22, 2018
Rating 3,5/5
Siapapun akan menemukan kehidupan baru ketika kedua orangtua
mereka bercerai. Ini juga dialami oleh Matara, alias Mata. Kehidupannya terasa
tak menentu ketika ibunya mengajaknya pergi ke suatu tempat di satu daerah
terluar dari Indonesia. Mata, gadis 12 tahun ini, merasa berat meninggalkan
teman-temannya di Jakarta. Tapi keinginan ibunya tak bisa ditolak. Ditambah,
ibunya yang seorang penulis, berjanji akan menulis sebuah kisah menarik yang
belum pernah ada, yang sayangnya, buat Mata yang suka membaca, buku ini belum
tentu bisa ia baca, kelak jika buku itu terbit.
Mata dan ibunya pun menempuh perjalanan panjang menuju
sebuah tempat bernama Belu. Di tanah yang asing ini, mereka menemukan banyaknya
hal-hal yang dianggap tabu. Pengalaman seru nan tak terluapakan justru dialami
Mata, alih-alih ibunya yang berniat datang ke tanah Belu demi penulisan
bukunya.
Tanpa sengaja, Mata ‘terdampar’ di sebuah daerah bernama
Melus, sebuah daerah yang lebih antah berantah dibandingkan Belu. Disana, ia
bertemu dengan Atok, dan suku Melus-nya yang terlihat tak ramah. Bangsa Melus
memiliki bahasa sendiri, kepercayaan sendiri, hingga tetua yang mirip dewa. Orang-orang
yang masuk ke tanah Melus, tidak akan pernah bisa keluar kecuali anak-anak dan
kaum wanita. Belum jelas apa dan siapa itu bangsa Melus, Mata yang melakukan
perjalanan bersama Atok, kembali terdampar di daerah lain, kerajaan Kupu-Kupu. Disana,
Atok dan Mata bisa tinggal sepuasnya, bahkan mereka bisa menumbuhkan
sayap-sayap indah seperti kupu-kupu. Dan petualangan mereka belum berhenti
hingga kesana. Sebuah daerah yang dipenuhi dengan buaya menanti mereka.
Terus terang, Okky Madasari memang bukan penulis favorit saya.
Tapi saya selalu ingin tahu karyanya. Apalagi setelah saya tahu bahwa penulis
ini juga menulis untuk anak-anak bergenre fantasi. Dari segi fantasi yang
mengangkat tentang tanah antah berantah yang barangkali berada di satu sudut
pulau di Indonesia, lengkap dengan bangsa yang dianggap telah punah dan
kepercayaan daerahnya yang berasa seperti kepercayaan bangsa-bangsa jaman
dahulu, buat saya ini menarik. Kalau biasanya saya selalu memasalahkan gaya
bercerita dengan topic ‘berani’ untuk genre dewasanya, yaitu penggunaan diksi
yang snagat biasa untuk kelas seperti Okky Madasari, pemenang Khatulistiwa
Literary Award 2012, saya pikir, seharusnya beliau mengimbangi pemilihan kata-nya
tidak hanya pemilihan topic atau isu yang berani.
Untuk novel anak-anak, Mata di Tanah Melus ini memiliki banyak
kelebihan juga kekurangan. Kelebihannya tentu saja pada kisah fantasi itu
sendiri. Anak-anak selalu suka berkhayal, memiliki petualangan seru bersama
teman-temannya. Kekurangannya, saya pikir gaya bercerita Okky tidak terlalu
ditujukan pada pembaca anak-anak. Saya sendiri kurang begitu yakin akan kisaran
usia pembaca anak-anak. Apakah anak-anak seusia Mata, 12 tahun lebih, masih
bisa dikatakan anak-anak. Mungkin masih ya. Tapi penggunaan diksi yang terasa
terlalu berat, rasanya akan sulit buku ini memenuhi kepuasan pembaca anak-anak. Ilustrasinya sebenarnya cukup menarik, sayangnya kurang menggambarkan situasi di novel.
Dan, jika saja buku ini memang ditujukan untuk anak-anak, biasanya di akhir sebuah
kisah, penulis menyisipkan suatu pesan untuk anak-anak. Di akhir kisah,
saya berharap ada sesuatu yang nantinya
bisa saya temukan jika saja saya membacakan buku ini pada keponakan saya. Tapi ternyata,
kisah berakhir begitu saja. Hmmmm… baiklaah…
Secara keseluruhan, meski ada beberapa plus minus, novel ini
tetap saja asik dinikmati bagi remaja, bukan anak-anak. Untuk penulisan genre
anak-anak, tentu saja saya ingin ingin kembali menikmati karya penulis satu
ini.
0 Response to "Mata di Tanah Melus by Okky Madasari"
Post a Comment