Carmine by Ruwi Meita
Ebook Play Book 304 pages
Published December 13, 2018 by Noura Books
Rating 3,5/5
Akhirnya jadi juga baca novel ini. Sempat ikut Giveaway sana
sini, tap ngga ada yang nyangkut. Ngga hoki saya kalo ikut Giveaway hahaha…
Karena saking pinginnya baca buku ini, saya letakkan buku ini sebagai wishlist
di Google Play Book. Siapa tau nanti akan ada masanya saya mendapat hoki berupa
potongan harga alias diskon atau tambahan kredit atau apalah untuk membeli buku
ini. Daaann… keinginan saya teruwujud minggu lalu, ketika iseng saya membuka
play book, dan menemukan tawaran kredit 25k untuk pembelian buku diatas 25k.
novel seharga 45k ini akhirnya terbeli dengan membayar 20k saja, berkat kredit
dari Google Play Book. Aaaahh… terima kasih, mas Google.
Ceritanya memang sangat khas mbak Ruwi Meita; Thriller
dengan bumbu darah serta penyematan genre baru (?) berupa urban thriller. Apa
sih urban thriller itu? Saya sebut dulu pengertian urban ya. Menurut mas Wiki,
literature urban biasanya setting terjadi di perkotaan, genre jenis ini
biasanya sangat ditentukan oleh realitas sosial ekonomi dan budaya dimana para
karakternya berada dalam setting cerita. Kisah-kisah yang termasuk urban ini
biasanya bernada gelap terfokus pada kehidupan bawah perkotaan. Thriller
sendiri menurut mas Wiki adalah kisah seru yang biasanya identik dengan para
jagoan yang menggagalkan rencana karakter antagonis dalam cerita. Nah, mari
kita lihat, apakah benar novel Carmine ini masuk dalam genre urban thriller?
Carmine Dunne dulunya adalah seorang model iklan terkenal
yang cantik. Sebelumnya, apalah seorang Carmine? Gadis biasa saja yang
melarikan diri ke ibu kota demi meraih mimpi menjadi selebritas. Kedekatannya
dengan seorang konglomerat, menjadikannya seorang model iklan keju Karmin yang
melegenda. Kehidupan glamornya meredup setelah ia menikah dan memiliki empat
orang anak. Suaminya, Ruddy, menginginkannya menjadi sosok istri yang sempurna,
tangguh, mandiri, seperti ibunya.
Mirah, alias Almira Hapsari alias Panda alias si Button Bag
(biasanya yang memiliki nama banyak, adalah tokoh antagonis. Betul? 😁😁😁),
merasa dirinya mirip dengan Carmine. Bedanya, kehidupannya dan kehidupan
Carmine bertolak waktu. Carmine yang dulunya langsing, cantik, popular,
sekarang menjadi gendut, tak berdaya menghadapi sosok suami yang berkeras
menjadikannya seperti ibunya. Mirah, dulu gemuk, menjadi bahan tertawaan teman
sekolahnya dan menjadi korban bully ibu kandungnya sendiri; sekarang menjelma
sosok langsing yang menawan. Mirah merasa dirinya harus menolong Carmine yang
malang, dia merasa ada suatu keterikatan antara dirinya dan Carmine.
Menggunakan gaya bercerita maju mundur antara tahun
2016-2018, dan dua sudut pandang, saya harus berhati-hati, apakah si aku disini
adalah Carmine atau Mirah. Belum lagi, satu bab yang terkadang tanpa sudut
pandang, hanya menggunakan sudut pandang orang ketiga, ketika adegan menyorot diluar
dua karakter utama tersebut. Beberapa kali ketika saya harus meletakkan buku
ini untuk sementara (main hayday hahaha), tiap kali kembali ke dunia Carmine
ini, saya musti meyakinkan diri bahwa ini adalah Carmine atau Mirah. Sedikit
repot memang. Tapi cukup terbayar dengan ketegangan yang disajikan novel ini.
Berbeda dari dua novel Ruwi Meita yang sudah saya baca
sebelumnya, Days of Terror dan Misteri Bilik Korek Api, dimana keduanya
menggunakan sosok gaib dari dunia lain. Carmine ini jauh dari hantu-hantu tapi
terasa mencekam dengan hadirnya sosok Mirah yang terganggu jiwanya. Sepertinya
sih, hampir seluruh karakter disini mengalami gangguan jiwa, dari mulai ringan,
sedang hingga akut. Masa lalu yang pahit, membuat sosok Mirah seperti demikian.
Kehidupan monoton tapi terasa berat dengan cibiran tiada henti dari ibunya. Demikian
juga dengan Carmine. Menjadi ibu rumah tangga mungkin adalah pilihan terakhirnya
setelah mengecap kehidupan penuh sorotan dunia hiburan. Karena cintanya pada
Ruddy-lah yang membuat ia rela menjalani kehidupannya sekarang. Keempat anaknya
pun menunjukkan gangguan jiwa yang tak ringan. Setelah kemunculan Mirah dalam
keluarga mereka, entah apalagi yang akan terjadi pada keluarga ini.
Mengambil tempat di beberapa tempat di Jawa Tengah, antara
lain Semarang, Solo dan Yogya, novel ini menjadi cukup dekat dengan saya yang
tinggal di Semarang. Saya jadi penasaran, apakah si penulis berasal dari salah
satu daerah itu? Mbak penulis ini ngga ada deskripsi sama sekali di Goodreads
ya… Hmmm… Tapi saya suka dengan kisah thriller-nya. Di awal, saya pikir Carmine
yang bakal menjadi tokoh antagonis, ketika kecemburuan tiba-tiba muncul dengan
hadirnya seorang calon bintang yang akan membintangi iklan Keju Karmin, produk
yang identik dengan dirinya. Tapi ternyata saya salah. Oh, baiklah. Cerita yang
dibangun maju mundur dan kemudian bertemu di masa kini ini tetap saja bisa
membangun ketegangan dari keseluruhan kisah. Tegang dan cukup sadis. Jika saja
kisah ini dalam bentuk film, mungkin saya memilih untuk tidak menonton. Hmm…
saya memang lemah untuk urusan darah-darah.
Secara keseluruhan, saya suka dengan kisahnya. Urban thriller-nya
dapat sekali. Kehidupan kota dengan masa lalu dan permasalahan di masa sekarang
dan diramu dengan haus kekuasaan dan kekayaan membuat kisah ini memiliki sedikit
open ending. Kayaknya, saya bisa mulai menimbun urban thriller lagi di play
book deh hehehehe…
Penasaran sih sama kisah thriller. Pernah baca juga genre begini yang The Girl on The Train. Pasti rasanya beda baca thriller lokal dengan thriller luar negeri. Kayak apa ya?
ReplyDeleteHapudin,
ReplyDeleteYa ada banyak kemiripan sih, dari mulai pembunuhan, scene yang membangun ketegangan, darah, tntu saja dengan lokasi di dekat-dekat sini saja. Eksekusi akhir cerita mungkin juga beda, ada yang nggantung, ada yang benar-benar selesai. Ruwi Meita ini termasuk yang aku suka.