(Review Metropop) Finn by Honey Dee
Ebook Gramedia Digital 312 pages
Published January 13, 2020 by Gramedia Pustaka
Rating 4/5
Sudah lama saya menimbun buku berjudul Charlie atau yang berjudul asli Flowers of Algernon karya Daniel Keyes. Meskipun ternyata memiliki plot yang berbeda—awalnya saya pikir Charlie di Flowers of Algernon itu juga menderita autism—ternyata bukan hehehe… Makanya, punya buku itu jangan ditimbun, DIBACA!!! :D Tapi paling tidak, salah satu point of view dari buku ini mengingatkan saya pada Charlie.
Elizabeth, atau Liz merasa dirinya ikut mati ketika sang adik, Arthur, meninggal dalam sebuah kecelakaan. Tidak hanya Liz, namun seluruh anggota keluarganya. Liz yang merasa menjadi sumber kematian sang adik, merasa ditinggalkan olah mama papanya. Kuliahnya hanya ia lalui demi rutinitas saja. Yang dia inginkan hanya segera pergi meninggalkan rumahnya. Maka, ketika datang tawaran pekerjaan yang harus membuatnya meninggalkan rumahnya, terbang menuju Balikpapan, meninggalkan Jakarta, ini adalah saat yang tepat bagi dirinya untuk pergi.
Tawaran pekerjaan itu adalah menjadi pengasuh bagi remaja penderita autis bernama Finn. Sejak kematian sang ibu, Finn menjadi sering tantrum, ngamuk, dan parahnya, diikat di kamarnya sendiri. Andika Gautama, kakak Finn, adalah orang yang memperkerjakan Liz di rumahnya. Berbekal pengalaman merawat sang adik yang mengidap penyakit yang sama, dan banyaknya jurnal serta grup yang membahas seputar autism, Liz bertekad menuju langkah kebebasannya. Yang tak pernah ia sangka, di tempat baru, ia justru menemukan masalah baru.
Keluarga Andika ternyata sama hancurnya dengan keluarga Liz sejak kematian ibu Andika. Sang ayah yang ringan tangan terhadap Finn, dan Andika yang merasa seluruh tanggung jawab menjadi anak berguna seluruhnya berada di pundaknya hingga menyakiti diri sendiri. Pertemuan dengan keluarga ini, di satu sisi membuat Liz merana, sekaligus menjadi tempat penyembuhan diri sendiri. Finn, yang kesepian sejak kematian sang ibu, Andika dengan kondisi sang adik dan ayah, dan Liz yang merasa dikejar rasa bersalah, dan ayah ibu yang tak lagi menyayanginya. Semua bercampur jadi satu, saling berusaha menyembuhkan diri sendiri.
Saya lupa jika saya pernah membaca karya penulis ini, berjudul Rooftop Buddies. Saya memilih buku karena berada di rak rekomendasi Gramedia Digital selama berminggu-minggu. Tanpa ekspektasi tinggi, saya membacanya. Ternyata saya ngga bisa meletakkan buku ini. Di beberapa adegan, saya merasakan ada titik air di ujung mata saya. Hiksss… saya suka dengan gaya bercerita penulis ini. Diceritakan menggunakan dua sudut pandang, Liz mengidap begitu banyak rasa bersalah sekaligus dendam pada orangtuanya hingga menjadi sosok yang sinis, bermulut tajam, keinginannya untuk bebas menjadikannya pekerja keras, pengumpul uang hingga ia rela mengerjakan apapun asal ia segera bebas dari rumah yang ia anggap sebagai neraka. Sudut pandang kedua diambil dari Finn, si penderita autis. Di awal review, saya menulis tentang Charlie di Flowers of Algernon, berbeda dari Charlie yang menulis dengan gaya tulisannya berikut ejaan yang sering kali saling terbalik. Finn memiliki kecerdasan memahami keadaan, sayangnya ia tidak bisa mengungkapkan perasaannya secara verbal. Tapi dengan membaca buku ini, saya jadi paham beberapa hal tentang autis yang ternyata bisa disembuhkan. Proses penyembuhannya sendiri membutuhkan waktu bertahun-tahun, kesabaran ekstra besar, kasih sayang yang tak pernah putus dan tentu saja lingkungan yang mendukung kesembuhannya.
Overall, buku ini bisa menjadi bacaan sekali duduk saking menariknya plot di dalamnya. Saying, di bagian akhir, ketika Liz mulai menyadari bahwa Finn mulai merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis terhadapnya, tidak tuntas. Ada rasa khawatir ketika mulai berada di lembar-lembar terakhir. Semoga dua keluarga ini memiliki akhir yang bahagia. And it’s granted. Yeay!
0 Response to "(Review Metropop) Finn by Honey Dee"
Post a Comment