Rumah Lebah by Ruwi Meita
Ebook Gramedia Digital 288 pages
Published September 30, 2019 by Bhuana Ilmu Populer
Rating 4/5
Buku ini menceritakan tentang kehidupan keluarga kecil Winaya dan Nawai beserta putri kecil mereka yang istimewa, Mala. Winaya yang dulunya adalah seorang wartawan di Jakarta, memilih menyepi ke satu wilayah sepi di satu desa di Ponorogo. Dia beralih profesi menjadi penulis buku fiksi Detektif. Nawai memilih menjadi ibu rumah tangga biasa dengan kesibukannya melukis dan mengajar putri satu-satunya, Mala. Mala sendiri masih berusia 6 tahun memiliki masalah dalam bersosialisasi ketika ia bersekolah di sekolah umum. Dia terlalu jenius untuk anak-anak ukurannya dengan tingkat kedewasaan yang mengagumkan. Mereka tinggal bertiga di satu daerah. Namun anehnya, Mala selalu mengatakan bahwa di rumah tersebut, selain mereka bertiga, ada 6 orang lainnya yang hidup bersama mereka.
Related
Pertemuan keluarga Winaya dan Alegra-Rayhan di satu makan malam berbuntut panjang. Seorang wartawan gosip mengendus suatu perselingkuhan panas yang tak pernah diduga sebelumnya. Sementara itu, hantu-hantu yang tidak pernah dipercayai oleh Nawai mulai menampakkan diri. Nawai yang memiliki masalah kesehatan, mulai bimbang, apakah hantu-hantu itu nyata, ataukah halusinasinya saja. Tetapi Mala, putrinya, mengatakan bahwa mereka ada dan nyata.
Kisah ini diambil dari dua sudut pandang yang berbeda dan sesekali orang ketiga yang mengisahkan apa yang sedang terjadi. Sudut pandang pertama, diambil dari Nawai. Dia mengisahkan hari-hari yang ia lalui, rasa cintanya pada keluarganya, dan penyakit yang menggerogotinya. Sudut pandang kedua diambil dari Mala. Dia banyak berceloteh dengan orang-orang yang hanya ia bisa lihat. Sesekali ia ngobrol dengan boneka beruangnya dalam bahasa Spanyol, sesuatu keanehan yang tak pernah terlintas pada suami istri Winaya bagaimana si anak bisa berbahasa Spanyol. Perubahan sudut pandang ini berubah ketika Mala yang berbicara dengan nada formal dan menggunakan kata 'saya' sebagai kata ganti orang pertama. Sementara Nawai lebih santai bahasanya dengan menyebut 'aku' sebagai kata ganti orang pertama.
Overall, buku ini termasuk page turning book hingga lembar terakhir. Ending yang agak menggantung namun cukup memuaskan buat saya. I ask for more of Ruwi Meita's books.
Kemarin-kemarin saya baru selesai baca karya Ruwi Meita yang Belenggu Ilse dan begitu baca resensi ini, jadi pengen baca juga. Misteri-misteri begini selalu bikin penasaran.
ReplyDelete