-->

(Kumcer) Dongeng Bahagia dari Sebelah Telinga oleh Gunawan Tri Atmodjo


justaveragereader.blogspot.com

Paperback 192 pages
Published January 2019 by DivaPress
Rating 4/5


“Kitab itu sangat sakti tapi bukannya tanpa kelemahan. Benar kata Mahaguru, kitab itu akan melawan dan menunjukkan berbagai jalan yang tidak selalu berujung kebaikan, terlebih jika kita berambisi menguasainya sepenuhnya.” (hal. 47. Pembaca Depan Masa dari Selatan)

Tidak banyak kisah pendek yang terangkum dalam satu buku kumpulan cerpen memiliki kisah unik yang sudah saya baca. Yang tidak banyak itu, kumcer ini adalah salah satunya. Ada 17 cerpen dalam buku ini, dan satu yang mungkin paling saya suka adalah yang menjadi kuot pembuka review ini. Sekian lama saya tidak membaca kisah tentang saudara seperguruan seperti kisah-kisah silat, dan tiba-tiba saya mendapati satu kisah semacam ini di salah satu cerpen disini. Satu tamparan keras buat saya di bagian akhir kisah ini. Ambisi besar, apapun itu, bisa saja mencelakakan si pemiliki ambisi itu sendiri.

Kisah-kisah lainnya sebagian besar bercerita tentang pengalaman sehari-hari, bentuk-bentuk kontemplasi yang cukup dalam membuat saya berpikir, hal-hal kecil semacam ini bisa menjadi ide bagi penulis. Seperti dalam kisah Foto Keluarga, Hujan di Pagi Hari dan Romantika Kereta. Dalam Foto Keluarga, sebuah kisah keluarga yang menyentuh bagi siapa saja yang telah kehilangan orangtua, terutama sosok seorang ayah. Hujan di Pagi Hari membuat suasana pagi yang hujan terasa sentimental dan penuh nostalgia. Ada di suatu masa ketika bau tanah basah setelah hujan membuat hati saya berdebar tanpa saya tahu sebabnya. Mungkin hal semacam ini juga dialami beberapa orang selain saya? Entahlah. 

Romantika Kereta, Pohon Merah di Bandara dan Lelaki Tak Bermata dan Anjing Kudisan memiliki multi sudut pandang. Entah mengapa, saya pernah mengangankan bagaimana jika ada cerita yang diambil dari sudut pandang banyak, tergantung berapa banyak karakter di dalamnya dan berada di tempat yang sama? Saya pernah terpesona dengan satu cerpen Dee Lestari di buku Filosofi Kopi yang berjudul Coro. Coro atau kecoak seakan diberi panggung untuk bercerita, mengisahkan perasaan hatinya hingga ketakutannya. Demikian juga dalam Romantika Kereta. Ketika cerita bergulir, kamera seakan diarahkan ke semua karakter dengan kacamata mereka masing-masing. Lelaki tak Bermata dan Anjing Kudisan bahkan memberi porsi bagi seekor anjing kudisan untuk menceritakan rasa laparnya dan kegembiraannya menemukan sepasang mata berdarah yang membuat air liurnya mengalir. Yuck!

Kado Sepatu Bayi mengingatkan saya pada sebuah kuot dari Ernest Hemingway, Baby Shoes, Never Worn, sebuah kuot yang membuat hati siapa saja patah. Kisah ini, tak jauh beda. Hiks… Sebuah keikhlasan dipertanyakan dalam kisah Sebuah Kecelakaan Suci. Siapa sebenarnya yang paling ikhlas diantara dua ketika suatu keharusan wajib dilaksanakan, tak peduli kau bersedia atau terpaksa. 

Pada awal membaca kumcer ini, saya membayangkan bahwa penulis datang dari kalangan sastra dan kisah yang dibawanya pastilah kisah-kisah pahit nan absurd. Kisah pertama, Sunyaruri, saya baca pertama sebelum saya tidur. Dan hasilnya, kisah seram, sadis dan sedihnya terbawa mimpi. Tapi cerita pertama bukan penanda semua cerita di buku ini memiliki tema yang sama. Meskipun, kisah kedua, Sesuatu Menggeliat di Balik Pintu, menawarkan kepahitan yang sama. Absurd tidak selalu tidak bisa saya nikmati. Justru, terkadang, saya mengharapkan akhir kisah menggantung, seperti dalam Telepon dan Pisau. Hari yang Kelabu meninggalkan kesan, siapa sebenarnya yang membutuhkan kantong penadah rasa stress? Ketika seseorang berada di posisi sebagai pendengar untuk urusan masalah pribadi orang lain, tolok ukur keberuntungan ada pada diri sendiri.

Cerpen yang menjadi judul buku ini, Dongeng Bahagia dari Sebelah Telinga, justru saya harapkan menjadi yang paling pahit dan memiliki akhir yang menggantung. Harapan saya tak terpenuhi karena ternyata kata bahagia dalam judul itu bermakna harafiah, kebahagiaan dalam arti sebenarnya. Hahaha… Tertipu saya rupanya. Sementara kuot yang menyertai poster blog tour ini, diambil dari kisah penutup buku, 

 “Sesungguhnya, pulang sejati hanyalah menuju hati yang tenang.” (hal. 190)

menjadi kisah yang paling membuat saya geregetan. Saya membayangkan pertemuan dua orang, yang satu pergi meninggalkan yang lainnya, dan yang lainnya itu menanti dalam ketidakpastian harus berakhir demikian, demi menciptakan hati yang tenang. :D

Secara keseluruhan, saya menyukai banyak cerpen di buku ini. Diksi penulis juga sangat memukau, satu hal yang selalu menjadi factor utama saya menyukai satu buku. Tema atau plot cerita bisa jadi mirip dengan keseharian, tapi pemilihan kata adalah hal yang sangat saya perhatikan, meski saya sendiri memiliki diksi yang sangat biasa dalam review hahaha… 


Nah, sekarang saatnya saya buka kesempatan untuk Giveaway. Yeaaayyy….

justaveragereader.blogspot.com


Satu eksemplar kumpulan cerpen Dongeng dari Sebelah Telinga karya Gunawan Tri Atmodjo dari blog My Book Corner ini bakal jadi milikmu yang beruntung sebagai rangkaian blog tour dari Penerbit Diva Press di bulan Maret ini. Syaratnya gampang kok.

1. Peserta memiliki alamat kirim di seluruh wilayah Indonesia. Luar negeri berat di ongkos kirimnya :D

2. Peserta wajib follow twitter @diva_fiction atau like FB Diva Press, “Penerbit Diva Press”. Jika kamu ngga punya Twitter atau Facebook, bisa follow IG @fiksi.diva. Pilih salah satu aja, atau pilih semua juga boleh.

3. Wajib membagikan postingan ini media social kamu. Bisa tag penerbit Diva Press dan atau tag saya di @lila_podungge

4. Jawab pertanyaan saya berikut ini:

 Selain rumah, dimana lagi kau merasa ‘pulang’?

5. Format jawaban:
Nama:
Media social/ email kamu:
Link share:
Jawabanmu:

6. Giveaway ini berlangsung dari 18 – 24 Maret. Akan dipilih satu peserta yang beruntung untuk dapatkan kumpulan cerpen Dongeng Bahagia dari Sebelah Telinga ini.

Terima kasih untuk partisipasinya. Semoga beruntung. 

Tongkat estafet blog tour ini nanti akan dilanjutkan di  blog teman saya yang baik hati, Dion Yulianto, di Baca, Biar Beken!

******

Maafkan, pengumumannya molor beberapa hari ya...

Setelah diundi menggunakan wheeldecide.com, akhirnya keluar satu nama dari enam peserta:

Selamat untuk Detri Putra yang beruntung mendapatkan satu kopi buku kumpulan cerpen Dongeng Bahagia dari Sebelah Telinga karya Gunawan Tri Atmodjo.

Saya tunggu konfirmasi alamat kirim hadiahnya di lilass1051@gmail.com ya

Buat peserta lainnya, terima kasih atas partisipasinya. GA ini berlanjut ke blog Dion Yulianto

Sampai bertemu di Giveaway berikutnya!

6 Responses to "(Kumcer) Dongeng Bahagia dari Sebelah Telinga oleh Gunawan Tri Atmodjo"

  1. Nama : Farrah Nur Fadhilah
    Media sosial/email : @Rarah_09 / farrahnurfadhilah@gmail.com
    Link Share : https://twitter.com/Rarah_09/status/1107519428021768192?s=19
    Jawaban : Dekapan ibu, karena saat ibu sudah mendekap erat tubuhku dengan pelukannya akan terasa semua masalah yang terjadi sirna seketika. Hal itu membuatku merasa bahwa dekapan ibulah tempatku pulang.

    ReplyDelete
  2. Nama:Ainul Faqih
    Medial sosial/email :@AinulFaqih2/ainulfaqih18@gmail.com
    Link share: https://twitter.com/AinulFaqih2/status/1107614149008191490?s=19
    Jawaban: perpustakaan, karena perpustakaan adalah tempat yang nyaman menurutku dan tempat apapun yang menurutku nyaman akan ku jadikan tempat untuk pulang termasuk (dia) yang selalu membuatku nyaman

    ReplyDelete
  3. Nama : Detri Putra D
    Media sosial/ email : @Detri_Putra/ detriputra2@gmail.com
    Link share : https://twitter.com/Detri_Putra/status/1107891880103051269?s=19
    Jawaban : pulang setelah rumah bagiku ialah tempat dimana diriku merasa diterima. Maksud dari "Diterima" ini ialah hatiku merasakan kehangatan pada saat berada di tempat tersebut, aku menjadi sebaik-sebaiknya manusia ditempat tersebut, aku tak perlu menjadi orang lain di tempat tersebut, dan di tempat tersebut semua keluh kesah bisa-ku tumpahkan sebanyak-banyaknya.
    Dan untuk "tempat" yang aku sebutkan, hal ini tidak hanya mengacu pada suatu lokasi/ruangan/wilayah, tetapi juga kepada setiap individu/kelompok yang bisa membuat diriku ini "diterima", sehingga dia/mereka pantas disebut sebagai "rumah".
    Jadi, meskipun aku telah pulang ke rumah, dan diriku tidak "diterima" di dalamnya, itu hanyalah sebuah rumah berpayungkan atap yang hanya melindungi tubuh ini dari panas/hujan, bukanlah "rumah" yang dapat menerima dan mendengarkan-ku apa adanya.

    ReplyDelete
  4. Nama:Siti Nurjanah Fatonah
    Media social/ email kamu: @sitinfatonah/ sitin.fatonah@gmail.com
    Link share: https://twitter.com/SitinFatonah/status/1108184956163878912
    Jawabanmu: buku-buku yang merasa tenang

    ReplyDelete
  5. Nama : Mar'atul Firdaus
    Twitter : @Kaze_Idoz
    Email : maratulfirdaus@gmail.com
    Link share : https://twitter.com/Kaze_Idoz/status/1109333925178937345
    Jawabanmu : Masjid atau Musholla

    ReplyDelete
  6. Nama: cynthia
    Tuit: @/cyn0514
    Imel: cyn0514 @ gmail dot com
    Link: https://twitter.com/cyn0514/status/1109838010479075328?s=19
    Jawab: home is where the heart is. Jadi bagiku "pulang" berarti berada bersama-sama dengan orang-orang yang kusayangi.

    ReplyDelete

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel