Journal of Terror-Kembar by Sweta Kartika
Ebook Gramedia Digital 336 pages
Published by m&C July 15, 2019
Rating 4,5/5
Meski bisa dibilang kalo horror itu bukan Genre favorit saya, tapi kenyataannya, saya cukup banyak membaca buku dengan Genre horor. Entah buku itu terjemahan atau lokal dari dalam negeri. Beberapa memang sukses membuat saya ketakuta, beberapa sangat sukses membuat saya tidak membaca buku itu di malam hari, apalagi jelang tidur hahaha... Buku milik manga ka Sweta Kartika ini masuk di jenis kedua, yaitu sangat sukses membuat saya tidak membaca buku ini jelang tidur. Bahkan selepas maghrib pun saya memilih membaca lainnya, entah artikel, buku judul lain atau sekedar sekrol timeline dunia Twitter.
Cerita tentang seseorang yang bisa 'melihat' bukan sesuatu yang baru. Sebut saja buku-buku karya Risa Saraswati yang rata-rata memang ditulis berdasarkan penglihatannya, seri Yakumo juga tak ada beda. Yang membuat berbeda buku ini dengan yang lainnya mungkin karena penulisnya adah seorang mangaka, alias pembuat gambar komik sekaligus pencerita. Jika di komik sebelumnya, Partikel, saya ngga bisa nemu asyiknya membaca komik itu, sangat berbeda ketika si penulis menuangkan ceritanya dalam sebuah novel. Penggambaran sosok seram lengkap dengan deskripsi di luar tokoh utama begitu terasa menyeramkan. Beberapa orang yang tak bisa 'melihat' seperti saya, mungkin aura angkr bisa kita tangkap melalui indra lainnya, misal perasaan yang kurang enak, bebabuan yang tidak lazim,tau indra pendengaran yang tiba-tiba menangkap suara tak berwujud. Itu semua dapat dideskripsikan begitu detail oleh si penulis dengan sangat jelas.
Prana tidak terlahir sebagai anak indigo, tetapi di usianya yang kelima, tiba-tiba ia jatuh sakit dan tiba-tiba dianugerahi(atau dikutuk?) memiliki penglihatan yang tidak biasa. Sejak itu, di usianya yang semuda itu, Prana harus memilih apakah ia mengekspos kemampuannya ini pada orang lain atau menyembunyikannya. Prana sadar bahwa penglihatannya ini tidak biasa bagi orang lain, hingga akhirnya ia memilih dianggap sebagai sosok pemalu, sosok yang tak mudah bergaul pada orang lain.
Karena SS tidak diperbolehkan, sedikit nekad dengan memotret ilustrasi hantu cantik 😁 |
Pengalaman bersama orang-orang yang sudah mati lengkap dengan problema mereka mulai menjadi masalah atau mungkin tepatnya, menjadi urusan Prana, secara tidak langsung. Ada hal-hal yang memang ia ingin bantu selesaikan atau hal-hal yang ia biarkan demikian adanya. Kalo dipikir-pikir, kadang saya ingin tahu, apa benar ya cerita semacam ini ada, maksud saya urusan mereka yang sudah meninggal itu seharusnya selesai begitu malaikat pencabut nyawa menyelesaikan tugas mereka. Hal-hal yang masih terus berkaitan dengan para almarhum itu tentu tinggal amal ibadah mereka, dan para keluarga yang mendoakan mereka. Kisah semacam Alina itu, apakah benar itu terjadi? Saya ngga pengen mengalaminya sih, tapi kisah-kisah semacam ini berulang di satu buku ke buku lainnya.
Buku ini terdiri beberapa cerita yang meski tidak secara langsung, mereka berhubungan satu sama lain. Di tiap awal cerita baru, selalu diawali dengan ilustrasi yang sebenarnya kalo diliat di siang hari, dalam kondisi perasaan yang kuat, ilustrasi itu ngga terlalu seram, tapi beda cerita kalo membuka cerita baru selepas maghrib, rasanya mau di skip saja bagian ilustrasinya 😂😂😂 . Secara keseluruhan, novel ini sangat sukses menakut-nakuti saya. Untungnya, mimpi saya jauh dari mimpi seram. Di bagian akhir, ada ruang yang sangat luas untuk adanya journal of terror bagian 2. Dan tentu saja, saya ngga ragu untuk membaca jurnal seram penulis selanjutnya ☺☺☺
0 Response to "Journal of Terror-Kembar by Sweta Kartika"
Post a Comment